Part 28

2.1K 116 9
                                    

Setelah beberapa waktu Cakka menolak untuk di kemoterapi, akhirnya pagi ini Cakka akan melakukan salah satu pengobatan untuk penyakit kankernya itu. Tentu ini semua berkat bujukan Acha yang selalu meminta ia untuk mau melakukan kemoterapi. Bahkan wanita itu sendiri yang sudah mendaftarkan dirinya untuk kemoterapi hari ini, di salah satu rumah sakit khusus penderita kanker.

"Ayo Cak, kita masuk! " Ajak Acha ketika mereka sudah sampai di depan lobby rumah sakit.
"Tapi Cha...
"Sudah, tidak ada tapi-tapian. Kamu sudah janji ya untuk dikemo hari ini. " Acha langsung menarik tangan Cakka dan mulai masuk ke dalam rumah sakit.

"Selamat pagi Pak Cakka, Ibu Acha! " Sapa sang dokter ramah,  ketika Acha dan Cakka telah sampai di ruangan dokter.
"Selamat pagi dok! "
"Pagi dok! "
"Bagaimana Pak Cakka? Apa bapak sudah siap melakukan kemoterapi? "
"Si.. aa.. pp dok. " Jawab Cakka ragu.
"Baik. Sebelum kita melakukan proses kemoterapinya, saya akan menjelaskan efek dari kemoterapi ini. Efeknya yaitu rambut rontok, nyeri, kehilangan nafsu makan, mulut terasa asam atau pahit,  mual dan mutah, yang terakhir pendarahan seperti memar, gusi berdarah, atau mimisan. Tapi Pak Cakka tidak perlu takut, itu tidak akan berlangsung lama. Yang penting sekarang adalah kesembuhan untuk Pak Cakka, karena beruntung sel kanker yang ada di tubuh bapak masih tahap awal. " Jelas dokter yang membuat Cakka meringis sangat mendengar efek-efek dari kemoterapi itu.

"Tidak apa-apa Cakka. Aku nanti akan temani kamu kok. Emm dok, saya boleh kan temani Cakka saat proses kemoterapinya? " Tanya Acha sambil menenangkan Cakka yang saat ini pasti sedang merasa takut.
"Boleh sekali Ibu Acha, Anda kan istri dari Pak Cakka. "
Mendengar ucapan dokter, Acha dan Cakka sontak saling menatap satu sama lain.
"Saya bukan istrinya Cakka, dok. "
"Oh maaf Bu Acha. Saya pikir Anda dan Pak Cakka adalah suami istri. "
"Iya tidak apa-apa, dok. "
"Baiklah, kalau begitu kita langsung mulai saja proses kemoterapinya. Mari ikut saya! "

Sang dokter membawa Cakka dan Acha ke ruangan khusus untuk kemoterapi. Di sana sudah ada seorang perawat yang sudah mempersiapkan semuanya.

"Silahkan Pak Cakka tiduran! "
Cakka pun membaringkan tubuhnya di bangkar yang ada di ruangan tersebut. Cakka menutup matanya setelah melihat sang dokter menerima suntikan yang diberikan oleh perawat.

Acha yang tidak tega melihat Cakka, mencoba meraih salah satu tangan Cakka dan menggenggamnya. Ia ingin memberikan sedikit kekuatan pada Cakka dari genggaman tangannya. Tentu Cakka yang merasa ada sebuah tangan yang mengenggam tangannya, langsung membuka kedua matanya dan menatap Acha. Acha membalas tatapan Cakka dan tersenyum lembut pada Cakka. Lewat tatapan mata Acha, Cakka mengerti bahwa Acha sedang menyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Tak lama Cakka meremas kuat tangan Acha. Ia merasakan sakit saat cairan kimia yang berasal dari suntikan tadi, sudah mengalir di dalam tubuhnya.

"Sudah selesai. Pak Cakka setelah ini akan dipindahkan ke ruang rawat. Pak Cakka tetap harus dirawat di sini untuk beberapa hari ke depan. "
"Baik dok. "

~Skip~

Tak terasa hari sudah siang. Saat ini Ify sedang memasak makan siang untuk Cio dan Al yang sebentar lagi pulang dari sekolahnya. Setelah selesai memasak, Ify langsung menyajikannya di atas meja makan.

"Mommy! " Terdengar suara Al yang sudah masuk ke dalam rumah bersama kakaknya.
"Hai sayang! Akhirnya kalian sudah sampai. Lebih baik sekarang kalian ganti baju, habis itu kita makan siang bersama. Mommy sudah masak banyak makanan untuk kalian. "
"Iya Mom. Ayo kak Cio kita ganti baju dulu! "
"Ayo! Mom, kita ganti baju dulu ya. "
"Iya Cio. "

Tak lama Al dan Cio telah kembali di ruang makan dengan pakaian yang sudah lebih santai. Mereka pun langsung  duduk berdampingan di kursi makan, sedangkan di hadapan mereka sudah ada Ify. Ia mulai mengambilkan nasi dan lauk satu- persatu untuk Al dan Cio.

He is My SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang