Part 4

4.7K 178 25
                                    

Seperti biasanya, Ify saat ini sedang membantu Cakka bersiap-siap ke kantor. Sebelumnya ia sudah mengurus Al yang juga akan pergi ke sekolah.

"Cak,  ada yang ingin aku bicarakan sama kamu? "
"Ya sudah bicara saja."
"Aku kemarin mendengar pembicaraan kamu sama Alvin waktu di ruangan kamu. Aku dengar Alvin meminta kamu buat kerja sama lagi karena perusahaannya lagi ada masalah. Apa aku boleh minta sesuatu sama kamu?"
"Jangan bilang kalau kamu minta aku kerja sama lagi dengan dia.Jawabannya, gak akan pernah."
"Cak,  kamu gak kasihan sama Alvin? Perusahaan dia butuh kerjasama ini,  kalau enggak perusahaan dia akan bangkrut."
"Aku gak peduli kalau perusahaan dia bangkrut. "
"Aku gak nyangka kamu sejahat itu. Ingat Cak,  bagaimana pun juga dia itu sahabat kamu."
"Aku melakukan ini demi kamu fy,  aku gak mau nantinya dia ketemu kamu. Dia sekarang sudah ketemu Al,  aku gak mau dia juga ketemu kamu."
"Cak,  kalaupun mungkin nanti aku dan Alvin bertemu itu bukan karena dampak dari kerjasama ini. Jadi aku mohon kamu bantu dia. "
"Fy,  apa kamu masih mengharapkan Alvin? Kamu masih sayang kan sama dia?"
"Kok kamu malah menayakan itu?"
"Ya kamu peduli banget sama dia. Kamu takut perusahaan dia bangkrut sehingga kamu minta aku untuk bantu dia. Terus ucapan kamu tadi secara gak langsung menunjukan bahwa kamu justru berharap banget Alvin bisa menemui kamu dengan atau tanpa adanya kerjasama ini. Benar kan fy?"
"Tidak Cakka,  itu semua tidak benar. Aku takut perusahaan dia bangkrut bukan karena aku peduli sama dia,  tapi aku peduli dengan Cio. Aku tidak mau Cio sedih nantinya kalau tau perusahaan Daddynya bangkrut. Aku juga tidak berharap Alvin bisa menemui aku,  untuk apa juga aku bertemu lagi dengan dia. Toh aku juga gak bisa bersama dia lagi dan dia juga tidak bisa bertanggung jawab atas Al."
"Cio hanya jadi alasan kamu. Aku yakin kamu masih sangat mencintai dan menyayangi Alvin sampai saat ini. Kamu masih sangat peduli sama dia. Apa tidak ada sedikit pun ruang di hati kamu untuk aku, fy? Apa usaha ku selama ini masih belum bisa membuat kamu jatuh cinta sama aku?"
"Tidak Cak,  aku serius. Aku minta ini sama kamu murni karena Cio, bukan karena Alvin. Jujur aku memang masih mencintai dia,  namun percayalah kini perlahan kamu sudah memiliki ruang yang spesial di hati aku. Aku akan terus berusaha untuk mencintai kamu Cak. Semua usaha kamu, kebaikan kamu, kasih sayang kamu,  perhatian kamu, pasti selalu aku ingat. Ini semua hanya butuh waktu Cakka."
"Dari dulu sampai sekarang kamu selalu bicara seperti itu,  tapi mana buktinya. Sampai saat ini kamu masih memikirkan dia,  mempedulikan dia. Sepertinya memang sulit untuk membuat kamu melupakan dia,  melupakan perasaan kamu untuk dia selama ini. Apa lagi kemarin kamu baru saja melihat Alvin lagi,  pasti semakin sulit kamu melupakan dia. Aku nyerah fy, lebih baik kita...
"Jangan Cak,  tolong jangan akhiri hubungan kita! Aku tidak mau hubungan kita berakhir sampai di sini."
"Untuk apa kita mempertahankan hubungan kita, fy? Aku lelah jika hanya mencintai tanpa dicintai."
"Cak,  aku yakin suatu saat aku pasti akan mencintai kamu seutuhnya. Aku harap kamu sabar. Kamu mau kan menunggu aku? "
"Selama ini aku sudah sabar menunggu kamu mencintai aku. Tapi kesabaran itu ada batasnya,  fy. "
"Oke aku minta maaf karena aku belum bisa membalas cinta kamu. Asal kamu tahu Cak,  selama ini aku sedang berjuang mati-matian melupakan dia. Memang rasanya sulit,  tapi tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Aku yakin aku bisa. Jadi aku mohon bertahanlah, Cak. Kalau memang kamu tidak mau bertahan demi aku,  kamu bisa bertahan demi Al. Apa kamu setega itu sama Al? Dia pasti akan bertanya-tanya kenapa kita gak sama-sama lagi? Dan yang pastinya dia juga akan sedih kalau kita tidak bersama."
"Sepertinya aku butuh waktu sendiri fy,  untuk memikirkan ini semua."
"Maksud kamu?"
"Aku akan pergi beberapa hari untuk menenangkan diri. "
"Kamu marah sama aku? "
"Tidak,  aku tidak marah. Aku hanya butuh waktu sendiri. "
"Ya sudah kamu mau pergi kemana?"
"Aku hanya pergi menginap di hotel dekat kantor, aku tidak akan pulang ke apartemen. "
"Berapa hari? "
"Aku tidak bisa memastikannya. "
"Bagaimana dengan Al? Pasti dia marah kalau kamu pergi lagi. "
"Aku akan beri dia pengertian. "
"Baiklah kalau kamu memang butuh waktu sendiri. Lebih baik sekarang kita sarapan,  kasian Al sudah menunggu dari tadi. "
"Ya."

He is My SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang