Part 32

1.8K 109 14
                                    

"Jadi, bagaimana hasilnya Dok?" Tanya Cakka. Ya saat ini Cakka sedang berada di ruang dokter. Ia hari ini akan kembali melakukan kemoterapi. Namun sebelum ia dikemoterapi, ia harus mendengarkan terlebih dahulu hasil kemoterapi yang kemarin. Tentu ia tidak datang sendirian ke Rumah Sakit, ada Acha yang selalu mendampinginya. Cakka sungguh tidak habis pikir dengan wanita itu, dia selalu bersedia menemani dirinya yang jelas-jelas penyakitan seperti ini.

"Maaf Pak Cakka, dengan berat hati saya harus menyampaikan bahwa kemoterapi kita yang kemarin tidak berhasil. Tubuh Pak Cakka menolak proses kemoterapinya, sehingga sel kanker di tubuh Bapak sudah mulai menyebar."

"Apa? " Gumam Acha.

"Tuh kan, apa aku bilang? Percuma aku melakukan kemoterapi, itu tidak akan menyembuhkan penyakit aku. Ujung-ujungnya penyakit aku akan semakin parah dan akan meninggal juga."

"Pak Cakka tidak boleh bicara seperti itu. Bapak tenang saja, kita masih bisa berusaha. Ini baru kemoterapi yang pertama dan hal ini biasa terjadi kok pada pasien kanker. Pak Cakka jangan patah semangat."

"Dokter benar, Cak. Kamu tidak boleh patah semangat. Kita harus berusaha lebih keras lagi, aku yakin kamu bisa sembuh. Kita coba lagi ya kemoterapinya, siapa tahu kali ini dan seterusnya berhasil."

"Aku tidak mau."

"Please Cak."

"Tidak mau, titik."

"Ehmm Dok, saya izin bicara sebentar ya dengan Cakka di luar."

"Mau bicara apa? Bicara saja di sini."

"Tidak enak kalau kita bicara di sini, sebentar saja."

"Sudah Pak Cakka, lebih baik Bapak bicara dulu berdua dengan Ibu Acha di luar. Saya tunggu kabar baiknya di sini."

"Terima kasih, Dok. Ayo Cakka kita keluar!"

Dengan terpaksa, Cakka mengikuti Acha keluar dari ruangan sang dokter. Setelah berada di luar, mereka duduk di kursi panjang yang terletak di depan ruang dokter.

"Kamu mau bicara apa sih?"

"Cak, aku sangat-sangat ingin kamu melakukan kemoterapinya lagi supaya kamu bisa sembuh, Jujur, aku tidak suka kamu payah seperti ini. Kamu sudah kalah duluan sebelum berperang. Dulu aku selalu berpikir kamu adalah lelaki yang kuat. Kamu tahu kenapa aku selalu berpikir seperti itu? Tanya Acha dan Cakka hanya menggelengkan kepalanya.

"Karena dulu kamu selalu melindungi aku dari orang-orang yang ingin berbuat jahat sama aku. Kamu selalu berhasil melakukannya. Kalau sekarang setelah aku melihat kamu seperti ini, aku jadi sadar kalau pikiran aku itu salah. Kamu bukan lelaki kuat yang aku pikirkan selama ini."

"Ya bagus lah, sekarang kamu sudah sadar kalau aku bukan laki-laki yang kuat. Terserah kamu mau bilang aku laki-laki kuat atau lemah. Aku tidak peduli, pokoknya aku tidak akan melakukan kemoterapi lagi." Ucap Cakka tegas. Ia pun sudah bangkit dari duduknya, hendak pergi dari sana. Namun ketika ia baru saja ingin melangkahkan kakinya, Acha sudah mencegahnya dengan menarik tangannya. Setelah berhasil mencegah Cakka pergi, tiba-tiba saja wanita itu memeluk tubuh Cakka. Tentu hal itu membuat Cakka terkejut. Seketika tubuhnya menjadi kaku dan ia tidak berani membalas pelukan Acha.

"Aku mohon sama kamu, jangan seperti ini! Aku ikut sedih jika kamu seperti ini. Oke, kalau kamu gak mau melakukan ini demi diri kamu sendiri setidaknya kamu melakukan ini demi aku. Aku sahabat kamu. Kamu mau kan melakukan ini demi sahabat kamu?" ucap Acha yang masih memeluk Cakka. Entah mengapa hati Cakka tersentuh dengan ucapan Acha.

"Cha, kenapa kamu segitu pedulinya sama aku? Kenapa kamu masih mau ada di samping aku yang penyakitan ini? Memangnya kamu tidak sakit hati sama aku, setelah apa yang sudah aku perbuat sama kamu dulu."

He is My SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang