Dari pagi sampai malam, Yena dan Jihoon membersihkan dan menata seluruh bagian rumah mereka. Pelayan yang akan bekerja di rumah itu akan mulai bekerja besok pagi. Tidak mungkin kan Yena dan Jihoon tidur di kamar kosong tanpa perabotan apapun? Jadilah seharian ini mereka menata rumah itu.
Yena mendudukan dirinya di sofa ruang tamu. Dia benar-benar kelelahan dan merasa lapar sekarang. Keadaannya tak jauh beda dengan Jihoon yang berbaring kelelahan di sofa yang sama dengan Yena.
"Apa kau mau makan?" tanya Yena.
"Ya. Pesankan apapun untukku." Yena mengangguk dan mengambil handphone- nya untuk memesan makanan.
"Satu kotak pizza dan dua porsi ayam, apa cukup?"
"Ya. Aku akan mandi terlebih dahulu. Kau tunggu disini sampai makanannya datang." ujar Jihoon yang langsung diangguki oleh Yena.
Jihoon berjalan ke arah kamar mandi dan membersihkan dirinya disana. Sementara Yena memainkan handphone-nya sambil menunggu pesanannya datang.
Ting tong...
Yena segera beranjak dari sofa begitu mendengar suara bel dibunyikan. Yena mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya, kemudian membayar pesanan mereka.
"Selamat menikmati."
"Terima kasih." Yena mengambil pesanan nya dan masuk ke dalam rumahnya.
***
Jihoon sedang mengeringkan rambutnya dan mendengar ada telfon masuk.
Mine🥀 is calling...
Jihoon segera saja mengangkat panggilan nya saat mengetahui siapa yang menghubunginya.
"Halo?"
"Oppa, apa kau sibuk hari ini?"
"Tidak. Ada apa?"
"Em, ada yang perlu aku bicarakan dengan mu. Ayo bertemu di cafe biasa."
"Baiklah. Aku akan tiba disana dalam tiga puluh menit." ujar Jihoon sebelum memutuskan sambungannya. Dia megambil kaos putihnya dan celana jeans hitamnya, kemudian turun ke bawah.
"Kau mau pergi kemana?" tanya Yena yang sedang menata makanan mereka.
"Bertemu dengan gadisku." jawab Jihoon acuh.
"A-ah, baiklah. Eum, bagaimana dengan makananmu? Apa kau akan makan bersama gadismu?" sebenarnya sulit untuk menerima fakta bahwa Jihoon masih memiliki seorang kekasih disaat dia dan Yena baru saja menikah. Tapi mau bagaimana lagi? Menurut Yena sendiri, dia tidak punya hak untuk melarang Jihoon bertemu dengan kekasihnya. Dari awal, pernikahan mereka ini memang sebuah kecelakaan bukan?
"Ya. Kalau kau mau, kau bisa memakan jatahku. Tapi kalau kau tidak mau, buang saja. Nanti uangmu akan kuganti. Aku pergi dulu." Jihoon mengambil jaketnya dan kunci mobilnya, kemudian melangkah keluar dari rumah itu.
"Apa aku benar-benar sanggup bertahan bersamanya sembilan bulan ke depan?" -Yena
***
"Kau mau membicarakan apa?"
"E-em oppa, sebenarnya aku ragu meneruskan hubungan kita. Kau sudah menikah oppa." gadis itu berucap pelan sambil menundukan kepalanya. Ini sulit baginya untuk mengatakan hal seperti itu. Tapi sekarang, Jihoon sudah menikah dan memiliki istri. Dia tidak sejahat itu untuk berpacaran dengan seorang lelaki yang telah memiliki istri.
"Kau bercanda? Bukankah kau sudah berjanji untuk menungguku? Kumohon Mina, tunggulah aku untuk sembilan bulan ke depan. Aku berjanji akan menceraikannya dan menikahimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Him and Her
FanfictionPernikahan mereka terjadi karena sebuah kesalahan fatal yang membuat adanya nyawa lain dalam perut Yena. Jihoon tentu saja harus bertanggung jawab akan hal itu, bukan? Bagaimana nantinya kehidupan rumah tangga mereka?