Maldives

430 64 22
                                    

Malam ini, Yena pergi ke bioskop untuk menonton film kesukaannya yang sedang tayang. Tapi sayangnya, ada adegan kiss di depannya yang membuat dia agak kesal.

Ada sepasang kekasih yang bernama Jihoon dan Mina sedang berciuman di depannya. Huh, rasanya Yena ingin menampar mereka berdua. Meskipun statusnya hanya istri sembilan bulan Jihoon, setidaknya perlakukanlah Yena dengan baik selama sembilan bulan ini! Bukannya membuat Yena semakin tersiksa dengan memperlakukan Yena seperti ini. Belum lagi ditambah dia sedang mengandung sekarang.

"Apa kau tetap akan meninggalkanku?" Yena tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka.

"E-em, istrimu bagaimana oppa?"

"Tidak usah pedulikan dia. Aku akan menceraikannya setelah dia melahirkan anakku. Sehabis itu, kita bisa menikah."

"Cih, bahkan kau yang membuatku hamil seperti ini!" Yena bergumam pelan.

"T-tapi--"

"Apa kau tidak percaya padaku?"

"Tentu saja aku percaya padamu! Tapi aku kasihan pada istri oppa."

"Yah, semua orang memang akan mengasihaniku jika tau keadaanku yang sebenarnya." Yena bergumam lagi.

"Aku akan membiayai semua kebutuhan nya. Tapi aku hanya ingin menikah denganmu."

"Em, baiklah, aku tidak akan meninggalkanmu."

Yena bisa melihat Jihoon tersenyum tulus kepada gadisnya. Sebenarnya kapan Yena bisa melihat senyuman tulus dari Jihoon yang ditujukan padanya? Ah sudahlah, toh pada akhirnya dia juga akan bercerai dengan Jihoon. Lebih baik dia menutup hatinya agar dia tidak menyesel telah bercerai dengan Jihoon nantinya.

Daripada menyaksikan drama lebay itu, Yena lebih baik pulang ke rumah dan beristirahat.

***

Cklek...

Jihoon pulang dengan senyum manisnya, tapi itu semua hilang digantikan dengan wajah paniknya. Ibunya kembali ke rumah mereka setelah menyelesaikan urusannya di butik. Jihoon kira, setelah urusan ibunya selesai, ibunya akan pulang ke rumah tanpa mampir ke rumahnya dulu.

"Kemana saja kau?! Istrimu daritadi duduk sendirian di kamarnya! Kau seharusnya menemaninya! Bukannya keluyuran di malam hari tanpa tujuan yang jelas!"

"A-ah, iya ibu. Aku akan menemaninya." Jihoon berjalan ke arah kamarnya dengan ibunya yang mengikutinya.

"Astaga, apa ibu berencana memata-matai aku dan juga perempuan itu?!" -Jihoon

Cklek...

Jihoon membuka pintu kamarnya perlahan dan melihat Yena masih berdiri di depan jendela kamar mereka sambil memandangi langit. Jihoon menoleh ke belakang dan mendengar ibunya berbisik.

"Cepat kau hibur dia!"

Jihoon hanya mengangguk sekilas, kemudian meghampiri Yena.

"One, two, three, action!" -author

"Apa ada masalah, hm?" Jihoon mengelus kepala Yena sambil membalikan badan istrinya itu. Yena tampak kaget dengan perlakuan itu sebelum dia mendapat tatapan tajam dari Jihoon. Ya, dia harus berakting juga karena ibu mereka masih setia mengawasi mereka.

"Ah, aku tidak apa-apa."

"Maaf karena aku pulang semalam ini. Tadi ada beberapa hal yang perlu aku urus. Kau tidak marah kan?" Jihoon tersenyum lembut ke arah Yena. Tapi yang Yena lihat hanyalah senyum penuh kepalsuan yang terukir di wajah Jihoon.

Him and HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang