J&M

394 50 23
                                    

Jihoon tersenyum kecut menatap Mina yang berjalan ke arahnya dan digandeng oleh kakaknya. Mina mengenakan gaun yang sangat cantik, tapi itu semua tidak membuat Jihoon terpesona dengan kecantikan yang dimiliki Mina sekarang. Dihari pernikahannya dengan Mina, dia justru memikirkan Yena. Bagaimana kondisi istrinya sekarang? Bagaimana dengan anaknya?

Lamunan Jihoon terhenti ketika kakak dari Mina menyerahkan adiknya kepada Jihoon.

"Jaga adikku dengan baik." Jihoon hanya bisa terdiam sambil tersenyum canggung kepada kakak Mina. Dia mengulurkan tangannya kepada Mina, dan tentu saja Mina menerima uluran tangan itu dengan senang hati. Akhirnya dia bisa memiliki Jihoon. Meskipun pernikahan ini terjadi karena rencana kejam ibu Jihoon, Mina tetap senang.

Pernikahan itu berjalan dengan lancar. Sebagai penulis cerita ini, aku sendiri tidak sudi menceritakan bagaimana pernikahan mereka berjalan. Mari kita lewati saja sesi pernikahan itu.

"Oppa, akhirnya kita sudah resmi menjadi suami-istri! Aku sangat senang!" Mina berucap ceria ketika mereka baru saja masuk ke dalam hotel. Jihoon sendiri menanggapi Mina dengan deheman. Tidak mungkin dia berbahagia ketika keadaan istrinya tidak deketahui olehnya. Sejak tadi, yang dipikirkan Jihoon hanyalah kondisi Yena.

Tok tok tok...

"Aku akan membuka pintunya oppa!"

"Hm."

Cklek...

"Oh ibu! Ada apa bu?"

"Ah Mina, bisa ibu berbicara dengan suami- mu?"

"Tentu! Oppa, ibu mau berbicara dengan- mu." Mina memanggil Jihoon. Jihoon berjalan dengan malas-malasan menuju pintu hotelnya. Ugh, kenapa wanita tua itu masih bisa tersenyum kepada Jihoon?!

"Sayang, tolong tinggalkan kami sebentar ya."

"Baiklah. Aku mandi dulu." setelah Mina masuk ke kamar mandi, ibu Jihoon beralih menatap putranya yang memberikan tatapan benci kepadanya. Sementara dia sendiri membalas tatapan itu dengan senyum manis.

"Ibu hanya mau memberikan beberapa informasi yang mungkin berguna untukmu."

"Apa?"

"Istrimu mengalami keguguran."

DEG!

***

Paris

Yena sudah terikat sehari penuh di kursi itu. Kaki dan tangannya sama sekali tidak bisa digerakkan. Yena mencoba segala cara, entah itu dengan menarik paksa tangannya, menggoyangkan kakinya, bahkan mencoba berdiri dengan keadaan terikat seperti itu. Tapi tidak bisa, dia tetap terikat disana. Tenaganya hampir habis. Yena mencoba bertahan dalam keadaan sadar sebisa mungkin, tapi matanya bertambah berat setiap detik. Kesadarannya sudah berada di ambang batas. Yena hampir saja menyerah dengan keadaan kalau dia tidak ingat tentang bayi yang dikandungnya sekarang. Bayi itu tidak bersalah sama sekali. Yena hanya ingin agar bayinya bisa berkesempatan untuk melihat dunia, meskipun nyawa-nya sendiri yang jadi taruhannya.

Yena tertunduk lemas. Dia ingin berteriak, tapi suaranya tidak mau keluar. Mungkin karena semalaman dia terus berteriak dan akhirnya menyebabkan Yena kehilangan suaranya. Sekarang kondisi Yena sudah memburuk. Kepalanya seakan berputar, pandangannya mulai samar, tidak ada harapan lagi.

"Sayang, maafkan mommy yang tidak bisa bertahan untukmu." -Yena

Ketika kesadaran Yena mulai menipis, dia mendengar suara dobrakan di pintu rumah nya. Tapi matanya terlalu berat untuk dipaksa terbuka. Yena hanya melihat pintu rumahnya yang dibuka dan kemudian, semuanya menjadi gelap.

"YENA!"

***

Jihoon mencoba menghubungi Sejeong, kakak tingkatnya dulu. Kenapa tidak menghubungi Yena? Tidak disuruh pun, Jihoon akan mencoba menghubungi Yena lebih dulu. Bahkan sudah terhitung 117 kali dia mencoba menghubungi Yena, tapi tidak ada satupun panggilannya yang tersambung.

Mendengar ucapan ibunya barusan membuat Jihoon panik bukan main. Dia mencoba memikirkan berbagai cara untuk memastikan keadaan Yena. Benarkah istri nya keguguran? Hell, memikirkan Yena yang keguguran karena terikat di sebuah kursi seharian penuh membuat keringatnya mengalir dengan deras. Tapi Jihoon terus mencoba untuk berpikir positif. Mungkin saja ibunya berbohong bukan? Jihoon tidak mungkin mempercayai ucapan ibu nya setelah ini semua terjadi. Bisa saja ibu nya mengada-ngada agar dia tidak terlalu berharap tentang kondisi istri dan anaknya nanti. Yang bisa dilakukan Jihoon sekarang hanyalah memeriksa kebenarannya, dan akhirnya dia teringat dengan kakak tingkat nya dulu yang kini menjadi tetangganya di Paris.

Sudah hampir tujuh kali Jihoon mencoba menelfon Sejeong, tapi belum ada satupun panggilannya yang diangkat. Oh ayolah, apakah mengangkat telfon dari Jihoon sesulit ini?

"Oppa, kau menelfon siapa sih?!" Mina yang sedari tadi sudah duduk manis di atas kasur empuk mereka melihat Jihoon yang sedang mondar-mandir dengan gusar sambil sesekali menaruh ponselnya di telinganya.

"Bukan urusanmu." jawab Jihoon dengan dingin. Gadis di depannya ini benar-benar menyebalkan.

"Tentu saja itu urusaku oppa! Aku kan sudah resmi menjadi istrimu!" ugh, lebih baik Jihoon menjauh dari gadis itu sekarang daripada nantinya, emosi Jihoon meledak disana. Jihoon memakai jaketnya dan keluar dari kamar hotelnya. Tangannya masih memegang ponselnya dan mencoba menghubungi Sejeong, mengabaikan teriakan Mina yang memanggilnya berkali- kali.

"Tetap diam disini dan jangan coba mengikutiku! Kalau kau mengukutiku, aku pastikan kau tidur di lobi hotel." Jihoon menutup pintu dengan kasar dan kembali mencoba menghubungi Sejeong.

Akhirnya setelah percobaan ke-17, usaha nya berhasil. Sejeong mengangkat telfon nya!

"Aish! Kau menyebalkan! Aku sedang berendam di bathup tau!"

"Noona, maaf mengganggumu di waktu senggangmu. Tapi aku mau meminta tolonh sesuatu."

"Meminta tolong apa?"

"Tolong periksa keadaan istriku di rumah. Kalau pintunya dikunci, noona bisa mendobraknya kan?"

"Hei, aku ini perempuan! Lagipula, kau dimana sekarang sampai tidak bisa memastikan keadaan istrimu sendiri, huh?"

"Ceritanya sangat panjang dan rumit. Lebih baik noona memeriksanya sekarang karena nyawa istriku berada dalam bahaya."

"E-eh?! Nyawa istrimu?!"

"Ya, makanya noona harus cepat."

"O-oke. Aku akan segera ke rumahmu."

"Terima kasih noona."

A few hours later...

"Bagaimana keadaan istriku noona?"

"Dia... keguguran."

•••

Helaw readersku tershayangg... Pada sehat- sehat kan? Oh jelas sehat dong. Pokoknya hari ini aku lagi happy karena hari ini biasku di Seventeen (Wonu/Wonwoo) lagi ultah. Hehew, seneng akutu. Rencananya hari ini mau double up, kan kasian kalian digantung kek kelanjutan hubungannya aku sama Wonu yang ngga jelas *plak /apasih ngga nyambung/ tapi ngga bisa karena chap satunya belom kelar. Masih setengah jalan. Jadi aku usahain up secepetnya. Lop u!

*up tepat jam enam lewat tujuh*
🙃
Ngga nyambung emang.

Him and HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang