32. Changed

7.9K 724 170
                                    

32. CHANGED.

“Terkadang hidup tidak memberi apa yang kita mau. Bukan karena kita tidak pantas menerimanya, tetapi karena kita pantas untuk menerima lebih dari itu.”

*****

Hari demi hari berlalu, Sampai tak terasa hari ini adalah hari terakhir ujian Nasional. Kebanyakan anak anak akan bernafas lega dan juga senang karena ujian nasional akan selesai. Tapi itu tidak berlaku pada Prilly.

Gadis itu—Ah, Ralat. Wanita itu tengah duduk didepan meja rias. Menatap pantulan dirinya di depan cermin. Penampilannya cukup mengerikan. Wajah pucat, Mata panda dan sembab.

Semenjak kejadian tempo hari lalu, Prilly menjadi irit bicara. Bahkan ia menghindar dari Ali. Kejadian malam itu benar benar diluar dugaannya.

Ali menggempurnya sampai pagi dan Prilly benar benar kewalahan. Iya, Prilly tahu ini semua wajar karena mereka suami istri dan itu memang hak Ali, Tapi bagaimana kalau Prilly hamil? Sedangkan usianya masih sangat muda untuk menjadi seorang ibu.

Masih sulit untuk Prilly bisa menerima semuanya dan juga berdamai dengan dirinya sendiri.

Jambakan, cakaran, dan pukulan menghiasi punggung Ali. Prilly tak bisa berhenti menangis jika mengingat kejadian itu. Makanya, Ia memilih untuk menyibukkan diri dengan cara belajar sampai larut malam.

Prilly merasakan mual kembali dan ia cepat cepat menuju toilet yang ada di kamarnya. Oh ya, Semenjak kejadian itu pula, Prilly memutuskan untuk pisah kamar dengan Ali.

“Hoeekkkk..” Tiga hari belakangan ini, Prilly selalu mengalami mual mual seperti ini. Tapi yang keluar hanya cairan bening. Tubuhnya pun sering merasa lemas padahal ia tidak melakukan hal yang terlalu berat.

“Prill, Lo sakit?”

Prilly membalikkan badannya kala suara yang akhir akhir ini ia hindari malah menghampirinya. Dilihatnya, Ali sudah siap dan rapih dengan seragamnya.

Prilly hanya menjawabnya dengan gelengan. Lalu ia memilih untuk segera mengambil tasnya. Namun, Ali langsung mencekal pergelangan tangannya.

Tentu saja Ali tak sebodoh itu untuk tahu apa penyebab Prilly menghindarinya. Itu karena kejadian malam itu. Dimana ia dijebak oleh seseorang bernama Farel yang bahkan ia sendiri tak pernah kenal sebelumnya.

“Gue minta maaf,”

Prilly memalingkan wajahnya. Memilih untuk tidak menatap netra hitam legam milik Ali. “Gue dibawah kendali obat sialan itu. Gue bener bener minta maaf, Gue gak bermaksud buat ngerusak lo atau gimana,”

Ucapan Ali membuat Prilly tertegun. Memang benar, Ini memang bukan salah Ali sepenuhnya. Tapi.. Ah—Prilly masih bingung dengan dirinya sendiri.

“Prill...” Ali meraih kedua tangan Prilly dan menggenggamnya erat. Berusaha meyakinkan Prilly. “Sorry, gue ke sekolah duluan,” Prilly melepaskan genggaman tangan Ali lalu melangkah meninggalkan Ali.

Ali menatap punggung Prilly yang kini menaiki ojek online. Dengan sikap Prilly yang seperti ini membuatnya uring uringan.

Tidak ada yang bisa disalahkan dalam kejadian ini. Karena Ali pun tak tahu kalau minuman itu di campur obat. “Farel..” Gumam Ali sambil menggertakkan giginya.

Ali bersumpah untuk menemukan siapa dalang dari semua ini dan ia akan menghabisinya.

*****

“Eh sumpah ini ujian nasional udah beres? Gila!! Tinggal nunggu kelulusan dongg?!!” Kata Jessica sambil memakan ciloknya.

UNEXPECTED MARRIAGE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang