09. “Dia pacar gue,”
"Terkadang hidup gak memberi apa yang kita mau. Bukan karena kita gak pantas menerimanya, tetapi karena kita pantas untuk menerima lebih dari itu."
— Ali Syarief.
****
PRILLY tengah bersiap karena mama Resi akan datang sore ini ke apartemen. Dirinya merutuki Ali habis habisan. Apakah cewek itu lebih penting dari mamanya?
Tok tok tok...
Prilly berjalan menuju pintu dan membukakannya. Ada Resi dan juga Syarief dan datang. Prilly pun mencium punggung tangan Resi dan Syarief bergantian.
"Duduk, Tante.. Om," Prilly mempersilahkan duduk dan membawa nampan berisi air putih.
"Aduh.. Maaf ya, disini cuma ada air putih," Ucap Prilly sambil tersenyum tidak enak.
Resi tersenyum sambil memegang bahu Prilly. "Ah, Gapapa. Ini juga sudah cukup. Lihat, Menantu kita baik dan sopan sekali ya, Pa?" Ucap Resi yang di anggukki oleh Syarief.
"Ali kemana, Prill?" Tanya Syarief.
"Oh Ali... Tadi dia bilang mau jenguk temennya. Gatau deh om, kayaknya penting banget. Udah Prilly suruh pulang dulu dia nya tetep kekeuh." Ujar Prilly.
Resi berdecak dan menggeleng gelengkan kepalanya. "Anak itu memang kebiasaan, Prill. Kalau menyangkut tentang temannya yang itu pasti gak bisa di ganggu,"
"Kayaknya temennya cewek, Tan," Ujar Prilly. Resi dan Syarief pun tersenyum geli.
"Tenang, Prill. Setau mama, Mereka cuma sahabatan. Oh ya, Jangan panggil tante dong. Panggil mama aja. Kan sekarang kita juga orang tua kamu," Ucap Resi. Prilly pun hanya mengangguk.
"Jadi, Papa ada rumah. Kebetulan udah lama gak diisi, itu terakhir diisi pas Shanum masih kelas 5 SD. Kalian tinggal di saja aja, Prill. Kebetulan cuma beda komplek sama rumah kita," Ucap Syarief.
Prilly mengangguk angguk mengerti. "Prilly sih ikut aja. Cuma kan Prilly minta persetujuan Ali dulu,"
"Ah, Anak itu gak usah di tanya. Paksa aja. Kalo dia gak mau, Mama jewer dia," Gurau Resi yang membuat Prilly tertawa kecil.
"Kasian kamu Prill kalau disini. Gak bisa ngapa ngapain. Kalau di rumah kan kamu bisa menanam bunga misalnya." Ujar Syarief.
"Jadi kapan Prilly sama Ali bisa pindah?" Tanya Prilly.
"Besok. Lebih cepat lebih baik."
****
Ali memarkirkan motornya, Sedikit berjalan cepat agar sampai di ruangan yang ia tuju. Ali khawatir. Ali takut gadis itu kenapa kenapa. Tapi Ali juga yakin, Nayya adalah gadis yang kuat.
"Ali?"
Ali tersenyum ke arah Nayya yang sedang memakan buah. Ali berjalan menghampiri kasur Nayya. "Gimana keadaan lo?" Tanya Ali.
"Baik. Sangat baik. Sore ini aku di bolehin pulang," Jawab Nayya dengan raut wajah senang. Melihat ekspresi senang dari wajah Nayya, Ali pun ikut senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED MARRIAGE [END]
Fiksi Remaja"Kamu bisa berencana menikahi siapa, Tapi kamu tidak bisa rencanakan cintamu untuk siapa.." Berawal dari seorang gadis yang Ali tolong karna gadis itu terlihat seperti ingin bunuh diri di dekat jembatan kota. Setelah menyadarkan gadis itu agar tidak...