26. Dekapan

6.7K 686 111
                                    

26. DEKAPAN.

"Sebenarnya jika aku bisa, Aku hanya ingin bertanya perihal siapa kita.
Bukan untuk menuntut, bukan untuk meminta, hanya sekedar ingin tahu: Siapa aku dimatamu?"

*****

Prilly membuka matanya perlahan. Matanya yang sayu itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar. Prilly mengambil handphone nya untuk mengecek jam.

Ternyata sudah jam 00.10. Dan tepat sekali pukul dua belas malam. Prilly beringsut duduk. Tapi sepertinya ada yang aneh. Kemana Ali? Prilly tidak mendapati Ali di sebelahnya.

Prilly turun dari kasur dan berjalan keluar kamar. Kosong. Di ruang tamu dan televisi, Ali tidak ada. Lantas Prilly menuju dapur, Tapi tak kunjung menemukan Ali.

"Ali?" Panggil Prilly. Tapi nihil. Tidak ada yang menjawabnya. Terbesit sebuah ide di kepala Prilly, perempuan itu lantas mengambil lilin dan juga korek api.

Ia duduk di bangku meja makan, Lalu menyalakan lilin nya dengan korek api. "Selamat ulang tahun, Prilly. Happy sweet 18! Semoga jadi pribadi yang lebih baik lagi kedepannya. Bahagia terus, Gak boleh sedih sedih. Cita cita nya semoga tahun ini bisa tercapai untuk jadi seorang penulis. Dan..." Prilly mengucapkan ucapan selamat ulang tahun untuk dirinya sendiri.

"Dan... Bisa terus sama sama bareng Ali.." Prilly meniup lilin itu. Dan bertepuk tangan. "Happy birthday, Prilly. Happy birthday, Prilly. Happy birthday, Happy birthday. Happy birthday, to me," Prilly bernyanyi sambil menyatukan kedua telapak tangannya.

Setetes air mata turun dari pelupuk mata Prilly. Entah karena suasana nya sedikit berbeda dari tahun lalu atau karena Ali tidak ada disini. Di saat hari ulang tahunnya.

Ulang tahun kali ini rasanya berbeda. Mungkin biasanya, Bunda papa dan Radja yang pertama kali mengucapkan. Sekarang? Prilly mandiri untuk mengucapkan selamat ulang tahun pada dirinya sendiri.

Ali? Ah, Laki laki itu boro boro mengucapkan. Tahu saja tidak kalau Prilly berulang tahun hari ini. Tapi ngomong ngomong, Kemana Ali?

Prilly menyalakan ponselnya dan mencoba menelpon Ali. Di dekatkan lah ponsel Prilly pada telinganya. Tapi Ali tidak mengangkat teleponnya.

Pikiran nya bercabang. Takut terjadi apa apa pada Ali. Bahkan Ali sama sekali tidak membangunkan Prilly hanya untuk sekedar memberitahu kemana ia akan pergi.

Terdengar suara deruman motor dari luar rumah. Dan itu suara motor Ali. Prilly segera berjalan menuju keluar. "Ali?" Panggil Prilly. Tapi tidak ada sapaan.

Prilly mulai berpikir yang aneh aneh. Bagaimana kalau itu ternyata maling? Atau maling yang mencuri motor yang suaranya mirip motor Ali dan nyasar kesini? Yaallah, tolong hamba. Kalau itu maling... Semoga Ali cepet pulang.

"Ali jawab.. Itu kamu?" Prilly tertegun sendiri karena kata kamu yang keluar dari mulutnya. Prilly menyentuh bibirnya tak percaya. "Barusan gue ngomong kamu buat Ali?" Prilly bermonolog.

Matanya teralihkan pada sapu yang berada di ruang tamu. Prilly pun mengambil sapu itu untuk mewanti wanti. Jika benar itu maling, gebuk aja!

Prilly membuka knop pintu nya perlahan. "MAU MA-"

Prilly menurunkan gagang sapunya dan menjatuhkannya begitu saja. Matanya menatap tak percaya pemandangan yang ada di depan matanya ini. Prilly sesekali mengucek matanya, Takut ia hanya berhalusinasi.

UNEXPECTED MARRIAGE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang