Part ini banyak scene AP nya. Awas baper wkwk
33. DUA GARIS MERAH.
“Aku mencintaimu seperti malam. Dipenuhi oleh diam. Aku tidak mau menjadi bintangmu; karena aku tidak mau jadi satu diantara seribu. Aku tidak mau kamu menjadi bulanku; karena bulan selalu berubah ubah. Aku mau kita seperti angin; Berhembus dengan mulus, menghiraukan segalanya yang tidak akan pernah kita duga.”
— Prilly Latuconsina.
****
“Bangun, Prill,” Ali menepuk nepuk pelan pipi Prilly. Wanita itu tengah tidur meringkuk di atas kasur.
Prilly menggeliat dan perlahan membuka matanya. Ditangkap lah siluet laki laki yang menjadi suaminya itu. “Eh udah pulang,” Prilly beringsut duduk.
“Nih,” Ali menyodorkan sebungkus plastik berisi dua jus mangga sesuai pesanan Prilly. “Aduh, Li.. Gue kayaknya kenyang. Lo aja deh yang minum,”
Ali menatap Prilly tak percaya, Wajahnya melongo. Bagaimana bisa Prilly dengan enteng berkata seperti setelah Ali sudah capek capek mengantri untuk membeli jus? “Yahh.. Kok gitu sih? Gue ngantri ini tadi belinya. Kan ini lo yang mau,”
“Ya tapinya keinginan gue buat minum jus mangganya udah hilang. Jadi lo abisin aja tuh tiga tiganya. Lumayan kan?”
“Maksudnya gimana sih? Lo gak ngehargain gue?”
Prilly mengerutkan bibirnya dan matanya berkaca kaca. Sontak itu membuat Ali kelabakan dan menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Perasaan omongan gue gak parah parah amat,” Batin Ali.
“Terus lo nyalahin gue gitu? Yaudah gue minum di kamar sebelah aja,” Prilly langsung menyambar kantung plastik yang tadi Ali berikan padanya dan hendak turun dari kasur namun Ali dengan cepat mencegahnya.
“Eh iya iya. Jangan tidur disana, Baper banget jadi orang,” Ucap Ali. Tangan Prilly tergerak dan mencubit paha Ali. “Lo lupa sama omongan gue waktu sebelum nikah? Tepatnya di gazebo rumah lo kalau kata gue jangan suka ngatain orang baper! Mereka baper karena punya perasaan! Emangnya lo? Ngatain bukannya minta maaf malah bilang baper!!!” Omel Prilly panjang lebar sementara Ali hanya diam. Persis seperti anak kecil yang tengah dimarahi oleh ibunya.
“Yaudah maaf. Bentar gue taruh ini dulu ke kulkas,”
“Eh gausah! Sini mana jusnya mau gue minum,” Prilly langsung merampas kantung plastik yang ada ditangan Ali. Ali pun menatap Prilly yang sedang menyeruput jusnya dengan aneh. Plin plan sekali, Pikir Ali.
Melihat Prilly yang melahap jus itu seperti orang yang tidak minum beberapa hari, Perihal tentang mualnya Prilly, Dan juga sikap anehnya akhir akhir ini membuat Ali berpikir kalau... Apa Prilly hamil?
“Kapan terakhir lo datang bulan?”
Prilly langsung menatap Ali tajam. Merasa terganggu dengan pertanyaannya barusan. “Ngapain nanya kayak gitu? Bukan urusan lo,”
“Y--ya gue nanya aja. Abisnya tingkah lo akhir akhir ini buat gue mikir kalau lo hamil apa enggak,” Prilly langsung tersedak. Benar, Harusnya ia sudah datang bulan satu minggu lalu.
Prilly menggelengkan kepalanya. Berusaha menepis pikiran tentang kehamilan. Prilly tidak mungkin hamil. Catat itu. “Gak mungkin lah. Lo berapa bulan sih tinggal sama gue? Bukannya gue orangnya emang kayak gini?” Kilah Prilly.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED MARRIAGE [END]
Fiksi Remaja"Kamu bisa berencana menikahi siapa, Tapi kamu tidak bisa rencanakan cintamu untuk siapa.." Berawal dari seorang gadis yang Ali tolong karna gadis itu terlihat seperti ingin bunuh diri di dekat jembatan kota. Setelah menyadarkan gadis itu agar tidak...