14# Will Be Better

4.4K 683 14
                                    

maaf bila ada typo dan antek-anteknya
Jangan lupa spam vote dan komen!
Enjoy Reading ✨










"Jae, gue kerooftop ya." ujar Rose membiarkan Jeno berdua bersama Jeffrey. Jeffrey hanya mengangguk, Rose segera berjalan melewati Jeno sebelum itu ia sempat melemparkan senyum teduh miliknya seolah tidak ada yang terjadi. Sementara itu, Jeno menghela nafasnya setelah kepergian Rose kemudian ia berjalan menuju Jeffrey. "Bang, gua mohon—"

"Apa?" Jeffrey melayangkan tatapan tajamnya. Jeno lagi-lagi menghela nafas ia mengusap wajahnya frustasi, "gua mohon jangan kasih tau bunda ataupun ayah."

Jeffrey terkekeh lalu menatap adiknya dengan pandangan tidak mengerti, "gua gak bakal ngasih tau mereka, tapi lo sendiri yang bakal ngasih tau mereka. Siyeon gimana?"

Jeno gelisah sekarang, "bang gua belom siap."

Jeffrey menghembuskan nafasnya kasar masih tidak mengerti kenapa adiknya melakukan hal itu jika ia seperti ini, "belom siap apa? Lo yang ngelakuin Jeno. Jangan jadi bajingan."

Jeno tertegun seumur hidup baru kali ini Jeffrey berkata kasar kepadanya, "Lo harus tanggung jawab secepatnya. Kalo ayah sama bunda tau duluan, habis idup lo." ucap Jeffrey tajam.

"Kenapa? Kok lo diem??? Gak mau? Mau gua tonjok lo?"

"Dari kecil gua gak pernah ngajarin lo jadi brengsek Jeno. Anak yang ada ditubuh Siyeon itu anak lo, tanggung jawab lo. Orang rumah gak pernah ngajarin lo yang macem-macem. Apa Lo tega liat bunda dan ayah kecewa???"

Jeno menitikkan air matanya, "maka dari itu, gua gak mau ngecewain mereka..." lirihnya.

"Gua tau. Tapi dengan cara lo sembunyiin semuanya semua gak akan selesai. Lo harus jujur gimanapun juga. Gua gak benci sama lo, gimanapun lo adek gua. Lo mau gimana? Coba pikir ada gak cara jalan keluar lain buat selesain masalah ini? Ada gak? Gak ada kan? Gimanapun juga Lo harus tanggung jawab, siap gak siap. Tega Lo sama Siyeon? Kita sebagai laki-laki enak Jen kalau ngehamilin anak orang gak ada bekasnya, tapi perempuan??? Kalo Lo gak siap seharusnya Lo gak ngelakuin itu sebelum waktunya. Lo udah dewasa Jen, Lo harus bisa mecahin masalah Lo sendiri. Jen, yang menderita bukan cuma lo. Siyeon lebih menderita karena dia hamilin anak dari orang yang gak bertanggung jawab."

"Kenapa? Masih mikir? Dengan Lo sembunyikan semuanya malah bikin hati mereka sakit hati. Bukan Siyeon doang yang kecewa tapi semua, semua keluarga lo. Lebih baik lo jujur, daripada bunda sama ayah tau dari orang lain. Pikirin anak lo, jangan buat tempat lo dineraka makin luas."

"Karir gua bisa ancur bang."

"Bajingan lo!"

Bruk!

Jeno terjatuh akibat pukulan yang diberikan oleh Jeffrey. Ia memegangi pipinya yang lebam. "Terserah! Itu keputusan lo, gua udah bilangin yang bener. Kalo lo gak mau, gua angkat tangan."

Jeffrey ingin beranjak pergi dari sana, tetapi sebelum ia benar-benar pergi Jeno yang masih tersungkur menahan lengannya. "Bantuin gua."




______





Rose mengoleskan obat merah dengan perlahan. Tak dapat disembunyikan bahwa dirinya sedikit nyeri melihat luka lebam yang begitu parah dipipi milik Jeno. Bagaimana bisa laki-laki itu menahan lukanya sampai hari ini. "Ah!" ringis Jeno, sontak tangannya perlahan menahan tangan Rose membuat Rose terkejut. "Maaf, tahan bentar aja."

"Hm."

Waktu pertama kali menetaskan obat merah di wajah Jeno, Rose cukup tertegun melihat struktur wajah Jeno yang begitu tajam. Membuatnya terlihat garang  namun tetap tampan. Kalau disuruh memilih Jeno atau Jeffrey mungkin ia akan memilih Jeno. Tetapi tidak, hatinya tidak bisa dibohongi. Sementara yang duduk disebelah kanan Rose menatap mereka berdua dengan tatapan cemburu. "Harusnya tadi malem gua gak usah nonjok." gumam Jeffrey sangat pelan.

dare to the trapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang