15# Bukan Tentang Waktu tapi, Keyakinan

4.3K 617 6
                                    


Maafkan bila ada typo dan antek-anteknya
Jangan lupa vote dan komen💚
Enjoy reading juseyooo








Tangannya tidak bisa berhenti membuat sketsa gambar. Dengan semburat senyum yang terpancar diwajahnya, tangannya terus memunculkan imajinasi yang ada di pikirnya. Bukan. Bukan gambar baju ataupun yang biasanya ia buat, tetapi gambar lukisan, lukisan seseorang. pria.

Semuanya sudah berjalan seperti biasa, ia bisa bebas tanpa harus terikat oleh sebuah masalah atau urusan diluar pekerjaannya. Tetapi dibenaknya, sungguh hati Rose sedikit nyeri saat memikirkan hal tadi. Entah kenapa ada sedikit perasaan yang membuatnya enggan jika hari ini tiba.

_jeffrey has started following you.

Rose menaruh pensilnya beralih memegang ponsel disebelah kertas. Ia mengangkat satu alisnya saat melihat notifikasi tersebut. Ia lupa bahwa ia dan Jeffrey tidak berteman di Instagram atau social media lainnya selain WhatsApp. Menghela nafasnya, kini perasaannya tiba-tiba menjadi buruk karena hal tersebut. Rose menaruh ponselnya sedikit dihentak.

Ia mengusak rambutnya bingung, ah sebenarnya apa yang sedang ia pikirkan sekarang????

Ia senang semuanya telah berakhir ia tidak berurusan lagi dengan Jeffrey.

Tetapi, ia juga tak rela.

Oke, mungkin mulai sekarang ia harus menghilangkan Jeffrey. Bukan hanya di hari-harinya namun di pikiran dan juga hati?nya. Lagipula mungkin pria itu sedang sibuk dengan urusan kantornya.

"Oke oke rose calm down."

ia kembali mengambil ponselnya dan menge-stalk
akun Jeffrey.

"Loh ini apaan? Bukannya foto gue? What the...."

Rose memencet postingan pada tanggal 9 Februari kemarin. Ah astaga.

Rose sepertinya mulai gila. Pria itu memfotonya secara diam-diam. Ah Jeffrey, sialan. Kalau begini bagaimana bisa ia menghilangkan pria itu dari pikirannya?!
















"Ah biasa aja, sama aja. Dia sama saya tuh cuma beda nasib. Kalau seandainya saya kaya dan orangtua saya kayak dia pasti juga sama. Dia cuma bisa ngandelin orang tua doang." sahut pria berdasi sambil memegang secarik kertas dengan perasaan tidak senang.

Orang didepannya yang berjabat lebih rendah dari dirinya atau bisa dibilang bawahannya dikantor tersebut memandang pria didepannya dengan pandangan tidak enak dipandang, namun masih bisa ia tutupi dengan senyuman tipis. "Pak, bapak kan asistennya apa nggak takut?"

"gini ya chae, ngapain takut? Dia cuma atasan doang bukan tuhan."

Perempuan yang dipanggil Chae atau lebih lengkapnya Chaeyeon itu hanya terkekeh lalu menggeleng kecil. Pria didepannya terlalu sombong ia selalu tidak suka dengan orang yang lebih sukses darinya bahkan seisi kantor pun tahu itu. Tetapi tidak tahu, sampai kapan pria didepannya akan sadar. Bahkan CEO yang baru saja dibicarakan padahal belum ada seminggu ia mendampingi CEO tersebut.

"Wonu, saya daritadi manggil kamu."

Pria yang barusan dipanggil Wonu terlonjak kaget saat Jeffrey memanggilnya dengan nada dingin. Takut-takut ketahuan bahwa ia membicarakan Jeffrey, ia bersikap seolah-olah tidak terjadi apa apa. Chaeyeon tersenyum tipis lalu membungkukkan tubuhnya, "permisi pak, saya duluan." ucapnya sebelum pamit.

Jeffrey mengerutkan alisnya heran, "dia siapa?" tanya Jeffrey.

"dia cuma pegawai biasa pak, Chaeyeon namanya."

Jeffrey mengangguk paham. Ia menatap Wonu kemudian menghela nafas, "Tidak usah pake embel pak kalau lagi berdua saya gak suka, kita seumuran, aneh."

Wonu mengangguk, "maaf Jeff."

"Yaudah atur pertemuan sama klien."

"iya Jeff, tadi saya udah atur. Tetapi yang nanti datang bukan kepala proyek, tetapi wakilnya."

"Padahal dia sudah menghubungi saya untuk itu. Saya mau dia yang bertemu, kalau dengan wakil biasanya tidak tersampaikan dengan baik. Dan juga harus menunggu keputusan ketua proyek."

Wonu menunduk mendengar tolakan dari Jeffrey, "maaf Jeff, nanti saya hubungi lagi dan usahakan."

"ya. Omong-omong sekarang tanggal berapa?"

"13 Februari, Jeff."

















Jeffrey membuka jass yang menempel di tubuhnya, ia membiarkan jass tersebut tergeletak sembarang di atas kasur. Dengan langkah yang gontai ia duduk dikursi depan cermin dan menatap wajah lelahnya seharian ini, namun, makin lama ditatap ia tak bisa melihat dirinya sendiri melainkan bayangan Rose yang berada di cermin itu sedang tersenyum kepadanya.

Rindu, ini yang Jeffrey rasakan. Bagaimana akhirnya?? Baru sehari tak bertemu saja membuat hatinya kian lara. Padahal mereka sendiri tidak mempunyai hubungan apa-apa sebatas teman. Atau mungkin memang tidak punya hubungan sama sekali?

Jeffrey terlalu bingung untuk mengungkapkan rasa hatinya kepada Roseanna. Hanya berawal dari dare memang, tetapi mampu membuatnya terjerat sendirian dalam hati Rose. Andai Jeffrey tahu bahwa Rose juga menyukainya, apa yang akan pria itu lakukan?

Ia tidak ingin hubungan mereka sebatas pacaran. Baru beberapa minggu mereka berkenalan. Tetapi rasanya, Jeffrey ingin lebih ia tidak ingin Rose hanya sebatas pacar untuk sementara. Ia ingin Rose menjadi miliknya selamanya, menjadi teman hidupnya dan mempunyai ikatan lebih dengan dirinya. Yang ia inginkan tentu jauh dari kenyataan, bahkan ia saja tidak tahu bagaimana perasaan gadis itu untuknya. Hanya sebuah ketidaksengajaan.

Ia merasa kehadiran Rose dalam hidupnya sangat berpengaruh. Ia merasa dibantu dengan kehadiran perempuan itu. Menurutnya, perempuan itu adalah kunci dari sekian banyak kebingungan yang tidak bisa ia selesaikan sendiri.

Jika ia bisa memutar ulang waktu dan beralih ke masa lampau. Ia ingin dirinya dan Roseanna kenal lebih lama entah bagaimanapun caranya.

Jeffrey, apa yang akan ia lakukan jika tahu Rose akan pergi?











Jeffrey, apa yang akan ia lakukan jika tahu Rose akan pergi?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
dare to the trapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang