"Tidurlah, Unnie akan membangunkanmu besok." Jennie mengelus lembut surai rambut Lisa. Tersenyum saat adiknya itu mulai memejamkan matanya.
"Unnie..."
"Hm? Katakanlah, apa maumu?" Tanya Jennie pada Lisa. Berharap jika adiknya itu meminta sesuatu padanya. Karena sedari Lisa kecil, Lisa tak pernah meminta apapun pada kakaknya ataupun kedua orangtuanya berbeda dengan kakak-kakaknya.
"Eomma dan Appa belum pulang?" Lisa menatap Jennie dengan penuh harap. Sedangkan tangan Jennie yang awalnya mengelus pucuk kepala Lisa akhirnya berhenti.
"Tidurlah, besok kau harus sekolah," Jennie menarik selimut Lisa sampai sebatas dada. Mengecup sekilas pipi Lisa sebelum dirinya meninggalkan kamar adik bungsunya.
Sedari kecil, Lisa memang selalu di jaga dan dirawat oleh kakak-kakak nya. Dari kasih sayang, urusan sekolah, sampai segala peran yang seharusnya dilakukan oleh orangtua, semua digantikan oleh kakak-kakak Lisa.
"Jennie-ya," Jennie menoleh saat mendengar namanya dipanggil.
"Waeyo, Unnie?"
"Lisa sudah tidur?" Jennie mengangguk sebagai jawaban untuk kakak tertuanya itu.
"Eomma, Appa. Belum pulang?" Tanya Jennie sebelum masuk kedalam kamarnya.
"Kau tahu mereka, kan? Mereka sedang memanjakan anak-anak mereka di kantor." jawab Jisoo acuh. Jisoo berjalan ke arah sofa ruang tengah lalu menyalakan televisi yang ada di hadapannya.
"Ah, matja. Aku tidur dulu, Unnie. Jalja." Jennie memasuki kamarnya. Meninggalkan Jisoo yang sedang duduk sendiri sembari menonton televisi.
"Apakah aku tidak bisa seperti anak lainnya? Berbincang dan tertawa bersama bersama orangtuanya." Jisoo bermonolog sendiri.
Tatapannya hanya lurus kedepan, menatap televisi yang terus menyala tapi sang penonton bahkan tidak benar-benar memperhatikannya.
"Jangan terlalu berharap, Unnie." Jisoo menoleh kaget. Terkejut saat mendapati adiknya masih terbangun tengah malam seperti ini.
"Chaeyoung-ah, belum tidur?"
"Apa aku akan tetap di sini jika sudah tidur?" Rosé tertawa pelan lalu ikut duduk disamping Jisoo.
"Bukankah rumah kita ini terlalu besar?"
Rosé megedarkan pandangan nya ke seluruh rumah mewahnya. Rumah bernuansa putih polos dan di selingi dengan furniture berwarna putih, hitam, dan sedikit berwarna merah.
"Wae? Kita tinggal ber-enam di rumah ini." jawab Jisoo yang juga ikut mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumahnya.
"Benarkah ber-enam? Aku kira kita hanya tinggal berempat." Rosé berdecih pelan. Tertawa pada dirinya sendiri karena nasib buruk yang menimpanya.
"Sudah, kembalilah ke kamarmu. Kau harus istirahat, besok kau harus kembali bersekolah. Ujian akhirmu semakin dekat, kau harus banyak tidur agar tubuhmu bugar." Jisoo mematikan televisi lalu menarik tangan Rosé dan mengantarkannya ke kamar Rosé.
________________________
For next chap, rameiin dulu yuk. Vote dan comment buat apresiasi cerita ini😁
Follow akun ini Bplace
Follow IG @/ bplace_wpNext? Soon💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Say "If" [ E N D ] ✔
Teen FictionKata 'jika' atau 'seandainya' pun takkan mampu mengembalikkan sesuatu yang sudah hilang atau pergi.