PROLOG

933 37 0
                                    

"Hidup kadang berlebihan memberi masalah"

~Rany~

Sebuah larangan dan kekangan sedang memenjarai seorang gadis. Di dunia ini, semua orang punya hak dalam menjalani hidup. Hak untuk bebas melakukan apapun! Tapi tidak untuk gadis ini, hidupnya bergantung pada orang tuanya, keinginannya di tentukan orang tuanya, kebebasan dilarang orang tuanya. Lalu untuk apa gadis ini hidup tanpa kebebasan?

"Pagi Bi!" sapa gadis cantik selepas menuruni tangga.


Gadis itu bernama Rany! Cantik, feminim, dan tampak polos.
Wajahnya selalu memancarkan senyum yang tidak pernah lepas jika bertemu dengan orang orang.
Tapi percayalah, senyum itu akan redup jika dia sudah sendirian.

"Eh Enon, Pagi juga! Tumben pagi pagi udah rapi aja?" tanya Bibi.

Panggil saja asisten rumah tangga itu dengan sebutan Bi Sumi!
Namanya memang banyak di pakai di sinetron.

"Iya Bi! Hari ini Rany mau keluar bentar, ada buku yang mau di beli juga." jawab Rany antusias
Masih dengan senyum yang merekah di wajahnya.

Bi Sumi tau, senyuman itu selalu dia gunakan untuk menutupi kepedihannya.
Miris!

"Tapi kalau nyonya sama Tuan tau gimana Non? Entar Non di hukum lagi! Jangan deh! Biar Bibi aja yang beli bukunya." ujar Bi Sumi khawatir.

Bagaimana tidak khawatir, Rany itu memang kebutuhannya tercukupi bahkan sangat sangat tercukupi tapi untuk kemana mana saja selalu di larang orang tuanya.
Bahkan keluar ke halaman rumah bisa membuat Rany di bentak orang tuanya.

"Gak apa-apa kok Bi, lagian kan Mama sama Papa lagi keluar kota. Pulangnya juga lama jadi kesempatan ini gak akan Rany buang begitu saja, Kan sayang Bi! Mubazir namanya." kekeh Rany pelan.

Sebenarnya Rany merasa khawatir juga kalau harus keluar rumah. Apalagi keluar sampai sejauh itu.
Tapi dia tergiur dengan suasana luar rumah.
Walaupun hanya melihat dari layar HP ataupun laptop. Membuat Rany, ingin sekali keluar dengan keberanian seadanya saja.

"Tapi jangan lama-lama ya Non! Bibi bener takut banget kalau Non sampai ketauan sama Nyonya dan Tuan." ucap Bi Sumi dengan ragu-ragu.

"Tenang aja Bi, Rany pamit dulu. Assalamualaikum!" pamit Rany mencium tangan Bi Sumi

Sudah menjadi kebiasaannya jikalau pergi.
Rany memang selalu menyalami Bi Sumi terlebih dahulu karna hanya Bi Sumi yang selalu ada di dekat Rany.

Rany tidak pernah mencium tangan orang tuanya?
Iya! Karna yang di cium juga tidak ada di rumah dan tidak mau jika Rany mencium tangan mereka.
Kenapa?
Entahlah!

Rany berjalan terus menuju pintu utama istananya.
Rany tidak memesan taxi online karna dia tidak tau cara memesannya dan takut!
Jangan tanya kenapa tentu Karna dia tidak pernah naik taxi online apalagi harus memesannya.

Saat menunggu angkutan umum di halte dekat rumahnya,
Rany terus tersenyum. Bahkan dia terharu dengan keadaan luar rumah.
Banyak orang yang sibuk dengan urusan mereka! Ada yang pacaran dan Ada yang duduk santai menikmati secangkir kopi di kedai dekat halte.

LIBERTY ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang