Malam hari nya, Rafi berniat mengunjungi apartemen milik Tifa untuk sekedar meminta maaf atas apa yang ia katakan tadi siang.
Tanpa mengetuk pintu, Rafi langsung masuk begitu saja karena sudah hafal pasword nya di luar kepala.
Namun langkahnya terhenti di ambang pintu saat mendengar keributan di dalam.Prang
"Heh denger ya! Sampai kapanpun kamu gak bakal pernah bisa nyingkirin saya dan anak saya dari rumah itu! Dan kamu, jangan pernah coba-coba buat injakin kaki di sana lagi!" Teriak seorang wanita paruh baya yang ber make up tebal setelah memecahkan vas bunga yang berada di meja tamu.
"Tanpa anda suruh pun saya gak bakal pernah sudi dateng ke rumah itu." Jawab Tifa santai sambil bersedekap dada.
"Dasar anak kurang ajar!"
"Kurang ajar? Ck ada baiknya nyonya bercermin sebelum mengatakan itu.Ups, apa di rumah sebesar itu sama sekali tidak ada cermin? Mau saya pinjamin?" Tanya Tifa dengan ekspresi pura-pura terkejut membuat wanita di depannya tambah kesal.
"Saya tidak peduli, yang saya mau kamu jangan pernah menampakan diri di depan suami saya lagi atau kamu akan tau akibatnya!" Ancam wanita itu sambil mengarahkan jari telunjuknya ke depan wajah Tifa.
"Sebenarnya saya juga malas ketemu sama suami anda.Tapi mau gimana lagi? Dia yang memaksa untuk bertemu saya."
"Berani ya kamu jawab ucapan saya!?" Bentak wanita itu
"Memang anda siapa? Presiden? Bahkan di sebut orang tua saya pun saya tidak akan pernah sudi!"
Plak!
Suara tamparan menggema di seisi ruangan.
Rafi yang tadi nya diam tak mau ikut campur langsung mendekat ke arah Tifa yang meringis merasakan perih di pipi.Seketika tamparan yang di layangkan wanita itu membuatnya teringat dengan kejadian 3 tahun yang lalu.
Dimana ia kehilangan kepercayaan seorang ayah gara-gara seorang wanita yang bahkan sebelumnya ia tidak tau siapa namanya.Saat itu untuk pertama kali nya ia di tampar oleh orang yang paling ia sayangi hanya karena wanita yang sekarang berdiri di depannya.
"Lo gak papa?" Tanya Rafi sambil mengelus pipi yang mulai membiru bekas tamparan.
Tifa langsung menepis tangan Rafi dengan kasar.
"Kenapa gak di bicarain baik-baik aja sih tan? Harus gitu pake kekerasan?" Tanya Rafi sambil menatap ke arah wanita itu.
"Kamu siapa berani ikut campur urusan saya dengan anak pembawa sial itu hah!?" Balas Wanita itu.
"Tifa pacar saya.Urusan anda dengan Tifa berarti urusan saya juga." Jawab Rafi namun hanya mendapat kekehan dari wanita di depannya.
"Dasar bocah! Asal kamu tau yaa, orang yang kamu bela-bela ini adalah seorang pembunuh!" Ucap wanita itu sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Tifa.
Deg
Tifa terdiam.Otaknya seketika ngebleng.
Bayangan-bayangan pahit yang tidak ingin ia ingat mengalir begitu saja di pikirannya.Tanpa ia sadari, bulir air matanya sudah menetes.Rafi yang menyadari perubahan raut wajah Tifa mengerutkan keningnya.
Apa yang terjadi sebenarnya?
"Hahah diem kan? Itu memang fakta, anak itu adalah seorang pembunuh.Dia udah bunuh ibu kandung nya sendiri." Ucap wanita itu lagi.
Brak!
Tifa membanting barang-barang di sekitarnya tanpa banyak berpikir.
Rafi dan wanita itu nampak terlonjak kaget dan segera menyingkir dari pecahan-pecahan kaca yang berserakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Couple [On Going]
Teen FictionKisah seorang gadis remaja yang tumbuh menjadi pribadi kuat dan menjunjung tinggi keadilan. Cantik,ramah, dan berani adalah 3 hal yang menjadikan dirinya sorotan semenjak pindah di SMA Tunas Bangsa. Tifania Anastasya.Gadis dengan sejuta kepedihan ya...