13.Papah?

144 14 0
                                    

Melihat seseorang yang dulu tertawa bersamamu kini tertawa dengan yang lain jauh lebih sakit dari pada apapun di dunia ini.

-Tifania Anastasya

«●»

S

etelah kepulangan Rafi, Tifa duduk di sofa ruang tamu dengan tv yang menyala.
Ia sama sekali tidak fokus dengan tv nya, melainkan ia memikirkan kejadian demi kejadian yang di alami nya sejak berpacaran dengan Rafi.

Mengapa akhir-akhir ini, jantungnya sering berdetak tidak stabil saat bersama cowok itu?
Dan kenapa ia juga terkadang merasa gugup?

Aneh

Kemana Tifa yang tegas dan berani itu? Kenapa ia sama sekali tidak bisa menemukan jawaban atas pertanyaan nya sendiri?

Ia belum pernah merasakan ini sebelum nya.Apa yang terjadi pada dirinya?

Akankah ia menyukai Rafi yang notabenenya orang yang sebelumnya paling ia benci?
Tidak.
Tidak mungkin hal itu terjadi.
Ia sudah bertekad untuk tidak melibatkan perasaan saat menjalin hubungan dengan Rafi.

Ia hanya ingin seluruh siswa Tunas Bangsa terbebas dari bully an Rafi dan kedua temannya.
Tapi..

Lamunan Tifa buyar saat bel apartemen nya berbunyi.
Ia beranjak dari sofa dan membuka pintu nya dengan malas.

"HAII TIFA KUU, DO YOU MISS ME?!" Teriak Zahra di ambang pintu.Sedangkan Naysa dan Dara berdecak malas melihat ke alay an Zahra yang sepertinya sudah mendarah daging.

"Gak usah alay deh." Ucap Tifa datar dan kembali menutup pintu setelah ketiga temannya masuk.

"Sembilan dari sepuluh wanita cantik di indonesia, memiliki sifat yang alay." Ucap Zahra dengan bangganya lalu duduk di Sofa.

"Nah berarti gue cantik dong!?" Sambungnya.

"Anjir, teori dari mana tuh?" Tanya Dara heran

"Turun temurun tuh, dari nenek moyang gue."

"Gue curiga deh, jangan-jangan nenek moyang lo dulu lebih gila dari lo ra." Ucap Naysa dengan raut wajah yang terlihat serius membuat Tifa serta Dara tak kuasa menahan tawa.

"Sembarangan lo ya! Gitu-gitu juga nenek gue.Kalaupun gila, ya gak papa lah, yang penting cantik Ahahaha." Ujar Zahra asal

"Jadi prinsip lo, 'Gila? Gak masalah.Jelek? Jangan sampe' gitu ra?" Tanya Tifa sambil menahan tawanya.

"Wih kalo kayak gitu mah, gue yakin Si Zahra udah gila dari bayi." Timpal Dara sambil menjentikan jari nya.

"Ya nggak gitu juga njir.Maksud gue, yaa jangan sampe deh gila.Eh gimana sih? Au ah gelap!" Ucap Zahra yang juga bingung cara menjelaskannya.

"Dih gak jelas lo." Ucap Tifa, Naysa, dan Dara barengan.

Mereka ber empat kemudian masuk ke dalam kamar Tifa sebagai tempat yang paling nyaman.

Zahra duduk di sofa sambil memakan beberapa snack makanan ringan, Dara yang tiduran di kasur layaknya sang pemilik kamar, Naysa yang sedang menjelajah seisi kamar.Dan Tifa yang menahan mati-matian rasa kesal nya.

Ia yakin setelah ini, kamar nya akan berbentuk seperti kapal pecah.Huh! Menyebalkan

"Kok lo tinggal di apartemen Fa?" Tanya Naysa yang kini sudah duduk di samping Zahra.

"Iya, gue juga nggak liat orang tua lo.Lo sendirian?" Tanya Zahra yang ikut nimbrung.

"Gue sendiri.Orang tua? Udah mati kali." Ucap Tifa datar tanpa ekspresi membuat ketiga temannya mengernyit heran.

Sweet Couple [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang