Prolog

18.2K 677 4
                                    


"Mas, jangan pergi!"

"Stop panggil saya dengan sebutan 'Mas'!" tekan Mas Gibran, netra sekelam bajanya menatapku tajam.

"Kenapa Aiza nggak boleh pakai panggilan itu? Aiza 'kan istri Ma--"

"Istri?! Sampai kapan pun di mata saya kamu tetap lah pembunuh!"

"Aiza nggak tahu apa-apa, malam itu--"

"Kamu masih mau mengelak setelah ada bukti?!"

"Mas ..."

"Minggir! Jangan halangi saya!" Sentakan Mas Gibran menghempaskanku ke lantai tapi sakitnya tak seberapa di banding semua ucapannya.

"Apa nggak ada kata maaf buat Aiza?"

***

"Ma ... ehm, Kak, Aiza udah beliin sarapan, di makan, ya."

"Saya tidak sudi makan, makanan pemberian pembunuh!"

Mas Gibran beranjak pergi tanpa melirik masakan yang telah kubuat susah payah.

"Aiza bawakan tas kerja Ma--Kakak sampai depan, ya."

"Sudah saya peringatkan berkali-kali, bersikaplah layaknya orang asing! Saya terganggu dengan semua tingkah kamu!"

"Aiza ini istri Kakak. Sudah menjadi kewajiban Aiza untuk melayani Kakak."

"Bagian terburuk dalam hidup saya adalah menikahi kamu!"

"Sesulit itu Kak Gibran memaafkan Aiza? Hal apa yang bisa buat Kakak maafin Aiza?"

"Pergi."

***

Di tengah ledakan yang memekakkan, senyumku mengembang sempurna.

Rasa takut menguap ketika lintasan percakapan bersama Mas Gibran menghiasi benak.

"Sebentar lagi Mas Gibran nggak akan liat Aiza lagi. Apa sekarang Aiza udah di maafin?"

"Kalau iya, semoga kepergianku membawa bahagia untukmu."

______

Tbc.

Assalamualaikum warramatullahi wabarakatuh

Apa kabar teman-teman pembaca? Aku kembali lagi dengan membawa cerita baru, lebih tepatnya spin-off dari cerita Jodoh Wasiat Abi. Semoga kalian suka sama ceritanya.

Jazakumullah Khairan khatsiron.

Imam Rahasiaku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang