Bonbon

9 || Vano Seksi

VANO SEKSI

***

[Bonbon POV]

Puing!

"ADUH KAKAK BONBON!"

Aku berbalik ke belakang, ada Deya yang mengusap kepala nya. Napa nih anak?

"Kamu kenapa sayang?" tanya ku sambil menghampiri nya. Harus baik dong, kan disebelah ada Dokter Bara. Kalo nggak mah, aku udah masuk aja. Ngapain ngurus tuyul satu itu? Ih amit-amit dehh..

"Kakak ngapain ngelempar sepatu nya sih? Kan kena kepala Deya!" maki nya kepada ku. Dia mengusap kepala nya perlahan.

Hoho cian.. Abis nya tadi aku kesel sih sama curut-curut itu, maka nya marah dan ngelempar sepatu ntah kemana. Eh nyasar nya ke tuyul bule ini. Hihi.

"Hehe yaa ampun, maaf yaa.. Kakak nggak tau ada tuyul dihalaman kakak.." kata ku jujur. Anak ini kecil sekali, maka nya nggak kelihatan.

Deya menatap ku marah, dia memungut sepatu ku. Ngapain? Dia berjalan mendekati ku sambil menodong sepatu sekolah milik ku ke hadapan ku. Eh ngapain nih anak?

"DEYA, JANGAN LEMPAR KAKAK!"

Aku berlari menjauh dari Deya, tapi anak itu tetap mengejar ku yang sudah lari terbirit-birit. Hadeh, dia nggak mau ngalah sama yang tua!

"KAKAK, JANGAN KABUR DARI DEYAAA!" pekik seseorang itu dari belakang.

Aku hanya lari terus, menjauh dari Deya. Nafas ku capek banget, tadi pagi dikejar sama tiga curut. Nah sekarang? Dikejar sama tuyul. Wadaw, nasib ku hari ini apes bener.

Aku melihat ke pagar ada Vano yang baru datang dengan motor nya. Ngapain lagi nih curut kesini? Nggak puas ngerjain aku pas di Supermarket?

Aku langsung menghampiri Vano. Dari pada dikejar tuyul? Idiw.. Mending ketemu Vano dehh.

Vano tersenyum untuk menyapa ku, tapi aku mengabaikan nya. Aku menutup pagar dari luar. Dan mengunci nya. Kan si Deya nggak bisa membuka nya. Huahaha. Bonbon pinter banget.

"Napa lo?" tanya ku jutek.

Vano menggaruk tengkuk nya. "Bon, gue mau minta bantuan lo boleh nggak?" tanya nya serius, ia melirik ku dengan mata yang tajam. Tapi seksian mata Dokter Bara dong..

"Boleh? Bantuan apa? Beras, mie goreng, air bersih, atau.. apa?" tanya ku beruntun.

Dia mendengus. Ia mencubit kedua sisi pipi ku.

"Dasar peak.. bukan bantuan itu.." kata nya gemas.

Aku menatap nya datar. "So?"

"Jadi pacar gue."

WHAT?

MANA SEPATU GUE?

NIH ANAK PENGEN DITABOK PAKE SEPATU YAK?

"Nggak."

Akhir nya hening.

Aku melirik nya, Vano menunduk diam. Kok hati ku menjadi luluh karna menatap wajah ngemis nya yah?

Duh.. Jadi melow deh..

"Eh Van.. Gue bukan mau jutek sama lo, tapi gue nggak bisa jadi pacar lo.." ucap ku perlahan.

Vano mengangkat kepala nya melihat ku. "Gue mau tau alasan nya, kenapa lo nggak mau jadi pacar gue?"

Mati!

Kenapa yak? Vano itu kan keren, ganteng, tinggi, mancung, alis nya tebel, anak futsal lagi. Tapi apa kekurangan nya? Ah iya, merokok.

"Karna-"