26. Goblin Bersaudara

14 5 0
                                    

Api abadi semakin dekat. Dan itu adalah sebuah rumah. Bukan, tapi itu bar model abad pertengahan. Gentala begitu girang, ia berlari menuju rumah itu.

BRAAAKK ... , pintu bar dibuka dengan semangat oleh Gentala dan berseru "DIMANA KAKAK BERADIK KOVENSCKI?" Ya, mereka kakak beradik Kovenscki: Kurnia, Lusia dan Mikael Kovenscki.

Bar itu hening sesaat, seluruh kepala menoleh kepada Gentala. Lalu, terdengar sebuah teriakan. "LARIIII ... " Gentala pun melihat tiga sosok makhluk imut yang berlarian keluar pintu belakang. Itu pasti mereka, pikir Gentala.

"TUNGGUUU ...." Gentala berlari mengejar mereka menuju pintu belakang bar. Ketiga goblin itu berlari sangat cepat, Gentala pun penuh semangat mengejarnya dari belakang.

"TUNGGUUUU ...  AKU MOHON ...  AKU INGIN BICARA," teriak Gentala sembari terengah-engah.

"TIDAK MAUUU! KAU PASTI INGIN MENAGIH HUTANG KAMI KAN?" teriak goblin yang perempuan. Itu pastilah Lusia, satu-satunya goblin perempuan diantara mereka bertiga.

"YA, JANGAN GANGGU KAMI, ANAK MUDA!" teriak goblin laki-lakinya, entah itu Kurnia atau Mikael.

Gentala berlari makin cepat, Gentala hampir mencapai Lusia yang larinya paling belakang. Gentala pun mulai menekuk lututnya bersiap menerkam Lusia dari belakang. Begitu Gentala terbang dan hampir menubruk Lusia, tiba-tiba saja tubuhnya berhenti di udara. Tubuhnya melayang dan tak sekalipun ia bisa menggerakkan tubuhnya. Gentala melihat, ternyata dari tangan Kurnia atau Mikaellah terpancar nyala sinar yang menyelubungi tubuh Gentala sekarang sehingga tubuhnya melayang tak bergerak di udara.

Kemudian, dengan kibasan tangan si goblin, Gentala terhempas beberapa meter jauhnya di belakang mereka.

Sekujur tubuh Gentala nyeri setelah menghantam tanah. Dengan putus asa, sontak Gentala berteriak, "KALIAN MEMAKAN SARI BUAH IMAJINASI KAN?"

Ketiga goblin itu berhenti dan menoleh, salah satu dari mereka berlari menghampiri Gentala dan mencengkram kerah jubahnya, "Itu sudah dua puluh tahun yang lalu, Nak. Darimana kau tau?"

"Guruku Hidasir yang menceritakannya. Aku dalam perjalanan mencari imajinasi."

"Apakah kau bermaksud memakan otak kami, seperti orang-orang barbar itu yang memburu kami?"

"Tidak. Kalian salah paham. Aku hanya ingin mendengar kalian bercerita."

"Hmm... Bagaimana menurut kalian? Lusia? Mikael?"

"Kelihatannya anak ini bicara jujur."

"Aku rasa juga begitu."

"Baiklah, berikan kelopak bunga Eterna."

Si goblin perempuan pun merogoh sesuatu di dalam tasnya. Dan keluarlah sebuah bunga yang memiliki kelopak 7 warna.

"Kunyah ini, Nak," kata Lusia sambil menyuap-kan kelopak bunga itu kepada Gentala. Rasanya sangat asam, membuat Gentala sedikit berjengit, tapi setelah itu rasa sakit di seluruh tubuh Gentala pun hilang dan tubuhnya kembali segar.

"Wow, hebat sekali! Bunga apa ini?"

"Bunga Eterna, hanya bisa dipetik di kaki gunung kerajaan langit Shambala."

"Hoo ... " Gentala hanya melongo mendengarnya. Dia tak tahu menahu mengenai kerajaan langit bernama Shambala. "Jadi, bagaimana? Kapan aku bisa mendengar cerita kalian?"

"Sabar anak muda, biar kami memperkenalkan diri dahulu. Perkenalkan namaku Kurnia, dan ini adik perempuanku bernama Lusia, dan ini adikku yang paling bungsu bernama Mikael"

Setelah dilihat-lihat dari dekat barulah terlihat perbedaan antara Kurnia dan Mikael. Tubuh Mikael sedikit lebih gempal dan pendek, sedangkan Kurnia lebih tinggi dan memiliki sedikit janggut, Mikael tak memiliki janggut.

"Jika kau ingin mendengarkan cerita kami, lebih baik kau mendengarnya dirumah kami," kata Mikael.

"Dimana rumah kalian?"

"Tak jauh dari sini, jaraknya dua ratus langkah dari sini. Ayo nak. Angkat pantatmu!" ujar Lusia.

Journey Into The Mind [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang