9e) Tamu

12 4 0
                                    

Tiba tiba si Markum kedatangan tamu dirumahnya. Ia tak menyangka. Padahal selama ini rumahnya sangat jarang disinggahi orang. Karena kagetnya, ia segera keluar, hendak membukakan pintu. Namun, ketika pintu telah dibuka, Markum terkejut. Tamu yang dilihatnya itu sangat aneh. Wajahnya sangat putih seputih tengkorak. Ada kerutan dan keropeng yang menjijikkan di kulit wajah tamunya itu. Seolah dia bukan manusia. Dan Markum berpikir bahwa tamu dihadapannya adalah tamu yang paling mengerikan yang pernah dilihatnya.

Markum terkejut. Warna kedua bola mata tamunya itu berlainan. Mata kirinya berwarna putih dan satunya lagi berwarna kuning mencolok.

"Boleh saya masuk ke dalam?"

Bulu kuduk Markum berdiri. Ia ingin berucap "tidak boleh!" tapi tak bisa. Wajah tamu itu pucat sekali. Markum yakin tak tampak wajah manusia di wajah tamunya itu, bahkan seluruh badannya. Tamu itu mengedip kepadanya, seakan menantangnya. Perasaan panas menjalari seluruh pori dan syaraf Markum.

"Boleh saya masuk ke dalam?" ulang tamu itu dengan suara serak.

Markum membatu. Mulutnya bingung antara mengucap "a" atau "i". Hatinya terus berpikir apa atau siapa yang tengah dihadapinya sekarang. Ditengah sibuknya itu, ingin rasanya ia menutup pintu sekeras mungkin. Ia tak toleran pada tamu yang mengganggu istirahatnya itu. Tapi, ada yang mengganjal di pikirannya karena sekuat apapun keinginannya itu ingin diwujudkan, selalu saja ada enggan yang mengamuk. Ia seolah malu jika harus menutup pintu. Ia malu pada tamu itu. Toh, bagaimanapun juga, "monster" yang ada dihadapannya sekarang adalah tamunya.

Badannya sangat lemas. Ia merasa mau jatuh, tapi segera seolah tak jatuh. Kunang kunang memenuhi kepalanya. Beribu ribu kalau tidak berjuta, atau tak terhingga.

Ada guratan senyum di bibir tamu itu, sangat tipis, sehingga Markum tak bisa menyadarinya. Markum terlalu lelah. Tamu itu masih menatapnya dalam, membor hatinya. Tamu ini begitu mengerikan, pikir Markum. Markum tak bisa berteriak minta tolong atau apapun yang bisa menepis horor yang dilihatnya sekarang. Ia juga tak bisa menyuruh tamunya pergi, seburuk apapun wajahnya. "Boleh saya masuk?" suara serak tamu itu mengagetkannya.

Markum terpekik. Tiba tiba tangan yang menyerupai cakar segera memukul badan Markum. Ia segera jatuh, terkapar di porselen.

Tamu itu, sekali lagi, tersenyum aneh. Kerutan diwajahnya berderak mengerikan. Sulit dilukiskan apa perasaannya sekarang. Lalu dengan perlahan lahan, tamu itu masuk ke dalam rumah Markum. Melangkahi badan Markum, dengan, seolah melayang.

Semuanya berjalan begitu cepat dan taktis. Mata Markum pedih, perih. Badannya seperti ditindih batu. Perlahan lahan dengan sipit mata, Markum mengawasi tamunya itu.

Jika anda tahu, Markum seorang atheis. Ia tak mengakui adanya Allah, Tuhan semesta alam. Maka patut kiranya jika ia kedatangan tamu istimewa, yang akan membuatnya jera. Seumur hidupnya.

Journey Into The Mind [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang