35. Pasar Malam Pulau Legali

13 3 0
                                    

"Jadi, apa rencanamu berikutnya Gentala setelah menemui kami?" tanya Pir ketika mereka berjalan-jalan di kebun bunga empat musim.

"Saya harus menemui Winaring, Yosita, lalu terakhir Yossy."

"Ah, kau sudah tahu kan bahwa Winaring dan Yosita itu kembar? Mereka itu agak aneh sebenarnya. Mereka itu punya Down Syndrome."

"Maksudnya ?" Gentala menggaruk kepalanya yang tak gatal, mengulang kalimat asing itu di kepalanya, "Down Syndrome? Apa itu?" tanyanya lagi.

"Mereka orang-orang kerdil. Dwarfism. Kekurangan hormon pertumbuhan di kelenjar hipofisis, yang menyebabkan tubuh mereka seperti anak-anak meskipun usia mereka sudah dewasa. Mereka kembar dan tampilannya agak menakutkan. Kau lihat sendirilah nanti. "

"Hmmm... jadi mereka orang dewasa dalam tubuh anak-anak?"

"Jelasnya sih begitu. Temui mereka di pasar malam nanti malam pukul tujuh. Mereka suka berkeliaran disana. Ayo kita balik ke rumah Ocha. Ocha sudah menyiapkan bekal untukmu makan malam nanti."

Pasar Malam Pulau Legali

Dua bantal roti, tiga botol selai: stroberi, markisa dan cokelat; dua bungkus margarin, dua termos jus jeruk dan satu toples daging asap. Ocha membawakan bekal makanan untuk seminggu rasanya. Dengan tambahan satu tas berisi makanan, Gentala pun berterima kasih pada Ocha dan Pir, lalu pamit pulang.

Pukul tiga sore Gentala kembali ke penginapan. Tubuhnya lelah dan ia pun merebahkan diri ke kasur sampai tanpa sadar ia tertidur pulas. Lagi.

Menjelang pukul setengah tujuh malam Gentala terbangun. Dengan tubuhnya yang berkeringat, ia segera berlari mandi dan berganti pakaian. Gamis yang sebelumnya dipakai dicuci asal-asalan lalu dijemur sekenanya dekat jendela. Pasar malam dibuka pukul tujuh malam. Tetapi Gentala tidak tahu dimana pasar malamnya. Tapi yang pasti setiap pasar malam pasti ada kembang api. Jadi Gentala memutuskan melihat ke langit dan melihat nyala kembang api.

Duaaaaaaaarrrrrr... Pyaaarrr, benar saja! Itu dia! Kesana!, batin Gentala senang ketika melihat kembang api di langit. Gentala segera berlari mengikuti arah kembang api mencuat. Tiba-tiba saja keramaian makin sesak. Orang-orang berduyun-duyun menuju pasar malam. Akhirnya Gentala menemukan kembang apinya saat dilontarkan. Gentala sudah berada di dalam pasar malam.

Malam begitu riuh. Ada penyembur api, pelempar pisau, akrobat dan tak jauh dari situ Gentala mengenali booth tenda Ari yang memasang plang:

JASA PERAMAL SUPER AKURAT! DIJAMIN

Gentala tersenyum kecil melihatnya. "Tidak! Tidak," potongnya pada diri sendiri sambil menggelengkan kepala, "saya harus mencari si kembar."

Begitu banyaknya kerumunan orang-orang membuat Gentala kerepotan mencari apalagi yang dicari ini berpostur tubuh kerdil. Sambil matanya jelalatan mencari, tangannya meraba termos di tas selempang kainnya. Ia minum sampai tanpa sadar tersedak karena menubruk punggung seseorang. Gentala berbalik, begitupun punggung yang dia tabrak.

"Ari!"

"Gentala!"

Dua seruan itu disertai saling tunjuk sembari dihiasi mimik muka terkejut keduanya.

"Mengapa kau tak berjaga di tendamu?" tunjuk Gentala ke tenda yang barusan plangnya dia lihat.

"Malas! Tidak ada yang datang. Lebih baik aku jalan-jalan saja cari udara segar sambil mencicipi makanan, he-he," cengiran lebar menghiasi wajah Ari. "Kau masih harus mencari salah satu dari 'kami' bukan?" tanya Ari sambil menjilati es krim yang berlumeran di jarinya.

Journey Into The Mind [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang