"Kau mau kemana?"
Tanya Wendy yang menarik kasar lengan pria jangkung dihadapannya. Chanyeol mengusap wajahnya dan kembali menatap sang kekasih.
"Pulang."
"Kenapa kau selalu menghindar setiap kali kita membahas hal ini?"
"Aku sedang tidak berminat untuk bertengkar denganmu Wendy."
"Aku tak bisa lagi mengalah denganmu. Sampai kapan kau akan melarikan diri setiap kali aku mengungkit masalah pernikahan?"
Tanya Wendy yang masih tetap pada niat awalnya. Wanita itu sudah cukup lelah dengan sikap tunangannya itu yang selalu menghindar setiap kali ia bertanya mengenai kapan mereka akan menikah.
"Kita bahas ini lain kali. Aku ada janji dengan Sooyoung."
Ucap Chanyeol sembari melirik kearah jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 18:10. Pria itu terlambat tiga jam. Pasti Sooyoung sangat marah kepadanya saat ini.
Mendengar jawaban Chanyeol dan melihat sikap pria itu membuat Wendy memutar bola matanya dan berdecih.
"Lagi dan lagi kau selalu memiliki alasan untuk kabur. Sampai kapan kau akan terus seperti ini? Kita sudah bukan anak kecil lagi Park Chanyeol!!"
"Kau tau jika kita bukan anak kecil lagi. Lantas kenapa kau selalu merengek seperti anak kecil!?"
Wendy menatap Chanyeol tajam kini. Tak percaya dengan kalimat yang baru saja pria itu lontarkan.
"Kau bicara apa tadi? Hei, haruskah aku bersujud di kakimu untuk mengubah pola pikir egoismu itu? Sampai kapan kau akan terus bermain-main seperti ini?"
"Hentikan! Cukup aku sudah lelah hari ini!"
Bentak Chanyeol dan berlalu begitu saja meninggalkan Wendy yang kini mulai tertunduk menangis.
***
Chanyeol berjalan terburu-buru memasuki rumah setelah sebelumnya memarkir mobil ke dalam garasi. Ia menaiki tangga menuju kamar Sooyoung. Beruntungnya hari ini kedua orang tua mereka sedang tidak berada di rumah. Jadi ia tak perlu khawatir jika gadis itu akan meneriakinya.
Setelah tiba di depan pintu kamar Sooyoung, pria itu berusaha mengatur nafasnya. Menarik nafas cukup panjang lalu menghembuskannya. Chanyeol mengetuk pelan pitu kamar gadis itu.
"Sooyoung, kau di dalam?"
Tanya Chanyeol kemudian terdiam. Menunggu jawaban. Namun tak juga ada respon. Pria itu pun kembali mengetuk pintu pelan.
"Maafkan aku. Karena kebodohanku, acara kita jadi gagal."
Ucap Chanyeol meringis menyesali perbuatannya. Seharusnya ia tak menerima ajakan dadakan Wendy untuk bertemu ibunya. Namun karena ia merasa perlu bersikap sopan, ia pun menghadiri acara jamuan itu.
"Kau pasti marah padaku kan?"
Pria itu kembali berucap sembari terus berharap jika gadis itu akan membukakan pintunya. Ia menghela nafas pelan.
"Aku masuk ya?"
Lanjut pria itu mengarahkan tangannya pada gagang pintu. Namun saat ia hendak membukanya, Sooyoung telah lebih dulu membukakan pintu untuk Chanyeol. Menatap dingin kearah pria itu kemudian berbalik dan kembali terduduk di tepi ranjang. Chanyeol menyusul Sooyoung dan berjongkok dihadapannya. Menatap lekat wajah gadis itu.
"Hey, maafkan aku."
Ujar Chanyeol hendak membelai pipi Sooyoung namun gadis itu menepisnya. Ia kembali menatap Chanyeol dengan tatapan sendunya.
"Jangan seperti ini lagi. Yang kakak lakukan saat ini hanya membuatku bingung."
Ucap Sooyoung yang tanpa ia sadari mulai terisak kini. Membuat pria itu semakin merasa bersalah.
"Kakak bilang bahwa kakak hanya menyukaiku sebagai seorang adik. Maka bersikaplah layaknya seorang kakak kepada adiknya."
"Sooyoung, apa maksudmu?"
"Aku tidak tau kak Chanyeol melakukan ini karena belum berpengalaman menjadi seorang kakak atau kak Chanyeol terlalu terbiasa memperlakukan kak Wendy, sehingga kakak bersikap padaku seperti seorang kekasih. Tapi tolong hentikan itu mulai sekarang."
"Sooyoung.."
"Kau hanya membuatku semakin berharap kak. Sementara kak Chanyeol sudah memiliki kak Wendy disisimu."
Sooyoung menjeda kalimatnya. Ia menghapus air matanya dengan kasar dan menarik nafas panjang.
"Jangan menyiksaku lagi."
Lanjut gadis itu yang kini mulai tenang. Chanyeol menghela nafas kasar sembari menatap Sooyoung dengan tatapan yang tak dapat diartikan.
"Sooyoung, aku tau aku salah. Jadi kumohon jangan seperti ini. Beritahu apa yang harus kulakukan agar membuatmu merasa lebih baik."
"Pergi kak. Aku tak ingin berbicara dengan kakak."
Ucap Sooyoung melepas genggaman tangan pria itu kemudian bangkit.
"Kakak bilang ini bukan cinta. Jika ini bukan cinta lalu apa?"
Sooyoung kembali tak mampu membendung air matanya yang seakan tak pernah habis.
"Setiap hari aku selalu memikirkan kakak. Mendambakan untuk selalu berada di samping kakak. Tidak suka jika kak Chanyeol pergi dengan kak Wendy. Jika ini bukan cinta lalu apa? Aku seperti orang gila saja rasanya."
Pekik Sooyoung di sela tangisnya. Chanyeol bangkit dan menatap gadis itu teduh. Ia bingung dan tak tau apa yang harus ia lakukan. Karena jika bertanya kepadanya, pria itu pun juga bingung untuk menemukan jawaban.
Chanyeol terlalu mempedulikan Sooyoung. Ia tak bisa membedakan apakah kasih sayang yang ia berikan kepada gadis itu adalah kasih sayang sebagai keluarga atau kasih sayang kepada lawan jenis. Satu hal yang pria itu tau. Bahwa ia sangat menyayangi gadis ini. Tanpa pria itu sadari, ia mulai menyalahkan takdir karena mempertemukan mereka dalam sebuah hubungan yang cukup rumit.
Chanyeol membelai lembut puncak kepala Sooyoung. Membuat gadis yang tengah tertunduk itu mendongakkan kepalanya.
"Sooyoung.. Apa aku boleh jujur kepadamu?"
Gadis itu hanya menatap Chanyeol dalam diam. Tak berniat untuk menjawab pertanyaan yang ia lontarkan.
"Aku juga merasakan hal yang sama denganmu. Aku ingin selalu berada di dekatmu. Melindungimu, berbicara dan bercanda denganmu. Khawatir saat kau pulang terlambat. Jika hal seperti itu bermakna cinta, maka ya, aku juga mencintaimu jauh sebelum kau menyadari perasaanmu."
Ujar Chanyeol membuat Sooyoung membelalakkan matanya tak percaya.
"Kakak.."
"Tapi Sooyoung, apakah menurutmu kita pantas memiliki perasaan ini?"
Pertanyaan yang terlontar dari bibir pria itu membuatnya kembali terdiam. Chanyeol tersenyum tipis dan membelai pipi gadis itu.
"Sooyoung, apakah aku cukup layak untuk menerima cintamu?"
"Kak Chanyeol.."
Sepasang mata gadis itu kembali berkaca-kaca. Ia menghambur ke dalam pelukan Chanyeol dan kembali terisak. Sementara pria itu tak mampu menyembunyikan senyumannya. Ia pun membalas memeluk Sooyoung. Mengesampingkan sejenak kekhawatiran-kekhawatiran yang selama ini mengusiknya.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Fine [END]
Fanfiction{FANFICTION} Hadirmu adalah candu dalam setiap detik kehidupanku. Aku mencintaimu lebih dari sekedar kata-kata. Dan aku akan hancur jika kau tak lagi mencintaiku.