Setelah menangis dan mencurahkan seluruh keluh kesah, keduanya masih duduk terdiam di lantai sembari menyandarkan tubuh mereka di badan ranjang. Tidak ada percakapan diantara keduanya.
"Kembalilah ke kamar. Ini sudah malam."
Ucap Sooyoung pada akhirnya lalu bangkit namun Chanyeol menahan pergelangan tangannya. Pria itu mendongak menatap Sooyoung dengan tatapan sendunya. Sooyoung menghela nafas pelan sebelum kembali terduduk.
"Bisakah kau memberiku waktu?"
"Untuk?"
"Beri aku waktu untuk memutuskan."
"Kak Chanyeol ingin aku memberi waktu? Bagaimana jika pada akhirnya kak Chanyeol memutuskan untuk meninggalkanku?"
Tanya Sooyoung yang kini menghadap kearahnya. Ia menatap pria yang kini tertunduk.
"Lalu untuk apa aku menunggu jika nantinya kak Chanyeol memutuskan untuk kembali bersama kak Wendy?"
"Tidak. Bukan begitu."
"Lalu apa?"
Chanyeol mendongakkan kepalanya dan membalas tatapan Sooyoung yang tampak mengintimidasinya.
"Aku butuh waktu untuk mengakhiri kisahku dengan Wendy."
Sooyoung terdiam mendengar kelanjutan kalimat pria dihadapannya. Dapat ia rasakan jika Chanyeol mengucapkannya dengan berat hati. Ia cukup tau jika pria itu masih menyimpan rasa yang cukup besar untuk tunangannya itu.
Sooyoung merasa tak tega melihat Chanyeol yang begitu tertekan dihadapannya. Tapi disatu sisi ia merasa senang. Ia menang atas pria ini. Dirinya yang akhirnya Chanyeol pilih.
Sooyoung tersenyum sumringah dan menghambur ke pelukan Chanyeol. Memeluknya dengan erat seolah tak akan melepaskannya lagi. Sementara pria itu perlahan membalas pelukan Sooyoung sembari menghembuskan nafas pelan dan memejamkan matanya.
"Terima kasih karena tidak melepaskanku. Aku juga tak akan melepaskan kakak."
Ucap Sooyoung dengan nadanya yang terdengar bersemangat. Chanyeol hanya menjawabnya dengan anggukan kecil. Ia yakin jika ia telah mengambil keputusan yang tepat dengan mempertahankan adik tirinya itu disisinya. Tanpa mereka sadari jika sebuah bencana besar tengah menunggu untuk mereka jemput.
Sooyoung melepas pelukan masih dengan senyuman yang merekah. Gadis itu membelai lembut pipi Chanyeol dan mengecup bibir pria itu. Chanyeol tak melakukan perlawanan. Ia membiarkan Sooyoung melakukan apapun yang diinginkan. Chanyeol tunduk kini dihadapan gadis yang ia cintai.
Di lain tempat Wendy berdiri di balkon rumahnya. Menatap hampa langit malam yang tampak sedikit mendung.
"Apa yang kau lakukan di sana? Di luar dingin. Cepat masuk."
Suara seorang pria menyadarkannya dari lamunan. Wanita itu menoleh dan tersenyum tipis.
"Kyungsoo.."
Panggil Wendy yang akhirnya melangkah mendekati pria bernama Kyungsoo itu.
"Bertengkar lagi?"
"Bagaimana kau tau?"
Tanya Wendy dengan ekspresi keterkejutannya. Ia mendudukkan diri di samping Kyungsoo. Pria itu merubah posisinya menjadi menghadap kearahnya.
"Aku sudah mengenal kalian selama bertahun-tahun. Kali ini apa masalahnya?"
Wendy menunduk dan tersenyum tipis sembari memainkan kuku jari tangannya. Kyungsoo menatapnya lekat sebelum akhirnya mengangguk mengerti. Pria itu mengusap puncak kepala Wendy.
"Jika semuanya sudah terasa berat dan kau tak bisa menanggungnya seorang diri, datanglah kepadaku. Aku akan selalu ada untuk mendengarkan keluh kesahmu."
Wendy menoleh dan tersenyum manis. Wanita itu pun sontak memeluk pria yang sudah menjadi sahabatnya sejak masih kecil.
"Terima kasih Kyungsoo. Kau memang yang terbaik."
Pria itu hanya tersenyum dan membalas pelukan Wendy.
-
Chanyeol mengerjapkan matanya beberapa kali begitu sinar matahari masuk ke sela-sela jendela. Pergerakannya terhalang oleh sebuah tangan yang menahannya. Pria itu mengedarkan pandangannya dan saat ia mendapati sosok yang kini tengah memeluknya, barulah ia mengingat jika semalam mereka tidur bersama di kamar Sooyoung.
Chanyeol menatap lekat wajah Sooyoung yang nampak begitu damai saat ia tertidur. Dapat terlihat jika matanya masih sembab sisa-sisa tangisan hebat yang semalam pecah karenanya.
Pria itu membelai rambut Sooyoung dan mengecup lembut kening gadis itu. Membuat Sooyoung yang masih tertidur pulas menggeliat pelan. Perlahan ia membuka mata dan mendongakkan kepala. Memperhatikan Chanyeol yang kini menatapnya teduh. Gadis itu pun tersenyum dan menggerakkan tangannya ke pipi Chanyeol. Membelainya dengan lembut.
Teringat jika kini mereka tengah berada di rumah, Chanyeol pun mengubah posisinya menjadi duduk. Dilihatnya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.
"Ada apa kak?"
Tanya Sooyoung yang kini juga terduduk.
"Aku harus kembali ke kamarku."
Sahut Chanyeol sembari menata rambutnya agar tak terlihat kusut. Pria itu pun bangkit dari duduknya dan berbalik kemudian mengecup singkat pipi Sooyoung.
Ia melangkah menuju pintu kamar dan membukanya perlahan. Melihat situasi di sekitar. Saat dirasa koridor kamar mereka tidak ada orang, pria itu pun bergegas keluar dari kamar Sooyoung dan membuka pintu kamarnya.
"Chanyeol, kau dari mana?"
Suara Ji Won sukses membuat pria itu terlonjak kaget. Ia menoleh keasal suara dan berusaha mengontrol ekspresinya.
Wanita itu melangkah mendekat sembari membawa tumpukan baju ditangannya.
"Kau belum mandi? Bukankah kau harus berangkat bekerja?"
"Iya ibu. Aku baru akan mandi. Apa ini bajuku?"
Tanya Chanyeol berusaha mengalihkan perhatian dan ya hal itu berhasil. Ji Won tersenyum dan mengngguk sembari memberikan tumpukan baju yang sedari tadi ia pegang.
"Masukkan ke dalam lemarimu dan bersiaplah kemudian segera turun. Sarapan sudah siap."
Sahut Ji Won dan membuka pintu kamar Sooyoung. Membuat pria itu kembali bernafas lega. Ia pun segera memasuki kamarnya.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Fine [END]
Fanfiction{FANFICTION} Hadirmu adalah candu dalam setiap detik kehidupanku. Aku mencintaimu lebih dari sekedar kata-kata. Dan aku akan hancur jika kau tak lagi mencintaiku.