10

410 51 3
                                    

Seminggu setelah Chanyeol mengungkapkan mengenai apa yang ia rasakan kepada Sooyoung, tidak ada yang berubah dalam hubungan mereka. Hanya saja kedua saudara tiri ini menjadi semakin dekat. Mereka tak akan ragu untuk mengungkapkan hal yang dapat mengusik pikiran mereka. Mereka memilih untuk mengikuti alur dan menjalaninya sesuai dengan apa yang mereka rasakan.

Tentunya hal ini tidak bermakna lain bagi Seo Joon dan Ji Won. Mereka hanya berpikir bahwa keduanya kembali memiliki hubungan yang baik setelah sebelumnya kerap berselisih.

Seperti sekarang, keluarga kecil itu sedang menikmati sarapan pagi di meja makan mereka sembari membicarakan banyak hal dan menertawakan hal yang di rasa lucu.

"Sooyoung, jangan makan sausnya. Ini mengandung udang."

Ucap Chanyeol menarik sebotol saus yang hendak gadis itu tuangkan di atas nasinya. Ji Won yang sedari tadi memperhatikan pun tersenyum simpul.

"Hari ini berangkat kuliah jam berapa?"

Tanya Seo Joon yang kini telah selesai menyantap sarapannya. Gadis itu mendongak dengan kedua pipinya yang tampak mengembang karena sedang mengunyah makanan.

"Jam sebelas."

"Kalau begitu berangkat dengan ayah saja. Ayah hari ini lumayan senggang."

"Tidak. Sooyoung akan berangkat denganku. Ia akan menemaniku membeli senar gitar."

Potong Chanyeol sembari meneguk segelas susu putih. Seo Joon menatap sebal kearahnya.

"Bisakah hari ini kau tak mengantarnya? Aku ingin sekali mengantar anakku ini."

Protes Seo Joon tidak terima membuat Ji Won dan Sooyoung terkekeh geli melihat tingkah laku ayah dan anak yang tak sadar umur itu.

-

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan. Tidak ada siapapun di rumah kecuali Chanyeol dan Joy beserta dua orang asisten rumah tangga. Pagi sekali Ji Won sudah berangkat ke rumah orang tua Seo Joon untuk membantu membuat kimchi. Sedangkan lelaki paruh baya itu memilih menyibukkan diri di kantor.

Pintu kamar Chanyeol terbuka saat pria itu baru saja selesai mandi dan mengenakan pakaiannya. Sooyoung tersenyum di ambang pintu sebelum memutuskan untuk masuk.

Kedua tangannya ia lingkarkan di pinggang pria itu membuat Chanyeol menoleh ke belakang. Seulas senyum manis terukir di wajahnya menampilkan lesung pipi yang menambah pesona pria 26 tahun itu.

"Aku sangat suka aroma ini."

Ujar Sooyoung menghirup dalam wangi parfum yang menempel di baju Chanyeol. Gadis itu pun melepas pelukannya dan Chanyeol segera berbalik menatapnya. Mengusap lembut puncak kepala gadis yang berstatus sebagai adik tirinya ini.

Pria itu menarik Sooyoung ke dalam pelukannya. Menarik nafas cukup dalam dengan senyuman yang tak kunjung hilang dari wajahnya.

"Dan aku menyukai aroma shampo ini."

Ucap Chanyeol berbisik di telinga Sooyoung. Menghasilkan semburat merah di kedua pipi gadis itu. Ia mempererat pelukan mereka dan membenampakan wajahnya di dada bidang Chanyeol.

Dering ponsel terpaksa membuat pelukan mereka terlepas. Saling bertukar pandang hingga akhirnya Chanyeol berjalan menuju nakas dan melihat siapa yang tengah menghubunginya. Pria itu membeku di tempat saat melihat nama pemanggil. Seolah ia dipaksa untuk kembali ke dunianya.

"Siapa?"

Tanya Sooyoung yang kini sudah berdiri di samping Chanyeol. Pria itu menoleh kearah Sooyoung dan menelan salivanya. Sooyoung mengerjapkan mata beberapa kali kemudian meraih ponsel dari tangan Chanyeol. Matanya membulat saat melihat nama Wendy tertera di layar ponsel.

Berbagai perasaan aneh menghinggapi gadis itu kini. Sebelah tangannya mengepal kuat. Ia kembali menatap Chanyeol yang kini tertunduk. Sooyoung menarik senyum paksa dan kembali menyerahkan ponsel pada Chanyeol.

"Angkatlah. Pasti ada hal penting sehingga kak Wendy menghubungi berulang kali."

Chanyeol menoleh kearah Sooyoung, menatapnya bingung. Sementara gadis itu kembali tersenyum. Meraih tangan Chanyeol dan meletakkan ponsel di telapak tangan pria itu.

"Aku akan bersiap-siap untuk berangkat kuliah."

Lanjutnya dan berlalu meninggalkan Chanyeol yang masih terdiam. Menatap layar ponsel beberapa saat sebelum akhirnya memutuskan untuk menjawab panggilan telfon dari sang tunangan.

"Halo.."

"Maaf.."

Suara Wendy di seberang telfon dengan nada yang terdengar bergetar. Membuat Chanyeol tak mampu berkata-kata.

"Mengapa kau meminta maaf?"

"Maaf karena selama ini aku selalu menanyakan hal yang membuatmu tak nyaman."

Chanyeol mengusap wajahnya dan terduduk di tepi ranjang. Perasaan bersalah tengah menyelimutinya kini.

"Maaf karena aku yang tidak bisa bersabar kepadamu. Maaf karena aku tak bisa mngerti dirimu. Maaf.."

"Wendy.."

"Aku hanya terlalu mencintaimu Chanyeol. Aku ingin segera memilikimu seutuhnya. Maafkan aku jika keinginanku justru berujung kepada obsesi."

Wanita itu terisak kini. Jika sudah seperti ini, maka pria itu akan lemah. Ia tak bisa melihat atau pun mendengar wanita menangis di dekatnya.

"Tidak. Harusnya aku yang meminta maaf. Aku tau kau gelisah karena umur kita yang sudah tak muda lagi. Tapi Wendy, tolong beri aku waktu sedikit lagi. Setelah itu aku akan memutuskannya."

"Apa yang akan kau putuskan?"

"Aku pun tak tau apa yang akan aku putuskan."

Sahut pria itu dan memutus sambungan telfon secara sepihak. Diluar ruangan, Sooyoung masih berdiri di depan pintu kamar. Ia mencuri dengar apa yang pria itu bicarakan dengan sang tunangan. Gadis itu menggigit bibir bawahnya dan tertunduk. Berbalik arah menuju kamarnya dan mengambil langkah gontai.

Sementara Wendy yang baru saja menghubungi Chanyeol melemparkan ponselnya ke sembarang arah dan menenggelamkan wajahnya ke bantal. Kembali terisak dan meremas kuat bantalnya. Ia tau jika pria itu berubah akhir-akhir ini. Wanita itu cukup peka dengan kondisi di sekitarnya. Hanya saja ia tak tau apa yang membuat tunangan yang sudah berhubungan dengannya selama empat tahun itu berubah.

~~~

Not Fine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang