Chanyeol dan Sooyoung baru tiba di rumah pukul sembilan malam setelah mereka membicarakan banyak hal berdua. Rumah dalam keadaan sepi karena kedua orang tua mereka yang belum pulang dari Busan dan juga asisten rumah tangga sudah pulang ke rumah masing-masing.
Chanyeol memapah tubuh Sooyoung ke dalam kamar. Mendudukkan gadis itu di tepi ranjang lalu ia turun ke dapur untuk membuatkan segelas susu hangat karena gadis itu tidak makan apapun sejak kemarin dan menolak untuk makan saat ini.
Setelah selesai membuatkan minuman, ia kembali ke kamar Sooyoung dan duduk di sebelah gadis itu untuk memastikan Sooyoung meneguk habis minumannya.
"Sudah merasa lebih baik?"
Tanya Chanyeol membelai lembut rambut Sooyoung dan gadis itu hanya menjawabnya dengan anggukan pelan. Kedua tangannya melingkar di pinggang Chanyeol dan menyandarkan kepala ke bahu lebar pria itu. Sooyoung memejamkan mata dan menghela nafas panjang.
Chanyeol menggerakkan kedua lengannya dan membalas pelukan Sooyoung kemudian mengecup lembut keningnya. Membuat gadis itu kembali membuka mata dan mendongakkan kepala menatap wajah Chanyeol. Sooyoung melepas pelukannya dan menatap lekat sepasang manik mata milik pria itu.
Ia mengarahkan telapak tangannya kearah Chanyeol. Menyentuh dada pria itu dan merasakan debaran jantung yang berdetak dengan normal. Seulas senyum manis terlukis di wajah pucatnya.
"Aku senang kakak datang kepadaku."
Ucap Sooyoung pelan. Chanyeol membelai pipi Sooyoung dan mengecup puncak hidung gadis dihadapannya.
"Dan aku bersyukur tidak datang terlambat."
Sahut Chanyeol kembali mengecup hidung gadis itu. Sooyoung tersenyum dan melingkarkan kedua tangannya di leher sang pria. Mengecup lembut bibir Chanyeol dan pria itu membalasnya dengan lumatan yang tak kalah lembut. Lumatan-lumatan bibir mereka yang terasa semakin intens. Memberi dorongan lemah pada gadis itu untuk merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
Sebelah tangan pria itu berada dibawah punggung Sooyoung dan sebelah tangannya lagi bergerak bebas di pinggang gadis itu. Sementara kedua tangan Sooyoung masih setia melingkar di lehernya.
Tangan Chanyeol semakin bergerak bebas. Ia mulai membuka tiap kancing kemeja milik Sooyoung hingga kini terbuka sepenuhnya. Membantu gadis itu membuka pakaiannya. Begitu juga dengan yang dilakukan Sooyoung. Ia membantu pria itu membuka kausnya.
Dan malam ini menjadi saksi betapa panasnya cinta mereka yang sudah lama mendingin. Mereka menanggalkan status mereka sebagai saudara tiri. Keduanya ingin melewati batas yang tak seharusnya mereka lewati.
-
Chanyeol keluar dari kamarnya bersamaan dengan Sooyoung yang hendak masuk ke dalam kamarnya. Gadis itu menoleh dan menatap Chanyeol yang kini sudah berpakaian rapi hendak pergi.
"Kakak mau kemana?"
"Menemui Wendy."
Sooyoung terdiam begitu mendengar jawaban Chanyeol. Seolah mengetahui apa yang ada di pikiran Sooyoung, pria itu tersenyum dan mengusap pelan puncak kepala gadis itu.
"Aku akan mengakhirinya sekarang. Benar-benar mengakhirinya. Kau akan menungguku kan?"
Sooyoung tersenyum manis dan mengangguk cepat. Membuat pria itu turut tersenyum karenanya.
"Tunggu aku."
Ucap Chanyeol sebelum akhirnya berlalu pergi dari pandangan gadis itu. Sementara Sooyoung memilih masuk ke dalam kamarnya.
Chanyeol mengendarai mobilnya menuju rumah Wendy yang berjarak tak begitu jauh dari rumahnya. Setibanya di rumah wanita itu, ia memencet bel rumah. Tak berselang lama pintu terbuka namun ia tak menemukan keberadaan Wendy melainkan Kyungsoo yang kini tengah memandangnya tak suka.
"Ada apa?"
Tanya pria itu dengan nada dinginnya.
"Ada yang ingin kukatakan dengan Wendy.".
"Kali ini kau akan menyakitinya seperti apa lagi? Aku membiarkanmu bersama Wendy karena aku percaya kau akan membuatnya bahagia. Tapi apa ini?"
Chanyeol menghela nafas pelan sebelum akhirnya kembali bersuara.
"Ini tidak ada hubungannya denganmu. Jadi biarkan aku berbicara dengan Wendy. Karena setelahnya aku tak akan memberinya rasa sakit lagi."
"Apa? Anak ini-"
"Apa maksudmu?"
Suara Wendy memotong ucapan Kyungsoo. Kedua pria itu pun menoleh keasal suara. Wendy berjalan menuruni tangga dan menatap nanar kearah Chanyeol yang berdiri di ambang pintu.
"Wendy.."
"Jadi apakah yang dikatakan adikmu- tidak. Apa yang dikatakan Sooyoung itu benar?"
Tanya Wendy yang kini telah berada diantara mereka. Wanita itu mengalihkan pandangannya menatap Kyungsoo.
"Kak, bisa tinggalkan kami sebentar?"
Tanya Wendy sekali lagi. Kyungsoo akhirnya mengangguk setuju setelah menghela nafas pelan.
"Aku akan kembali 20 menit lagi."
Ucap pria itu dan keluar dari rumah.
Keduanya kini terduduk di sofa ruang tamu. Cahnyeol tertunduk selama beberapa saat. Mencoba mengumpulkan keberaniannya.
"Wendy.."
Ucap pria itu pada akhirnya. Wendy yang sedari tadi hanya diam dan tidak menatap kearah Chanyeol akhirnya memilih menatap pria yang masih sangat ia cintai.
"Maafkan aku."
"Untuk?"
"Untuk semuanya. Aku tau aku tidak pantas kau maafkan. Aku telah menipumu selama ini."
"Chanyeol, apa kau sadar yang kau lakukan selama ini salah? Aku masih bisa sedikit memahami jika itu wanita lain. Tapi ini Sooyoung, dia adikmu Chanyeol."
Chanyeol menatap Wendy dan tersenyum tipis kemudian mengangguk pelan.
"Aku tau. Aku juga tau dari awal perasaan kami salah. Tapi Wendy, aku belum pernah merasakan ini sebelumnya."
Pria itu memberi jeda pada kalimatnya.
"Perasaanku begitu menggebu-gebu pada gadis itu. Pikiranku akan kosong begitu tau ia menangis dan terluka karenaku. Aku merasa seperti akan gila jika tak melihatnya barang sehari. Aku tak bisa bernafas dengan baik ketika ia melukai dirinya sendiri. Aku sangat senang hanya karena ia menggenggam tanganku. Hal-hal seperti itu tak pernah aku rasakan sebelumnya."
Ucap Chanyeol panjang lebar dan sukses membuat luka dihati wanita itu semakin dalam dan melebar. Buliran bening yang sedari tadi ia tahan kini jatuh begitu saja. Ia bangkit dan duduk di samping Chanyeol. Memaksa pria itu untuk melihatnya dan menggenggam erat tangan Chanyeol.
"Chanyeol, kau tidak mencintainya. Kau salah memahami perasaanmu. Yang kau cintai hanya aku. Itu yang kau katakan saat kau menyatakan perasaanmu padaku. Apa kau sudah melupakannya?"
Tanya Wendy dengan suara bergetar. Chanyeol tersenyum tipis dan menggeleng pelan. Pria itu melepas genggaman Wendy perlahan.
"Maafkan aku. Mari kita akhiri sampai disini Wendy. Aku tak ingin menyakitimu lebih dari ini."
Sahut Chanyeol dan berdiri. Perlahan pria itu berbalik meninggalkan Wendy yang kini mulai terisak dan tak mampu lagi menahan tangisnya.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Fine [END]
Fanfiction{FANFICTION} Hadirmu adalah candu dalam setiap detik kehidupanku. Aku mencintaimu lebih dari sekedar kata-kata. Dan aku akan hancur jika kau tak lagi mencintaiku.