☀ dad and son

29.3K 3K 155
                                    

Tangan kekar Haru memegang knop pintu rumah, seraya berpamitan ke tetehnya sambil berteriak.

"TETEHHH, GUE PERGI DULU SAMA AYAH!"

Hera membalas teriakan Haru dengan deheman singkat, dia kesal karena harus berada di rumah sendirian hari ini.

Haru duduk di lantai teras rumah, dia memakai sepatu olahraga. Sedangkan Jaemin mengeluarkan mobil dari garasi.

Minju masuk ke dalam rumah sambil menenteng belanjaannya, "Masih pagi loh, kamu mau kemana sama ayah?"

Haru menyisir rambutnya ke belakang menggunakan tangan, dia nyengir.

"Hehe, mau main basket sama ayah ma." balas Haru.

Minju mengangguk mengerti, "Hati hati-"

Haru segera mencium pipi kiri mamanya dengan cepat, "Iya mama, dadah!" ucap Haru ketika ayahnya sudah memberikan kode untuk segera masuk ke dalam mobil.

Di sini lah Haru sekarang, duduk di samping ayahnya yang sedang sibuk menyetir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sini lah Haru sekarang, duduk di samping ayahnya yang sedang sibuk menyetir.

Haru menatap sekitar, sampai manik matanya berhasil menangkap sesuatu yang ada di depannya.

"Ini foto siapa yah?" tanya Haru, mengambil pigura kecil yang menunjukan dua bayi kembar.

Jaemin menoleh sekilas, "Mama ga cerita sama kamu?" tanya Jaemin balik, lalu kembali fokus ke jalanan yang ada di depan.

Haru menggeleng, dia membalikan pigura dan terkejut saat mengetahui ada dua nama yang ada di belakang pigura dan terasa begitu asing baginya.

"Minjae - Hyunjae?" gumam Haru kebingungan.

Jaemin terkekeh, "Haha itu kamu sama kembaran kamu dulu,"

Haru menatap ayahnya bingung, "Haru ga ngerti, Haru ga paham,"

Jaemin memberhentikan mobilnya sebentar di depan toko perlengkapan olahraga.

"Kamu dulu itu punya kembaran, tapi yang selamat cuma kamu dan kembaran kamu itu meninggal karena mama jatuh di tangga," jelas Jaemin, sambil melepas sabuk pengaman yang terpasang di tubuhnya.

Haru menatap pigura itu dengan teliti, "Kalo kembaran Haru masih hidup sampai sekarang, berarti dia jadi adiknya Haru ya yah?"

Jaemin mengangguk, menatap anak bungsunya sebentar, "Iya itu adik kamu, udah ayo katanya mau beli bola basket nanti main di lapangan bareng ayah."

Haru menurut, dia meletakan pigura itu kembali seperti semula lalu keluar dari dalam mobil mengikuti ayahnya.

Haru mencoba mengatur nafasnya yang tersenggal senggal karena mencoba mengalahkan ayahnya dalam bermain basket

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haru mencoba mengatur nafasnya yang tersenggal senggal karena mencoba mengalahkan ayahnya dalam bermain basket.

Setelah membeli bola basket, Jaemin langsung mengajak anak bungsunya itu ke lapangan basket terdekat.

Jaemin men dribble  bola basket menggunakan satu tangan, kemudian berjalan menghampiri Haru.

"Dasar payah, masa kamu kalah sama ayah,"

Haru menatap ayahnya dengan malas, "Ayah licik, masa ga mau ngalah sama Haru,"

"Bentar- ayah umurnya berapa?"

Jaemin memasukan bola basket ke dalam ring, lalu tersenyum remeh ke anaknya, "Ayah masih muda, umur ayah baru tiga puluh empat tahun,"

"Masih muda kan?" tanya Jaemin, berlari untuk mengambil bola basket yang baru dia lempar tadi.

Haru menghampiri ayahnya, "Kalo umur mama, berapa yah?"

Jaemin tersenyum menanggapi pertanyaan anaknya.

"Umur mama beda satu tahun sama ayah-"

Haru memasang wajah terkejut, "Ayah sama mama nikah di umur berapa?!"

Jaemin masih saja fokus memainkan bola basket menggunakan tangan kanannya, "Ayah sama mama nikah waktu umur ayah masih tujuh belas tahun," jawabnya, tanpa menoleh sedikit pun ke arah Haru.

Haru bertambah bingung dengan jawaban yang diberikan oleh ayahnya, "Kok?-"

Jaemin tersenyum ke arah putranya,

"Ayah sama mama nikah dulu karena mama yang udah hamil teteh kamu, terus waktu ayah umur sembilan belas tahun-"

Haru mendengarkan penjelasan ayahnya dengan seksama.

"Mama hamil kamu sama kembaran kamu," lanjut Jaemin, menghela nafasnya.

Haru menatap ayahnya tidak percaya, "Ayah brengsek juga ternyata, umur tujuh belas tahun masih kelas sebelas kan yah?"

Jaemin mengangguk,

"Kamu sekarang udah tau karena ayah yang cerita sendiri ke kamu, ayah cuma bisa berharap semoga kelakuan kamu ga seperti ayah dulu,"

"Kamu boleh anggap ayah sama mama seperti temen kamu sendiri karena umur yang bisa terbilang masih muda." lanjut Jaemin, memberikan bola basket ke tangan Haru.

[3] DAILY LIFE OF NA FAMILY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang