Tequila dan Kesialan Alexandra

102 12 10
                                    

"Bantu vote dengan cara klik tanda bintang pada bagian bawah ya! Thank you❤"

"The number you are calling is not active or out of coverage are. Please try again in a few minutes..." (Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Cobalah menghubungi beberapa saat lagi...)" Sialan, Alano berdecak kesal. Lalu ia membanting HP, ini sudah yang ke-186 panggilan, namun operator itu memberikan jawaban yang sama.

Kesedihannya semakin menjadi-jadi, isakan tangisnya membatin hebat, baru kali ini ia merasakan sakit yang teramat dalam. Ia juga tidak akan sudi menerima wanita manapun selain Natalie, gadis itu tak tergantikan sampai kapanpun. Lagi, suaranya membatin pilu.

"Oh, Sayang, di manakah kamu? Natalie, oh Natalie, sialan, tega, teganya kau Natalie, aku sangat mencintaimu....," Lelaki itu meracau tidak jelas, ia terlihat sangat lunglai, segala umpatan dan cacian keluar dari mulutnya.

Pantas, ia berbisa malam hari itu. Bagaimana tidak, kekasihnya itu hilang bak ditelan bumi. Tiada kabar sama sekali usai peristiwa yang menyedihkan itu, di hari wisuda Natalie.

"Kasihan, sepertinya ia sudah tidak sadarkan diri," Ucap waiter bar penuh empati.

Alano sekonyong-konyong berdiri, matanya sayu pilu dan bau alkohol sangat menyengat dari tubuhnya.

"Ada yang bisa saya bantu, Mas?" Tanya waiter itu. Alano abai saja. Ia benar-benar mabuk berat, berkali-kali ia jatuh, berkali-kali pula ia bangkit. Siap sudah, ia seperti gelandangan yang sedang mabuk berat. Alkohol mengusai tubuhnya yang perkasa itu.

Kebiasaan sehat Alano berubah drastis, sejak ditinggal Natalie hidupnya menjadi benar-benar buruk, penuh dengan kegelapan. Kini, rasa cinta menjadi benci, ia benci kepada Natalie, benci sekali, sebenci-bencinya tapi ia juga rindu. Tapi juga cinta, benci dan cinta. Rasa yang begitu membekas, rindu yang tak terbalas, sakit yang tak terobati, pun ruang dadanya terasa sangat sesak jika mengingat kenangan bersama Natalie.

Detik berganti menit, hari berganti bulan ia belum jua menerima kabar dari kekasihnya itu, ia sudah memutuskan tidak ingin mencarinya lagi, karena sampai ke lubang semut pun ia sudah mencari Natalie, merasa sakit sudah disia-siakan. Bahkan di sosial media Natalie pun tidak merespon, ya ia tidak pernah aktif.

Surga dunia sudah memerdekakan hatinya. Kini lelaki itu senang berlama-lama di tempat clubbing, memanjakan mata, melampiaskan hasrat, pun bergonta-ganti pasangan. Puas katanya, ini semua hanya demi kesenangan.

"Alexandra, maukah kau nememaniku malam ini?" Gadis itu tak ubahnya seperti Natalie di pikiran Alano, samar-samar, apalagi lesung pipinya mekar sempurna ketika tertawa.

"Gila, banjingan, brengsek, fakboy," Alexandra terkekeh geli, ia hampir saja hilang kesadaran dengan kadar etanol yang tinggi. Bagaimana mungkin ia bisa terima, Alano baru saja dikenalnya, beberapa menit lalu.

"Temani aku malam ini!"

"Jangan gila, Alano. Gila, kau gila." Gadis itu sepenuhnya tak sadarkan diri lagi, ia sudah terlalu banyak mengosumsi tequila, kandungan molekul organik dan alkohol yang tinggi nyaris membuat mereka tak sadarkan diri.

Malam berganti pagi, matahari memancarkan cahayanya, sangat silau sekali ketika menembus jendela dengan tirai yang serba putih itu.

Alexandra terbangun dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, selimut putih telah membalut tubuh tanpa busana itu, sebuah pemandangan yang sangat melukai hatinya, sebuah kejahatan yang sempurna, kondisi yang paling ia benci, tragedi yang maha memalukan.

Alexandra terhenyak di sudut kamar hotel, betapa biadabnya lelaki itu sudah meninggalkannya dalam keadaan yang menjijikkan, air matanya membulir hebat, bibirnya terkatuk-katuk, berkali-kali ia memukul dinding, berkali-kali pula ia membenturkan kepalanya.
"Lelaki brengsek, bajingan, sial,..." Segala umpatan kekesalan yang tidak enak didengar.

"Apa yang kau lakukan kepadaku?" Gadis itu terisak-isak. "BRENGSEK..." Ia menjerit sekuat tenaga. Saat itu, ia mematenkan diri, "Akanku bunuh kau!" Suara gadis itu yang sudah memastikan Alano yang melakukannya.

Gadis itu tak berdaya, hatinya tersayat hebat, ia mencoba bangkit, namun terhenyak lagi, bangkit lagi, terhenyak lagi. Di sanalah ia berlutut sambil meratapi nasibnya yang sudah tidak suci lagi.

♡♡

Bersambung...

The Perfect Mate♡ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang