Jangan lupa vote dengan cara klik tanda bintang pada bagian bawah ya❤
Alano tertawa terbahak-bahak di sofanya, berkali-kali ia pastikan bahwa tontonanya itu benar-benar lucu. Asli lucu banget. Matanya melotot memerhatikan stasiun tv favoritnya. Elah, ternyata Alano sedang menonton Comedy Night Live.
Alamak, nonton apalah si Mas itu.
Syifa pun ikut ketawa dibuatnya, sekali suaminya itu terbahak, dua kali lipat tawa di hatinya. "Ckckck, si Mas lucu juga ya kayak gitu." Syifa pun baru menyadari ternyata suaminya itu ada sisi gokilnya.
"Ckckck, ada-ada sajalah Sule ini," Decak Alano sambil menyingirkan bibirnya. Nonton saja tidak lengkap tanpa cemilan ya, di samping kanan Alano udah ada varian cemilan, mulai dari coklat, kripik, potato, dll. Asli deh, sering ngemil gitu bikin badan gendut.
"Mas, nonton apaan sih?" Sudah hampir 3 minggu pernikahan mereka. Lucunya, Syifa baru melihat sisi lain dari Alano, ternyata suaminya itu kalau tertawa suaranya besar, kalau ngemil tidak berhenti-henti.
"Ini loh sayang, Comedy. Lucu banget. Noh lihat si Sule, Nunung, Mpok Alpa. Hahaha" Tangan Alano menunjuk masing-masing makhluk yang berlakon di televisi itu, sesekali ia sumpal potato ke mulutnya.
Alamak, si Mas. Ngemil terus kerjaannya.
"Mas, udah dong Mas. Jangan ngemil terus. Ntar perutnya buncit kayak om om, mau?" Syifa menarik potato yang ada di tangan Alano, tak segan-segan Syifa sumpal pula ke mulutnya.
"Ya Allah, Sayang. Kok ngemil juga? Ckckk." Lucu juga ya Syifa, bisanya negur doang, tapi malah lahap sekali ngemilnya.
"Ya, perempuan sih ngak apa gendut, Mas. Hihihi."
"Lah, kok gitu?"
"Tunggu tunggu," Syifa berhenti menyumpal makanan di mulutnya. Ia terdiam, lalu menghadap ke Alano. Diletakkan cemilan itu, lalu rebahan di paha suaminya. Sepertinya Syifa mulai manja, suaranya pun berubah seperti rengekan balita kebanyakan.
"Mas, kalau Syifa endut, Mas masih cinta kan? Masih tayang kan?" Alano mendadak geli melihat tingkah istrinya itu. Alamak, amboi nian.
"Iya toh, Dik. Masih tetap cinta dan sayang lah." Alano mencubit pipi Syifa, kemudian mengecup kening Syifa yang sudah tidur di pahanya itu.
Bagaimana tidak, sepasang suami istri itu semakin hari semakin lengket, semakin sayang pula.
"Iya toh, Mas. Apalagi udah punya baby. Biasanya cewek kan gendut banget."
"Ngak masalah buat, Mas. Mas mencintaimu karena Allah, Mas cinta kamu lahir batin, Sayang."
***
Belajar menerima kekurangan pasangan itu adalah hal yang paling penting. Memberikan nilai terhadap sisi kekurangan pasangan, menegurnya bila salah, mengapresiasinya bila telah mempersembahkan yang terbaik. Lagi pula, istri mana sih yang tidak suka dipuji, begitupun suami, suami mana sih yang tak mau dipuji. Untuk menjadi lebih baik, harus saling menerima, suport, dan puji-memuji. Silakan coba.
"Mas," Panggil Alexandra yang sudah menggunakan clemek itu.
"Jangan pangil, Mas. Kan udah saya bilang, Alexandra."
"Kalau gitu jangan panggil Alexandra juga dong, kan udah suami istri."
Kahfi tersenyum, kemudian ia mondar mandir di dapur yang penuh dengan aroma bawang itu.
"Lalu panggil apa?""Sayang kek, istriku kek, atau kekasihku."
Kahfi tidak paham dengan sebutan yang disampaikan Alexandra, terkesan Alay dan biasa banget. Sebagai lulusan magister di Kitakyusu Jepang, apa salahnya ya Kahfi menggunakan panggilan sayang dengan bahasa Jepang. Bukan Baba Bubu ya, mana ada panggilan di Jepang begitu. Bukan Ichi, Ni, San, Yon, Go. "Emangnya mau ngitung. Ckck"
"Yomesan, Danna-san." Kahfi ingin panggilan yang berbeda, ia ingin panggil Alexandra memanggilnya Yomesan boleh juga disingkat Yome, Danna san boleh juga disingkat Danna.
"Ih, apaan sih Mas? Ngak enak banget di dengar."
"Ya udah, kalau ngak mau."
"Gimana kalau KACU?"
"KACU apaan?" Kahfi semakin tidak tertarik dengan usulan istrinya itu. Ada-ada saja, emangnya kacu pramuka. Huft.
"KACU (Kahfi Aku Cinta Kamu)"
"Nggak, nggak. Lebay banget Alexandra."
Alexandra komat-kamit tuh karena tidak ada usulan yang diterima Kahfi. Gimana ya, kedua-duanya sama-sama menolak usulan?
"Ya udah deh, silakan panggil apa yang kamu mau. Asalkan itu baik ya Alexandra." Bujuk Kahfi yang tidak tega melihat istrinya komat-kamit begitu. Alexandra jelek kalau lagi rewel, bibirnya manyun, muka chubbynya membengkak, tapi Kahfi sudah mulai cinta, pun sayang.
Penerimaan sosok Alexandra di hati Kahfi membutuhkan proses yang rumit. Biasa, hubungan yang tidak didasari atas cinta selalu membutuhkan proses yang tidak biasa. Saban hari Alexandra berkerja keras, sungguh-sungguh, bahkan tertatih-tatih untuk mendapatkan hati suaminya itu. Semuanya tidak terlepas dari buliran air mata.
Begitupun Kahfi, tidak mudah baginya menerima Alexandra. Ia mesti bersabar, menahan amarah dan kekesalannya. Kini, ia sudah mulai ikhlas atas takdirnya.
"Kacu," Panggil Alexandra
"Iya, Alexandra."
"Kan Alexandra lagi, uh" Alexandra mulai kesal.
"Iya, Sayang. What can i do for you?"
Pipi Alexandra mendadak merah jambu dibuatnya. Baru kali ini Kahfi panggil ia dengan sebutan "Sayang."
"Aku mau memasak masakan Padang,"
"Oh, ya. Enak dong!" Alexandra sangat pandai mengambil hati suaminya itu. Tahu banget kalau Kahfi sangat suka masakan Padang.
Kahfi tidak membiarkan istrinya masak sendirian, sesekali ia merayu istrinya yang lagi memasak.
"Kacu, ngapain?" Alexandra senang dengan panggilan barunya itu. Walaupun Kahfi agak risih, panggilan remaja alay lirih Kahfi dalam hati. Tidak masalah, yang penting hati istrinya senang.
"Ngak kok."
"Geli," Ucap Alexandra terkekeh. Tangan Kahfi sudah melingkar di pinggang Alexandra.
"Sayang, maafkan aku. Ternyata kamu benar-benar tulus."
Alexandra membalikan badan, "It's oke, Kacu. Aku akan berusaha merebut hati kamu. Aku akan berusaha mengisi setiap ruang yang ada di dada kamu." Sepertinya Alexandra lebih agresif ya daripada suaminya. Alexandra tak lupa mengecup sosok suami yang sudah mematung di hadapannya.
_______________________
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Mate♡ [TAMAT]
General FictionAsslammualaikum Dear, follow dulu ya sebelum baca❤ "Janganlah kamu menganggap diri telah suci, Allahlah yang lebih tahu siapa saja yang sesungguhnya orang yang baik atau suci di antara kamu." (H.R. Muslim) M. Kahfi Albani menunda menyatakan perasaan...