Wasiat Tamtama Kepada Putrinya

77 10 3
                                    

"Jangan lupa vote dengan cara klik tanda bintang di bawah ya💖 Thank you"

Umaya mengira-ngira dalam hati, "sampaikan tidak, sampaikan tidak, astagfirullah, betapa sulitnya untuk menyampaikan semua ini,"Gerutunya. Perempuan separuh baya itu mondar-mandir, lalu menghenyakkan pantatnya di sofa ruang tamu. Lalu berdiri lagi, "Sampaikan tidak? Iya, tidak, iya, tidak, iya," Ia tampak sudah lelah mengira-ngira. Ini demi wasiat Pak Tamtama, almarhum suaminya.

"Syifa," Merasa dirinya dipanggil, ia segera mendekati Humaya.

"Ada apa, Ma. Hm, Mama minta dipijitin ya? Aduhai Mama, tidak biasanya wajah mama seserius ini, atau tagihan listrik naik ya, Ma. Atau...," Syifa terkekeh hebat, ekspresi Humaya teramat lucu baginya, tidak pernah seperti demikian.

"Syifa, ada yang ingin mama sampaikan. Mari silakan duduk dulu!"  Humaya melunak, serius, tidak ada kesan bercanda, pun ia menaruh kecemasan, ia takut bila Syifa memberontak, bahkan menolak.

"Mama, ada apa, Ma?" Syifa berusaha mengerti situasi saat itu. Ia pandang Humaya penuh pengertian.

"Jadi begini, Nak. Almarhum Papa berpesan, ketika Syifa berumur 20 tahun, ia ingin menjodohkan Syifa dengan anak Om Prasetyo, anak sahabat papa yang di Bandung."

Syifa mendongak hebat, "Hah, dijodohkan?" tukasnya membatin. Kekagetan yang luar biasa, jantungnya pun berdebar tak karuan, semua ini seperti mimpi baginya.

"Astagfirullah, Ma. Jangan becanda deh Ma." Syifa membalikkan badannya lalu terdiam, suasana hening seketika.

"Mama tahu ini sulit bagimu, Nak. " Humaya berusaha membujuk Syifa yang terlihat sangat shock.

Syifa tidak tahu ia harus bahagia atau sebaliknya. Sementara yang ia pikirkan sangatlah bercabang. Kuliahnya belum selesai, umurnya masih muda, lalu masih zaman apa dijodoh-jodohkan. "Ya Allah," lirihnya dalam hati. Menolak pun ia tak sampai hati kepada mamanya, terlebih itu adalah wasiat Tamtama, ayahnya.

"Mama serahkan kepada Syifa, pertimbangkanlah matang-matang, sholat istikharahlah, tidak ada restu dan petunjuk yang maha hebat selain petunjuk Allah."

Syifa tak mengira, masih ada perjodohan klasik seperti ini. Ini sudah tahun 2020, bagaimana masih ada kisah perjodohan yang menjulidkan isi hatinya.

"Ma, akan Syifa pertimbangkan, Ma. Syifa butuh waktu." Ia menunduk lemah, tak ingin memandang Humaya.

Humaya sangat mengerti apa yang dirasakan Syifa. Untuk itu, ia memberi waktu kepada Syifa untuk memikirkan perjodohan tersebut.

♡♡

"Bukankah aku sudah memiliki segalanya? Ataukah aku kurang bersyukur? Mengapa ruang dadaku terasa begitu kosong? Ada yang mengisi, tapi bukan kasih sayang dan cinta. Ada yang menghantam hebat, tapi bukan kebahagiaan dan kenyamanan. Apakah karena masa lalu itu? Tidak, tidak," Bahkah ia pun sudah move on lirih lelaki itu dalam hati.

Lelaki itu dalam tatapan tajam, namun kosong. Ia urut dadanya, lalu ia hembuskan napasnya. "Ada apakah ini Tuhan?" Pandangannya nanar, suasana sangat hening, suara jangkrik pun terdengar jelas.

Merasa sangat gundah dan bosan. Lalu ia ambil buku bacaan di kamarnya, berkali-kali ia baca, namun kekosongan yang ia rasakan tetaplah sama. Ia sandarkan tubuhnya di bangku kerja, ia usap wajahnya berkali-kali, pun ia semakin bosan dan menyedihkan.

"Ma, Pa, aku keluar dulu." Pamitnya dari jauh.

Mobil lelaki itu melaju dengan cepat, tak berapa lamanya ia sudah tiba di halaman rumah Pak Abizar.

"Assalammualaikum, Pak."

Abizar terperanjat dari tempat duduknya.

"Waalaikummussalam, Nak. Masyallah, malam-malam sekali ke sini? Ada apa gerangan?" Lelaki itu mempersilahkan Alano duduk.

The Perfect Mate♡ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang