Sudah lima tahun menduda, siapa sangka Prof. Hendri menemukan seorang perempuan yang mampu meluluhkan hatinya. Awalnya Prof. Hendri berkeinginan untuk tidak menikah lagi usai kematian istrinya itu. Tapi, takdir berkata lain.
"Umaya, sudikah engkau menjadi istriku?" Tanya Prof. Hendri yang sudah berada di hadapannya itu.
Alano dan Syifa hanya memandang kagum atas keberanian Prof. Hendri.
"Ma, gimana Ma?" Syifa mencubit Umaya.
"Ayo, Ma. Terima saja." Sambung Alano.
Umaya ialah masa lalu Prof. Hendri. Lebih tepatnya mantan kekasih Prof. Hendri. Mereka pernah saling mencintai, tapi tidak bisa memiliki. Orang tua Prof. Hendri lebih memilih menikahkan anaknya dengan anak sahabatnya.
"Hmm, maaf Mas." Ucap Umaya kepada Prof. Hendri.
Suasana mendadak hening. Kata Maaf yang terucap dari mulut Umaya mampu membungkam suara orang-orang yang di sekitarnya.
"Kenapa, Umaya? Saya serius, saya ingin kamu menjadi istri saya. Saya mencintai kamu Umaya. Sungguh"
Betapa malunya Prof. Hendri atas penolakan Umaya.
"Tapi, Mas."
"Umaya, saya sudah memikirkannya matang-matang."
"Mas, Maaf." Umaya mencoba berdiri dari tempat duduknya itu.
Padahal Prof. Hendri sudah mempersiapkan semua ini matang-matang. Ia juga sudah membawa seserahan bersama keluarganya.
"Ya Allah, Ma. Padahal Syifa udah berikan restu ke Mama, Syifa bolehin Mama menikah lagi." Gumam Syifa sembari memegang erat tangan Alano.
"Ya elah, Mama. Duh gue ngak bisa berkata-kata nih," Lirih Alano.
"Apakah kamu yakin, Umaya?" Protes Prof. Hendri. Padahal beliau sudah menyiapkan cincin tanda terima.
"Mas, dengar dulu penjelasan saya." Umaya semakin kokoh berdiri di hadapan Prof. Hendri.
"Semua udah jelas, Umaya." Prof. Hendri dengan wajah kecewanya.
"Mas, dengar dulu."
Suasana mulai mendebarkan. Pihak Prof. Hendri berkali-kali menghela napasnya.
"Baiklah, Umaya. Saya paham, maafkan saya telah lancang. Maaf atas semua ini." Potong Prof. Hendri.
Syifa semakin menggumam dalam hati. Ia tidak bisa membayangkan betapa malunya Prof. Hendri.
"Padahal kemarin Mama bilang mau menerima Prof. Hendri." Lagi lagi suara hati Syifa.
"Dengarkan penjelasan saya dulu, Mas."
"Baiklah, silakan Umaya."
"Maaf Mas Hendri sekeluarga. Saya tidak bisa menolak ini semua."
"Apa Umaya? Bolehkah saya mendengarnya sekali lagi?"
"Maaf, saya tidak bisa menolak ini semua."
"Alhamdulillah,"
Umaya terkekeh malu, tiba-tiba pipinya merah jambu. Kemudian, Prof. Hendri memasangkan cincin ke jari manis Umaya sebagai tanda terima.
"Terima kasih, Umaya." Prof. Hendri sangat terharu, terlihat dari matanya yang mulai berkaca-kaca itu.
***
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Mate♡ [TAMAT]
General FictionAsslammualaikum Dear, follow dulu ya sebelum baca❤ "Janganlah kamu menganggap diri telah suci, Allahlah yang lebih tahu siapa saja yang sesungguhnya orang yang baik atau suci di antara kamu." (H.R. Muslim) M. Kahfi Albani menunda menyatakan perasaan...