Saat Sakura Bermekaran

41 7 0
                                    

Hello Dear, jangan lupa vote dengan cara klik tanda bintang pada bagian bawah ya, terima kasih💗

Bunga sakura bermekaran di berbagai tempat menandakan musim semi telah tiba. Tak sedikit orang menikmatinya; dilihatnya orang-orang tengah berkumpul bersama keluarga, teman, dan rekan kerja sambil menikmat makanan dan minuman sake di bawah pohon sakura; hanami. Pemandangan yang sangat indah dan menenangkan jiwa.

Lelaki itu tampak mengambil gambar dengan Haruka.

"Sugu ni saishū shinri ga okonawa re, Indoneshia ni modorimasu"

(Sebentar lagi kamu akan sidang akhir dan kembali ke Indonesia)
Ucap gadis berkulit putih dan bermata sipit itu sedikit menekan, ia kelihatan sedih.

"Kanashimanaide, Haruka. Tokidoki, Indoneshia o hōmon suru koto ga arimasu. Watashi wa anata no tōchaku o yorokonde ukeiremasu,"

(Jangan bersedih, Haruka. Sesekali kamu boleh berkunjung ke Indonesia. Aku sangat sudi menerima kedatanganmu)

Balas Kahfi seakan menyenangkan hati Haruka. Tidak ada apa-apa di antara mereka, hanya sekedar teman dekat.

Gadis itu sangat pandai memposisikan diri, ia tahu tempat, dan tidak melampau dengan Kahfi. Sejak kecil ia sudah terbiasa hidup di lingkungan yang sangat menjunjung toleransi dan kerukunan beragama. Pantas ia sangat mengetahui batasan-batasan pertemanannya dengan Kahfi, namun sejujurnya ia pun menaruh harapan kepada Kahfi agar berlama-lama di Jepang, bila mungkin menetap di sana saja. Kahfi ialah lelaki yang sangat baik dan ramah, ia senang bisa mengenal Kahfi, pun merasa ada yang melindungi.

Haruka teramat sering menawarkan Kahfi untuk berkunjung ke Hokkaido,
ke rumah orang tuanya apabila libur telah tiba, namun Kahfi belum menyempatkan diri ke sana. Ia berjanji akan berkunjung ketika ia sudah sidang tesis. Haruka pun mengangguk mengiyakan janji Kahfi. Gadis itu sangat memaklumi, Kahfi memang benar-benar sibuk dan sangat intensif belajar sehingga tak sempat untuk bermain-main, apalagi berkunjung ke kota Hokkaido yang lumayan jauh dari Kitakyusu.

Sore harinya Kahfi sibuk menghubungi Prof. Tanaka, ia ingin memastikan bahwa tesisnya sudah valid dan layak diujikan beberapa hari lagi. Tentu kecemasan yang luar biasa karena sudah berkali-kali ia menghubungi, namun Prof. Tanaka belum meresponnya.

Keesokan harinya, Kahfi memberanikan diri untuk menemui langsung Prof. Tanaka ke kampus.

°°°
Sepanjang jalan bunga sakura bermekaran sempurna, satu per satu kelopak bunga sakura mulai berguguran, Kahfi hanya tercenung lesu_banyak permasalahan yang muncul di benaknya, bahkan ia abai dengan keindahan sakura pagi hari itu. Yang ada di pikirannya hanyalah tesis dan gadis. Hanya satu kecemasannya, apabila ia tidak jadi sidang dalam waktu dekat, maka pupuslah harapannya untuk meraih gelar magister dalam 1,5 tahun. Pun ia tidak dapat menepati janji dengan gadis yang sedang ia perjuangkan di tanah kelahirannya, Indonesia.

Sesungguhnya perasaan mestinya bertepuk dua belah tangan, namun tidak dapat dipungkiri surat yang sudah ia layangkan setahun lalu belum mendapatkan balasan dari gadis itu, lantas apakah cintanya bertepuk sebelah tangan?

Tidak, Kahfi cukup percaya diri, gadis itu akan menunggunya. Sekalipun surat itu tidak pernah dibalas. Ia yakin gadis itu sudah menerima dan membacanya. Sebentar lagi ia akan buktikan kata-katanya bukan sekedar iming-iming.

"Kon'nichiwa, kāfi kyōdai. Mōshiwakearimasenga, messēji e no henshin ga okuremashita. Jibun de junbi shite kudasai, anata no ronbun wa tesuto suru kachi ga arimasu."

(Selamat siang, Saudara Kahfi. Maaf saya telat membalas pesan saudara. Silakan mempersiapkan diri, tesis saudara layak diujikan)

Kahfi terperanjat hebat setelah menerima pesan dari Prof. Tanaka. Ia terharu penuh syukur, ia merasakan ada peluang untuk meraih magister dalam waktu dekat.

♡♡
Malam yang sangat dingin, tak lupa ia mengenakan mantel tebal dan syal kesayangannya. Malam ini, ia akan menikmati makanan khas musim semi bersama sahabatnya, Haruka.

Sayori (ikan halfbeak), shirauo (ikan salangidae), wakame (jenis rumput laut), dan asari (kerang), sudah terhidang di hadapannya. Haruka sangat lahap menikmati, namun sejatinya Kahfi hampir muntah dibuatnya.

Gadis bermata sipit itu senang melihat ekspresi Kahfi saat menelan Shirauo, terlihat sangat menggelikan, namun cukup membuat itu terkekeh dan bahagia.

Lantas ia tidak ingin membayangkan kapan ia akan menikmati musim seperti ini lagi bersama sahabatnya itu.

"Mōichido chūmon shitai?"

(Kamu ingin memesannya lagi) Haruka menahan ketawa di perutnya.

"Iee.."
(Tidak, tidak...,)

Jawab Kahfi sambil tergopoh-gopoh mengambil mineral di hadapannya.

Bunga sakura tak hanya indah dipandang ketika siang hari, pun menakjubkan ketika malam hari. "Yozakura" Ucap Haruka, yang berarti melihat sakura malam hari. Gadis bermata sipit itu senang memperkenalkan kearifan Jepang kepada Kahfi, nyaris membuat Kahfi semakin nyaman berteman dengannya.

"Anata wa kareshi ga iru?"
(Kamu memiliki pacar?)

Tanya Haruka sambil memandangi bunga sakura yang bermekaran.

"Iie...,"
(Tidak)
Kahfi hanya menyeringitkan keningnya, lalu menikmati pemandangan yang sangat indah itu. Baginya tidak begitu penting membahas memiliki pacar atau tidak, yang jelas ia sedang memperjuangkan seorang gadis di tanah kelahirannya itu.

♡♡
Kahfi berharap bisa tidur nyinyak malam itu, namun tidak tahu mengapa hatinya terasa begitu pilu, sedih, dan gundah, perlahan buliran air matanya jatuh ke pelupuk matanya. Ia pandangi wajah Ibu, Ayah, dan adiknya di layar gawai itu. Ia teramat rindu.

Lain rasanya tak bersua dengan keluarga, tidak mencicipi masakan seorang Ibu, lain pula rasanya tinggal di negeri orang. Sangat sendu.

Kesedihannya malam itu semakin memenuhi ruang dada. Terlebih ketika mengingat gadis yang sedang ia perjuangkan. Bila boleh jujur, ia rela bergadang; tidur hanya 4 jam dalam sehari, intensif belajar semata-mata ingin meraih gelar magister 1,5 tahun dan kembali ke Indonesia untuk nenemui gadis impiannya itu.

"Mengapa gadis itu belum juga membalas suratnya?" Kegelisahannya menjadi-jadi, tapi lampu hijau bagi Kahfi karena sampai detik ini media sosial gadis itu masih menandakan bahwa ia masih sendiri; single; belum memiliki kekasih.

Tapi manalah mungkin media sosial menjadi tolok ukur seseorang single atau tidak. Ini hanyalah bujuk hati Kahfi saja kepada dirinya sendiri agar ia tak bersedih lagi. Ia tahu itu, namun berkali-kali nuraninya harus mengiyakan isi hatinya.

Bersambung dulu ya❤

Jangan lupa vote dan comment.

Maaf baru bisa update, apabila kurang mendebarkan. Insyallah akan direvisi di kemudian hari.

Saya ngantuk berat🙄
Belum mampu memaksimalkan imaji.

O iya teman-teman selanjutnya saya akan membuat part yang lebih seru. Stay tune yah!!!

Tidak bosan-bosannya saya menyampaikan bahwa tulisan ini murni karya saya.

Jadilah penulis dan pembaca yang bijak. 🙏

Thanks guys. Happy reading🤗

The Perfect Mate♡ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang