"Alexandra!"
Aku menuju sumber suara yang amat kukenal itu. Kupastikan ini bukanlah panggilan yang menakutkan, entah mengapa nadanya sedikit menekan.
"Kamu lihat nggak di mana dasi saya?"
Oalah! Suamiku kok gitu banget ya ngomongnya 'kamu, saya'.
"Dasi yang mana, Mas?"
"Yang warna dongker, putih itu loh. Kemarin saya lihat masih ada di sini." Suamiku menunjuk ke arah gantungan orange yang ada di lemari.
"Sabar ya, Mas. Alexandra carikan dulu."
Wajah suamiku hari ini sedikit cetus, tidak ada manis-manis kalau dipandang. Keningnya mengerut, bibirnya manyun, mimik wajahnya sedang menaruh kekesalan, Ck! Lucu sih sebenarnya, lihat ekspresinya itu. Walau gimana pun, bagiku dialah satu-satunya lelaki yang tertampan di dunia. Fyuhh!
"Gimana ada ngak? Buru-buru nih, Sandra."
Suamiku mondar-mandir, beberapa kali kakinya dihentakkan, sepertinya ia benar-benar terdesak. Aku semakin menahan tawa dibuatnya. Aku baru sadar ternyata di balik keperkasaan suamiku, ternyata ia juga memiliki sisi keanak-anakan.
"Gimana sih, baru aja semalam lihat dasi itu di sini. Sekarang tiba-tiba udah ngak ada, emang siapa lagi yang buka lemari ini kalau bukan Sandra." Ia meracau pelan, tapi aku cukup mendengar semua itu. Its oke, sebenarnya ia menyalahkan aku.
"Warna apa tadi, Mas?"
"Dongker mix putih"
"Ya Allah, ngak tua, ngak muda. Sama-sama pikun ya." Aku menyindir halus.
"Emang udah ketemu?"
"Udah."
"Mana?"
"Tu!" Aku menunjuk benda yang sudah ada di genggamannya. Aku membalikkan badan.
"Ckckck. Marah-marah aja terus." Lirihku dalam hati.
"Maaf, sayang." Aku tidak terlalu mempermasalahkan. Karena aku pernah juga seperti suamiku. Merasa kehilangan barang-barang, tapi nyatanya tidak hilang. Tuh, contohnya.
"It's oke." Aku berpura-pura tidak peduli.
Aku tahu suamiku sedang menahan malu. Ck!
"Sayang!" Ouh, jadi ngak 'saya, kamu' lagi.
Aku lihat ia memasang dasinya sendiri, menurutku itu kurang rapi. Tak serapi ketika aku yang memasangkannya. Tapi, aku pura-pura abai, agar suamiku tidak kebiasaan seperti itu 'ngomel-ngomel'. Ya, walau baru kali ini, aku memahami ia tidak sengaja. Barangkali karena situasinya lagi mepet.
"Mas." Aku mengehentikan langkah suamiku yang kelihatan sangat terburu-buru itu.
"Ini bekal." Aku menodongkan makanan kesukaannya. Ia sangat suka pancake dan nasi goreng kerang.
"Terima kasih, Sayang." Balasnya. Aku juga tidak lupa memperbaiki dasinya yang sedikit miring itu.
"Mas, hati-hati berangkatnya ya!"
Sebenarnya tidak ada kata-kata lagi yang mampu menggambarkan perasaanku kepada lelaki berbibir merah jambu ini. Aku sangat mencintai, lebih dan lebih, sungguh, teramat, dan sebagainya.
"Maafkan Mas ya!"
"Tidak masalah Mas, aku senang ada pertengkaran kecil di setiap paginya. Dengan begitu ada hal yang bisa kita rindukan untuk dikenang, suatu hari nanti." Suara hatiku.
Aku mencium punggung tangan suamiku, kemudian ia membalas dengan kecupan di keningku.
***
PoV Author
"Mas,"
"Apa?"
"Hehe," Syifa hanya membalas cengingiran.
"Lucu deh, ada apa sih, Sayang?"
"Ngak Mas. Kemarin kan Mas bilang ada hadiah untuk Syifa." Alano hanya tersenyum melihat tingkah istrinya itu. Jauh-jauh hari Alano sudah mempersiapkan hadiah itu, namun hanya menunggu waktu yang tepat.
"Ada kok, Sayang. Nanti Mas kirim ya."
Kok kirim sih? Padahal Syifa berharapnya ada sesuatu benda yang akan diberikan kepadanya. Raut wajah Syifa kembali seperti biasa, terlintas di hatinya ini hadiah tidak spesial, mungkin begitu.
"Mas, emang apaan?"
"Ada, nanti ya."
Alano kok mendadak tidak romantis seperti itu?
"Ya udah, sekarang coba buka ponsel sayang!"
Notifikasi Whattsap
Gambar baby?
Alano mengirimkan gambar baby yang sangat menggemaskan kepada Syifa. Tapi Syifa tidak menangkap maksud suaminya itu.
"Apaan sih, Mas?" Balas Syifa.
Asli dah, mubazir kouta. Padahal mereka saling berdekatan, kenapa tidak ngomong langsung saja.
Stiker love dari Alano.
"Ha?" Lirih Syifa.
Memang istri Alano masih dalam kadar yang sangat polos. Kemudian Alano mengirim gambar kedua. Inilah gambar sesungguhnya.
Tarahhh!
________________________Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Mate♡ [TAMAT]
General FictionAsslammualaikum Dear, follow dulu ya sebelum baca❤ "Janganlah kamu menganggap diri telah suci, Allahlah yang lebih tahu siapa saja yang sesungguhnya orang yang baik atau suci di antara kamu." (H.R. Muslim) M. Kahfi Albani menunda menyatakan perasaan...