Jangan lupa vote dengan cara klik tanda bintang pada bagian bawah ya💗
__________________________" Ya Allah, Nai. Ngapain sih, Nai? Serius ini semua untuk nikahan?" Syifa menghitung-hitung list yang diberikan Naira, mulai dari bahan catering, dekorasi, busana, MUA, dan lain-lain.
"Kenapa? Biasa aja kali, Fa." Naira menyeringitkan kening, memastikan bahwa tidak ada lagi bantahan dari sahabatnya itu.
"Astagfirullah, Nai."
"You lihat yang ini!" Naira menunjuk list nomor 28. Lalu ia terkekeh hebat.
"Ih apaan sih, geli deh. Yang benar aja pakai begituan?"
"Eh, gimana sih lu. Ini mah recomended banget untuk malam pertama."
"Ih, Nai. Makin geli deh! Ngak masuk list kali. Untuk nikahan aja."
"Ya ampun, Fa. Elu nikah, habis itu ngapain? Masih suasana nikahan kali. Pokoknya ini recomended banget. No bantah-bantahan," Cetus Naira, lalu terkekeh geli.
"Ih, ih,..." Semakin gelinya Syifa mengatupkan giginya, geram sekali.
"Haha, udah deh. Pokoknya semuanya aku yang urus. Ingat, deal."
Syifa memanyunkan bibirnya, lalu menyeringitkan mata,
"Aaa, aku ngak bisa. Aku ngak sanggup membayangkannya." Syifa berteriak geli, pikiran nakal menyerang otaknya, "Ngak, ngak, ngak." Kegelisahan Syifa nyaris memecahkan suasana, Naira tak henti-hentinya tertawa.Tiba-tiba Umaya datang,
"Ma, ini loh Ma list yang udah Naira buat. Gimana menurut Mama?" Gadis itu menyodorkan sebuah kertas A4.Dilihatlah oleh Umaya list satu per satu. Lagi, lagi Umaya terhenti di list nomor 28. Umaya menyeringitkan keningnya, heran, lalu terkekeh sempurna. Lambat-lambat ia perhatikan wajah Syifa, empat pasang mata sudah mematung hebat ke arahnya. Syifa menunduk malu, wajahnya yang anggun itu tiba-tiba memerah.
"Aa, Mama mah gitu. Syifa kan malu." Ucapnya sembari menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Ih elu mah, Fa. Ngak apa-apa kali, Fa. Ini ladang pahala bagi elu, recomended untuk malam pertama, suami you pasti sukalah, ini cantik kan Ma untuk pengantin baru." Naira mengeja-eja nama pakaian itu, Umaya semakin terkekeh dibuatnya.
Tak tinggal diam, tak sanggup menahan malu. Syifa berlari ke dapur. Mending ia di dapur saja katanya. Sambil membuat minuman di dapur, gadis itu mengomel-ngomel kecil.
"Ih, si Naira tahu apaan sih mengenai malam pertama, sok tau banget. Sok berpengalaman. Alah, Nai, Nai." Ia pun menggeleng-gelengkan kepala.
"Jadi gimana, Nai. Gaun pernikahannya yang mana?" Sambung Umaya.
Tak lama setelah itu, Naira memperlihatkan beberapa gambar yang sudah disimpan di gawainya.
"Nah, ini loh, Ma. Yang warna nude. Kemarin ini yang dipilih, Syifa."
"Wah, bagus sekali. Mama suka, suka." Umaya membayangkan betapa cantiknya putri semata wayangnya akan menggenakan gaun tersebut di hari pernikahan. Cantik sekali.
♡♡
Tidak terasa seminggu lagi pernikahan Alano dan Syifa akan ditunaikan. Di balkon sana terlihat Alano sedang memikirkan sesuatu, tapi bibirnya juga berkomat-kamit. Berkali-kali ia mengucapkannya, berkali-kali pula ia mengulang hingga benar-benar lancar."Saya terima nikahnya dan kawinnya Syifa Humaira Khairani binti..." Sepasang mata sedang memerhatikan Alano, ia tersenyum manis.
"Lagi ngapain sih, Nak?" Nyonya Prasetyo pura-pura bertanya. Alano terkaget dibuatnya.
"Mama, sudah berapa lama mama berdiri di sana, Ma?"
"Baru saja kok."
"Mama ngak dengar apa-apa kan?" Nyonya Prasetyo hanya tersenyum.
"Ma, grogi, Ma."
"Insyallah, semoga lancar Nak. Lillahi ta'ala."
"Terima kasih, Ma." Alano memeluk nyonya Prasetyo, betapa sayangnya kepada wanita separuh baya itu.
Matahari sudah tinggi, hari ini Alano memutuskan tidak ke kantor. Kepalanya sedikit pusing, sebab semalam ia susah tidur. Ia jatuh cinta?
"Assalammualaikum, Mas?"
Ia lihat sebuah notifikasi dari Syifa. Tidak tahu mengapa semalam ia mengubah nama kontak itu menjadi My Princess. Pun pengharapannya gadis itu menulis King di kontak gawainya. Seketika Alano tersipu manis, senyumannya menambah kadar ketampanan yang dimilikinya.
"Waalaikummusallam, Syifa."
"Mas, ini gaun yang direkomendasikan untuk pernikahan kita."
"Lalu?"
"Iya, maksud Syifa apakah Mas suka? Nude, Mas"
"Suka kok, bagus. Apalagi gaunnya, cantik banget."
"Gaunnya aja, Mas?" Sebuah kode dari Syifa, apakah tidak sekalian dengan orang yang akan memakai gitu.
"Apalagi gaunnya dipakai sama Syifa." Nyaris membuat Syifa tersenyum atas gombalan itu, namun sejujurnya ia tidak tahu apakah sesungguhnya ia sudah jatuh cinta kepada calon suaminya itu?
♡♡
PoV tokoh lain
Apapun yang terjadi wanita itu sudah berjanji akan menghancurkan hidup Alano. Bukankah ia sudah mengatakan bahwa ia akan mencari ke manapun Alano pergi, sekalipun ke ujung dunia.
"Sampai kapanpun aku tidak akan melupakan peristiwa itu, Alano!" Lirih wanita itu membatin. Terbayang-bayang olehnya kepahitan setahun yang lalu. Semakin sakit hatinya. Mukanya merah padam, penuh dengan kebencian.
♡♡
Bersambung dulu ya💗
Terima kasih atas dukungannya.
Happy reading🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Mate♡ [TAMAT]
Genel KurguAsslammualaikum Dear, follow dulu ya sebelum baca❤ "Janganlah kamu menganggap diri telah suci, Allahlah yang lebih tahu siapa saja yang sesungguhnya orang yang baik atau suci di antara kamu." (H.R. Muslim) M. Kahfi Albani menunda menyatakan perasaan...