Jangan lupa vote dengan cara klik tanda bintang di bawah ya💗 thank you.
Lelaki itu menghempaskan tubuhnya di atas gundukan salju. Ia menarik napas, lalu dihembuskan lagi. Sangat indah, pertama kali ia menikmatinya salju setelah setahun berlalu. Ya, di Kitakyushu jarang turun salju, harus ke bukit Sarakurayama dulu bertepatan di bulan Oktober.
Matanya tercenung mengadah ke langit, ia rasakan dinginnya salju di sekitarnya, ia gengam dan bulatkan salju itu hingga berbentuk bola, lalu diamatinya dalam-dalam, tak terasa saljunya menetes ke pelupuk mata Kahfi. Lalu ia mengelapnya. Ia tersenyum, dan berkata "Arigatou"
Kebosanan dan kegelisahannya pun hilang seketika; ia sudah begitu lama mengurung diri di kamar apartemen dengan tumpukan buku, dan berkutat di situ-situ saja; kampus dan apartemen. Tentu semua ini demi menamatkan kuliah 1,5 tahun pada program magister, dan demi seorang gadis yang diam-diam ditaksirnya. Ia tak ingin terlalu lama memendam rasa.
"Kahfi- Chan" Panggil Haruka dari kejauhan. Merasa dirinya dipanggil, ia pun bangkit dari gundukan itu, lalu menuju Haruka.
"Sarakurayama wa Kitakyūshū de mottomo takai oka de, yoru ni ikeba sarani utsukushiku narimasu. Kitakyūshū no machi o terasu akarui akari o minagara shokuji o tanoshimu,"Jelas Haruka sambil menunjuk ke arah kota.
(Sarakurayama adalah bukit tertinggi di Kitakyushu, jika kita berkunjung pada malam hari akan lebih indah. Orang-orang akan menikmati hidangan sambil memandang lampu-lampu yang bersinar menerangi kota Kitakyushu,)
"So desuka?"
(Wah, iyakah?)Kahfi sedikit melongo dan ia merasakan tempat itu benar-benar menakjubkan. Bagaimana tidak, bahkan sekali pun salju tidak pernah turun di Indonesia.
" So desu."
(Iya, tentu)Haruka memekarkan seyuman di bibirnya, ia bahagia bisa membawa Kahfi berlibur, teman terbaiknya selama di kampus. Mereka mulai saling mengenal setahun yang lalu, bertepatan dengan registrasi ulang dalam program magister.
Perjalanan yang cukup jauh dari apartemen ke puncak Sarakurayama. Pun pertama kalinya menggunakan cable car, sangat mengesankan.
Selanjutnya, trip ke Green Park. Setiap momen penuh dengan swafoto, Kahfi sangat senang. Berkali-kali ia ambil gambar pemandangan, dan berkali-kali pula ia minta difotokan oleh Haruka. Gadis berkulit putih dan bermata sipit itu hanya tersenyum melihat tingkah laku Kahfi. Wajar, ini pertama kali baginya.
Sesekali Kahfi juga memainkan imajinasinya. Kelak ia akan membawa gadis impian dan anak-anaknya untuk berlibur ke Green Park. Tempat yang indah dengan padang rumput yang luas. Ia ingin bersama-sama merasakan festival indahnya bunga sakura; bunga tulip di musim semi atau melihat bunga cosmos di musim gugur, menyaksikan anak-anaknya bermain air panas, belanja di flea market, merasakan festival bunga mawar yang mekar dua kali dalam setahun. "Masyallah," Ucap Kahfi membatin, pengharapan yang luar biasa dalam hatinya.
Seharian Kahfi berkeliling kota Kitakyushu bersama Haruka. Dari bukit Sarakurayama hingga Pantai Iwaya bahkan ia sudah menikmati barbekyu (halal) di sana. Betapa bahagianya Kahfi memiliki teman seperti Haruka, gadis bermata sipit dan berkulit putih, gadis yang sopan, memiliki toleransi yang tinggi, dan satu-satunya teman yang dipercayai oleh Kahfi.
Malam yang sangat berbeda, dingin sekali. Berkali-kali Kahfi menggosok-gosokkan tangannya, berkali-kali pula Kahfi menyuduh teh hangat. Kahfi mematikan AC, lalu ia ambil baju dingin lengkap dengan syal kesayangannya. Tampak gagah di tubuhnya yang perkasa itu.
Kembali ia buka laptopnya dan memastikan bahwa segala dokumen sudah tersusun rapi, dan siap untuk dicetak. Beberapa hari lagi ia akan sidang proposal, setengah perjuangannya menuju magister dan memiliki gadis impiannya itu.
Setahun sudah surat elektronik itu dilayangkan. Keindahan kata-kata, pengaharapan yang luar biasa, cita-cita, dan segala upaya memperjuangkan gadis itu sudah ia gambarkan dalam surat itu, namun Kahfi belum juga menerima balasan dari gadis itu.
Kahfi hanya bisa memandangi surat yang pernah ia kirimkan, bahkan ini sudah memasuki tahun kedua ia kuliah di Kitakyushu, Jepang.
Setiap hari ia dihantui oleh perasaan, "Apakah ia sudah membacanya?" Lirih Kahfi dalam hati. Kahfi mencoba berpikif positif, barangkali gadis itu tidak berminat membalasnya, lantasan ia hanya akan menerima lelaki yang benar-benar gentle dan berani mengungkapkan langsung di hadapan orang tuanya.
"Baiklah," Ucapnya pilu dalam hati, sepenuhnya ia tidak tegar, namun berusaha sabar.
♡♡
[Bersambung dulu ya]
Ayo surat yang dikirimkan Kahfi untuk siapa?Hello Dear....
Sekian dulu part Kahfinya ya.
Sambungannya di part berikutnya.Btw, temen-temen berharapnya Kahfi dengan Syifa atau Syifa dan Alano?
Atau Alano kembali kepada Natalie?
Wow....
Jangan ketinggalan cerita ya. Yang baru baca part ini silakan scroll ke atas, lihat cerita sebelumnya agar tidak salah memaknai cerita.Jangan lupa vote dan comment, terima kasih 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Mate♡ [TAMAT]
General FictionAsslammualaikum Dear, follow dulu ya sebelum baca❤ "Janganlah kamu menganggap diri telah suci, Allahlah yang lebih tahu siapa saja yang sesungguhnya orang yang baik atau suci di antara kamu." (H.R. Muslim) M. Kahfi Albani menunda menyatakan perasaan...