Jangan lupa vote dengan cara klik tanda bintang pada bagian bawah ya💗
"Sandra, Tante tidak ingin kamu hidup seperti ini. Tante ngak akan biarin kamu tinggal di Jakarta sendirian." Bujuk Marta meyakinkan, wanita separuh baya itu satu-satunya Saudara almarhum orang tuanya Alexandra yang sudah lama menetap di Singapura.
"Tapi, Nte. Sandra di sini saja."
"Sama siapa di sini sayang, tante khawatir bila terjadi apa-apa dengan kamu," Bujuk Marta.
"Ngak apa, Nte. Sandra di sini saja."
"Ayolah sayang, tante merasa berhutang budi kepada ayah dan ibu kamu. Tante nggak akan biarkan kamu seperti ini, Tante ngak mau ngecewain orang tua kamu. Tante akan jaga kamu...,"
"Tapi, Nte..."
"Ngak ada tapi, tapian. Pokoknya kamu ikut dengan Tante ya, sayang..." Masih banyak bujukan dan rayuan dari Marta yang tidak bisa dituliskan, cukup menyakitkan hati bila mendengarnya.
"Baiklah, Tante."
Alexandra mengiyakan bujukan wanita separuh baya itu. Dengan iming-iming yang hebat, termasuk akan memberikan tempat tinggal yang layak dan pekerjaan yang bagus untuk Alexandra. Kemudian, Marta mengurus seluruh dokumen penting untuk kepindahan ponaannya itu ke Singapura.
Betapa bahagianya Alexandra saat itu bisa bertemu dengan Marta. Padahal sejak kematian kedua orang tuanya, tidak ada yang sudi mengasuhnya, barangkali Marta memang berniat tulus kepadanya.
Semakin mengingat peristiwa itu, semakin membulir air mata Alexandra. "Memang manusia tidak bisa dipercaya." Lirih Alexandra. Sekejap tubuhnya mengigil pilu, ia meratapi kejahatan Marta yang tidak pernah ia duga.
"Aku menyesal pernah menemuimu Marta," Sesal Alexandra penuh kebencian. Ia terus menangis, dadanya seakan naik turun, ia tarik napas dalam-dalam lalu ia hembuskan. "Sumpah demi Tuhan, aku tidak bisa memaafkan Marta," Lirihnya berkali-kali.
Semakin sesak dadanya ketika mengingat Marta melelangnya di red district yang tak jauh dari pusat kota Singapura, bahkan dirinya sudah terdaftar legal menjadi pekerja seks komersial dan kemudian di sanalah ia bertemu dengan Saddam; lelaki bajingan; brengsek, dan laknat itu. Lebih jahannam lagi ketika mengingat Saddam menyiksanya sebagai budak sex dan mengurungnya berhari-hari di kamar apartemen kepemilikkannya. Lelaki itu memang bejat.
"Aku memang menjijikkan," Lirih Alexandra, "Aku memang menjijikkan," lirihnya berkali-kali. Betapa malangnya nasib Alexandra, cobaan bertubi-tubi menimpa dirinya.
Alexandra," Panggil Zuri khawatir. Entah kenapa wanita separuh baya itu sangat menaruh rasa iba kepada Alexandra setelah mendengar cerita panjang dari gadis yang baru ia kenal itu.
Alexandra tidak menyaut, lamunannya sangat dalam, air matanya semakin membulir hingga membasahi pipinya.
"Alexandra," Wanita separuh baya itu memegang pundaknya dari belakang, sementara gadis itu sigap menghapus air matanya.
"Oh, Iya Tante. Maaf Tan,"
"Ibu, bukan Tante." Zuri seperti memperingatinya, panggil ia Ibu jangan Tante lagi. Betapa besarnya hati Alexandra saat itu, kali ini ia merasakan Tuhan berpihak kepadanya, ia dikelilingi oleh orang-orang baik.
♡♡
dr. Ibnu masih menaruh rasa curiga kepada gadis yang tiba-tiba dipersilakan masuk ke rumahnya. Jika Zuri istrinya sudah menaruh rasa iba, maka Ibnu belum sampai ke fase itu. Yang ia takutkan apabila gadis itu berniat jahat; bukan perempuan baik-baik dengan segala modusnya untuk mengelabui keluarganya, terutama Kahfi anaknya."Kahfi, carikan gadis itu tempat tinggal!" Perintah Ayahnya.
"Biarkan dia di sini saja, Mas." Balas Zuri istrinya.
"Buk, jangan terlalu percaya. Zaman sekarang banyak modusnya, Buk." Tegas Ibnu kepada istrinya. Bila dikatakan Ibnu tidak kasihan kepada gadis itu, nyatanya tidak juga. Kalau memang sebenarnya ia tidak kasihan, kenapa Ibnu tidak mengusir gadis itu saja dari rumahnya, lalu membiarkan gadis terluntang-lantung di jalanan. Mengapa harus meminta Kahfi untuk mencarikan tempat tinggal untuk gadis itu?
"Biar Alexandra di sini saja ya, Mas. Wafi pun sudah mulai senang dengannya. Mas lihat kan, gimana Wafi kepada Alexandra begitu pun sebaliknya. Wafi jadi ada teman, Mas."
"Astagfirullah, Buk. Sadar Buk, sadar. Gadis itu baru kemarin sampai di rumah kita, Buk. Asal usulnya pun tidak jelas," Sambung suaminya.
"Ayah, Ibu, jangan diperpanjang lagi. Ini semua salah Kahfi, biar Kahfi cari jalan keluarnya...,"
Belum selesai Kahfi berpendapat, Ibnu memotong dengan bengisnya.
"Ayah seperti tidak ada harganya di hadapan kamu, Kahfi. Kamu bawa seorang gadis ke rumah, sementara kamu tidak mengenalnya. Kamu sudah dewasa, seharusnya paham mana yang benar dan mana yang salah, " Kemarahan Ibnu semakin memuncak, kali ini Kahfi dinasehati habis-habisan.
"Sudah, Mas. Sudah. Husnuzon, Mas."
Baru kali ini Ibnu marah besar kepada Kahfi, jika kemarin ia masih bisa berpikir jernih, namun sekarang kehadiran gadis itu semakin mengacaukan pikirannya.
"Mas, sudahlah Mas. Jangan salahkan Kahfi terus-terusan." Hati seorang Ibu kepada anaknya, pasti membela.
"Ayah, istighfar Ayah. Bukankah Ibu sudah menceritakan kepada Ayah tentang gadis itu?"
"Kahfi, Kahfi, modal cerita saja jangan dipercaya. Sekarang banyak penjahat yang bermodalkan retorika." Sangkal Ayahnya.
"Kenapa sih Mas, jadi suzon gini?" Sambung Zuri istrinya.
___________________________________
Ternyata gadis itu Alexandra
Bersambung dulu ya❤
Tulisan ini sewaktu-waktu akan direvisi.
Bagi yang baru baca silakan scroll ke atas untuk membaca bab sebelumnya.
Happy reading, thanks atas suportnya🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Mate♡ [TAMAT]
Fiksi UmumAsslammualaikum Dear, follow dulu ya sebelum baca❤ "Janganlah kamu menganggap diri telah suci, Allahlah yang lebih tahu siapa saja yang sesungguhnya orang yang baik atau suci di antara kamu." (H.R. Muslim) M. Kahfi Albani menunda menyatakan perasaan...