Jangan lupa vote dengan cara klik tanda bintang di bawah ya💗 Thank You.
"Akanku bunuh kau Alano!" Gadis itu masih dikuasai oleh dendam kusumatnya. Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, ia tak kunjung menemukan lelaki yang sangat ia benci itu, ia belum bisa memaafkan dan tak akan termaafkan. Seketika dadanya naik turun, matanya memerah, perlahan buliran air mata menggenang di pelupuk matanya, ia teramat dendam. "Sampai ke ujung dunia pun kau akanku cari, Alano" Tangannya menggumpal seperti orang yang akan memukul musuh terberatnya.Peristiwa yang amat menjijikkan dan memalukan itu sangat membekas di ruang dada Alexandra. Saban hari ia hanya bisa menangis dan meratapi nasibnya. Lebih pilu lagi, pun ia tidak memiliki siapa-siapa, ia hidup sebatang karah.
Berkali-kali wanita itu membenci dirinya sendiri, namun akan lebih benci kepada dua laki-laki brengsek yang dikenalnya itu.
Alberto kekasihnya begitu berani mencampakkan Alexandra, lantas gadis itu tidak memenuhi keinginannya pada malam itu. Alexandra menolak, bahkan sangat membuatnya frustasi. Ia sangat mencintai Alberto, apapun yang lelaki itu inginkan akan ia berikan. Terkecuali hal yang paling berharga dalam dirinya. Secuil pun ia tak akan memberi, sekali pun lelaki itu hanya sekedar ingin menyentuhnya.
Betapa brengseknya lelaki yang ia cinta, betapa terjerat dan terperangkapnya ia dalam lautan asmara, terjerumus hebat.
Alberto pecandu hebat; peminum berat, apabila ia sudah dikuasai alkohol tak jarang pula memukul kekasihnya itu, Alexandra. Sebenarnya lelaki itu cinta, namun sesekali ia menggila mengiginkan hal yang lebih dari tubuh Alexandra.
Karena tidak memiliki siapa-siapa lagi, maka saat itu Alexandra percaya bahwa Alberto akan menjaganya, bermula saat iming-iming cinta dan kasih sayang oleh Alberto pertama kali jadian. Ia benar-benar percaya dengan kekasihnya itu. Namun, perlahan lelaki itu membabi buta memperlihatkan sifat aslinya, gadis itu memang benar-benar sudah dibodohi, namun ia sudah terlanjur cinta.
"Sampai kapanpun aku tidak akan memberimu," Jawab Alexandra saat ditawari berhubungan sex oleh kekasihnya. "Bahkan bila aku harus mati," lirihnya membatin.
Alexandra benar-benar dicampakkan oleh kekasihnya, pun wanita itu menantikan hal itu. Ia ingin dicampakkan oleh brengsek Alberto, namun sejujurnya ia masih cinta.
Malam yang dingin menyapa tubuh Alexandra, pakaiannya yang tak begitu tertutup tertiup angin nyaris membuatnya kedinginan. Bibir merah jambu gadis itu mulai memucat. Gadis itu terisak-isak dalam tangisannya, sesekali ia hapus dengan tangannya. "Aku benci kamu Alberto...," Ia tersedu-sedu, kesedihan yang teramat dalam.
Ia benar-benar dicampakkan oleh kekasihnya itu. Tidak sedikit pun ada senyum di bibirnya, yang ada hanyalah umpatan kebencian dan penyelasan. Pada malam itu juga ia meluapkan amarahnya di bar kesayangannya dan di sanalah ia bertemu lelaki brengsek kedua dalam hidupnya, Alano.
♡♡
Perempuan separuh baya itu menghenyakkan tubuhnya di sofa.
"Mama sudah mengatur tanggal pernikahan kalian." Ucap Nyonya Prasetyo. Sementara, Alano masih sibuk dengan dokumen yang sudah tersusun rapi di hadapannya.
"Ya, Ma. Lebih cepat kan lebih baik, Ma."
"Tapi kamu suka kan sama Syifa, cantikkan calon mantu mama."
"Mama, bisa saja. Cantik, Ma. Kan sudah berkali-kali Alano bilang sama Mama." Alano menyudahi pekerjaannya, lalu mengajak Nyonya Prasetyo makan siang.
"Alano, bulan depan ya!" Ucap Nyonya Prasetyo sambil tersenyum, sepertinya ia tak sabar melihat anaknya itu menggandeng Syifa sebagai kekasih halalnya. Alano hanya membalas dengan senyuman.
"Terserah Mama saja, Alano setuju-setuju saja, Ma. Kalau di mata Mama, Papa itu baik, maka begitulah di mata Alano, Ma." Tidak ada penolakkan dari Alano, sepertinya ia sangat siap untuk menikahi gadis yang penuh dengan segudang prestasi itu.
Usai lamaran itu, Alano terus memperbaiki diri, setidaknya ia tidak canggung saat mempersunting Syifa menjadi istrinya nanti.
Bandung dengan sejuta kearifan, selain dengan kekayaan budayanya, pun dikenal dengan kota yang amat sejuk; dingin. Entah mengapa pada malam harinya Alano sangat kedinginan, ia ambil selimut lalu membungkus tubuhnya di atas spring bed kesayangannya itu. Malam itu ia tak membaca buku seperti biasanya, namun sibuk bermain gawai.
"Assalammualaikum, Syifa." Intro yang sedikit menegangkan, Alano sedikit kaku untuk memulai duluan obrolan di media sosial.
"Walkummussalam." Jawaban yang singkat, padat, semakin membuat Alano canggung untuk melanjutkannya.
"Sudah tidur?" Sebuah pesan yang sema sekali tidak berbobot bagi Syifa, bagaimana mungkin ada pertanyaan seperti itu, sementara obrolannya sedang berlangsung, jelaslah gadis itu belum tidur.
"Belum, Mas." Lagi, lagi jawaban yang singkat. Alano semakin kebingungan untuk meneruskan obrolan itu. Tidak ada tanda-tanda pertanyaan balik.
"Lagi apa?"
"Sedang balas chat, Mas."
Sangat menjengkelkan hati Alano, sejauh ini ia belum mampu mencairkan suasana saat ngobrol di media sosial, padahal sebentar lagi mereka akan menikah. Di pikiran Alano bagaimana mungkin ia menikah dengan gadis sekaku itu?
"Baiklah, Syifa. Mas tidur dulu ya. Syifa jangan tidur larut malam. Jaga kesehatan, Sayang." Pesan dari Alano cukup membuat Syifa tersenyum bebas, bibirnya mekar sempurna, apalagi ditambah dengan emotic stiker love berwarna merah. Sweet sekali.
Gadis itu tidak tahu apakah ia mulai mencintai calon suaminya itu atau hanya sekedar kagum saja. Yang jelas gadis itu belum pernah jatuh cinta kepada siapa pun, apalagi pacaran. Pernah mempunyai teman dekat, namun ia tak berniat lebih.
♡♡
Bersambung dulu ya💗
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Mate♡ [TAMAT]
Genel KurguAsslammualaikum Dear, follow dulu ya sebelum baca❤ "Janganlah kamu menganggap diri telah suci, Allahlah yang lebih tahu siapa saja yang sesungguhnya orang yang baik atau suci di antara kamu." (H.R. Muslim) M. Kahfi Albani menunda menyatakan perasaan...