Jangan lupa Vote dengan cara klik tanda bintang di bagian bawah ya.Terima kasih💗
Festival kembang api digelar meriah di sekitar Sungai Sumida, Tokyo. Jutaan pengunjung dan puluhan ribu kembang api menambah euforia musim panas pada malam itu. Kembang api melambung tinggi, seketika lautan manusia berteriak histeris menunjukkan kegembiraannya. Indah sekali.
Suasana semakin memanas, lagi lagi di sebelah utara ribuan pengunjung berteriak hebat, mereka gembira sekali. Dilihat pula ke arah selatan, pun sama histerisnya.
Tokyo memang sedang dibanjiri kebahagiaan jutaan umat, namun tidak teruntuk Kahfi. Berkali-kali pengunjung berteriak, berkali-kali pula menghidupkan kembang api, pun berkali-kali memandang pecahan warna warni di langit, namun ia hanya terdiam membisu. Kesedihan mencekik hatinya, keindahan terasa hambar, pengharapan berubah menjadi bius yang mematikan di sanubarinya. Cintanya tak terbalas, kasihnya tak sampai.
"Kahfi-san," Panggil Haruka.
"Kahfi-kun," Sambung Amiru
"Kahfi," Ucap teman-temannya yang lain.
Tidak seorang pun yang dijawab Kahfi, ia benar-benar abai. Pandangannya nanar ke arah utara Sungai Sumida. Di pikirannya hanyalah Syifa yang sebentar lagi akan di persunting oleh orang lain.
Sia-sia, itulah yang ada di benak Kahfi. Sia-sia perjuangannya terhadap gadis itu. "Sia-sia" Sesalnya membatin.
"Kahfi-san," Panggil Haruka. Sama saja, tidak ada jawaban. Haruka tidak ambil pusing, ia pikir Kahfi benar-benar menikmati malam itu sampai-sampai tercenung hebat.
Kahfi sudah merencanakan liburan ke Tokyo sebulan yang lalu, sebelum kabar buruk menimpa dirinya. Sudah ia ancang-ancang bersama kawan-kawannya. Sudah ia perkirakan pula tempat-tempat apa saja yang akan ia kunjungi. Mulai dari Nagaoka Festival, Mitama Matsuri, Gion Matsuri, Tenjin Matsuri, hingga Sumida River Fireworks Festival. Selain itu, sudah ia perkirakan juga jarak Kitakyusu ke Tokyo, menempuh waktu 12 jam 45 menit jalur darat, lumayan jauh, kurang lebih 1.024 km.
"Istighfar, Kahfi." Lelaki itu sedang berbicara pada dirinya sendiri. "Istighfar," Ia sedang merayu hatinya agar bisa berkompromi.
Orang-orang tidak akan pernah tahu apa yang ia rasakan, sakit, hancur, dan teramat ngilu bila dikatakan. Sama halnya perasaanya seperti kembang api yang sedang meledak di langit itu, hancur berkeping-keping.
Ia pikir lagi, "Kahfi. Untuk apa bersedih. Bukankah Allah sudah menuntun jalanmu, tidak akan ada secuil peristiwa tanpa ada hikmah di baliknya, sadarlah Kahfi, sadar!" Ia berbicara dengan dirinya sendiri, terlalu sakit, hingga dadanya terlihat naik turun menahan sesak yang tak tertahan lagi.
"Aku memang bodoh, bodoh, bodoh!" Kahfi menggumpalkan tangannya, seketika wajahnya memerah, matanya mengeluarkan buliran air, sungguh ia tidak tahu ingin marah kepada siapa.
"Ouhh, indah sekali!" Teriak Haruka dan Amiru.
"Wow, amazing." Sambung teman-temannya.
"Kahfi-san, ke mari, ke marilah!" Panggil teman-temannya. Perlahan ia hapus air matanya. Lalu ia mendekat ke kerumunan jutaan umat itu.
"Tidak ada lelaki perkasa yang menangis karena wanita," Tukasnya dalam hati, sekali pun itu bohong. Ia hanya menipu dirinya sendiri.
Kahfi telah menyia-nyiakan bnyak waktu untuk berlibur ke Tokyo. Alhasil ia tidak mendapatkan apa-apa, saban hari ia semakin memalas. Miris, seperti kehilangan akal sehat. Jauh-jauh dari Kitakyusu ke Tokyo menghabiskan waktu yang tak sebentar, malah ia tidak menikmati perjalanan panjang itu.
♡♡
"Cintailah orang yang kamu cintai sekadarnya. Bisa jadi orang yang sekarang kamu cintai suatu hari nanti harus kamu benci. Dan bencilah orang yang kamu benci sekadarnya, bisa jadi di satu hari nanti dia menjadi orang yang harus kamu cintai."
[HR. At-Tirmidzi no.1997]Suasana tengah malam itu sangat damai, hening, dan tenang. Kahfi menggulung selimut ke badannya, dingin sekali. Ia coba memicingkan mata, "Syifa," Ia sudah dirasuki oleh perasaannya yang malang itu. Berkali-kali memicingkan mata, tapi seakan di kelopak matanya itu ada Syifa yang menggantung. Ia terbangun dengan kemisterian malam itu.
Di sisi ranjang, Kahfi sedang mengira-ngira. Ada yang salah pada dirinya? Mengapa begitu membekas perasaannya terhadap gadis itu?
"Aku harus mengikhlaskannya!" Perintahnya dalam hati. "Ya, kamu harus mengikhlaskannya," Sambung hatinya.
Semakin ia berpikir, semakin ia sadar. Semakin ia diam semakin ia paham.
"Ada yang salah pada dirimu, Kahfi." Penghakiman terhadap dirinya sendiri.
Hatinya mulai mengata-ngatai dengan bijak. "Kau mencintainya bukan karena Allah, kamu mencintainya karena nafsumu, rasa cintamu kepadanya sudah melebihi rasa cintamu kepada Tuhan. Dan niatmu selama ini untuk menamatkan program magister 1,5 tahun bukan karena Allah, lillahi ta'ala, Kahfi. Lillahi ta'ala." Lelaki itu terlihat amat menyedihkan, hatinya berbalas kata, benar, tepat, kata-kata itu melukai hatinya terdalam. Ia sudah memukul dirinya sendiri dengan kebodohan. Bagaimana mungkin pengharapannya kepada gadis itu melampau? Sementara ia baru beberapa kali melihat gadis itu. Wajar, gadis itu menolaknya.
"Kini terimalah takdir, Kahfi. Ikhlas, Ikhlas! Innamal a'malu binniyat, segala sesuatu tergantung pada niat." Kahfi terhenyak mendengar kata-kata hatinya. Justru perasaannya sendirilah yang melukai hati.
Kahfi termenung, miris sekali. Buat apa ia bersedih, sementara mungkin saja gadis itu sedang berbahagia menyambut hari pernikahannya.
♡♡
Bersambung dulu ya💗
Terima kasih telah sudi memberi dukungan.
Tulisan ini belum direvisi, akan direvisi sewaktu-waktu.Bagi teman-teman yang baru baca, diharapkan membaca dari part awal agar memahami isi cerita.
Jujur saya hanyalah penulis pemula yang sedang berjuang menamatkan suatu tulisan, tidak peduli betapa buruk atau bagusnya, yang jelas niat awal saya hanyalah ingin menamatkannya, disukai dan diberi pujian dan komentar lainnya itu hanyalah bonus bagi saya.
Alhamdulillah, saya sangat setuju apabila teman-teman mengkritik secara pribadi. Hehe kritikannya japri saja ya, jangan di kolom komentar. Bahkan Allah pun senang terhadap seseorang yang menasehati secara diam-diam❤
Terima kasih banyak🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Mate♡ [TAMAT]
General FictionAsslammualaikum Dear, follow dulu ya sebelum baca❤ "Janganlah kamu menganggap diri telah suci, Allahlah yang lebih tahu siapa saja yang sesungguhnya orang yang baik atau suci di antara kamu." (H.R. Muslim) M. Kahfi Albani menunda menyatakan perasaan...