Untuk menjadi lebih baik memang butuh pengorbanan, pembiasaan diri, dan keikhlasan.
¤¤¤
Kahfi tengah menyeduh coffe yang sudah di hadapannya."Enak juga coffe buatan Alexandra," lirih Kahfi.
Minuman itu nyaris masuk ke kerongkongan Kahfi.
"Ngak kerja, Fi?" Tanya Ibunya yang sudah berseragam ASN itu. Kemudian disusul oleh Ayahnya yang sudah berjaz putih, mereka rapi sekali. Sama-sama ASN, yang satu guru yang satu lagi dokter. Serasi.
"Libur, Bu."
"Yowes, Ibu sama Ayah berangkat dulu yo."
Pernah terlintas di benak Kahfi, ia ingin memiliki istri seorang guru sama seperti ibunya. Tapi itu dulu. Sekarang harapannya itu memudar, maksudnya ia mulai mengubah konsep berpikir 'guru' itu sendiri. Baginya seorang guru tidak harus mengenakan seragam pemerintahan daerah, berijazah S-1 pendidikan, mengajar di sekolah, dll. melainkan seseorang yang patut diandalkan untuk menjadi istri yang sholeha dan dapat mendidik anak-anaknya nanti agar menjadi generasi yang cerdas.
"Mas, Ibu sama Ayah udah berangkat?"
Kahfi terperangah melihat istrinya. Istrinya yang sudah mematung itu terlihat sangat cantik, ayu, dan anggun.
"Masyallah, Sayang, Mas nggak salah lihat kan? Ini Alexandra Putri Alfita?"
PoV Alexandra
Suamiku tampak bahagia sekali. Karena ini kali pertama aku menggunakan hijab dan gamis di hadapannya. Lebih tepatnya baju dan hijab yang pernah ia belikan untukku sebelum kami menikah.
Aku sering menolak untuk mengenakan ini semua. Tapi, sekarang aku sadar bertapa pentingnya seorang muslimah menutup auratnya.
Suamiku berdiri dari tempat duduknya. Kemudian memelukku erat. Aku tahu ia sangat terharu.
"Mas, gimana cantik ngak?" Kali ini aku menggunakan gaun berwarna toska dan hijab sedikit cream. Kata suamiku gamis ini sangat pas di tubuh semampaiku, begitu pun dengan hijab yang aku gunakan sangat cocok di wajahku yang sedikit chubby.
Ternyata menggunakan hijab dan gamis tidak gerah ya? Persepsi aku selama ini salah dong.
"Sayang," Suamiku melepaskan pelukannya. Kemudian membalikkan badan.
"Iya, Mas."
"Apakah kamu mengenakan semua ini karena Mas?" Aku tahu suara yang sedikit bergetar itu sedang dalam keraguan. Sebab selama ini ia sangat kukuh untuk memintaku mengenakan ini semua. Namun, karena aku tidak terbiasa dengan hal yang instan, aku perlahan mengubah penampilanku. Biasanya pakaianku sedikit terbuka, kemudian beralih menggunakan pakaian yang sedikit tertutup tanpa mengenakan hijab.
Suamiku maklum, dan menyukai perubahan yang terjadi pada diriku. Mungkin di pikirannya aku lumayan bisa diarahin untuk menjadi lebih baik.
"Mas, aku sudah ikhlas menggenakan ini semua. Aku suka Mas, insyallah aku ikhlas." Aku mendekati suamiku, kemudian meyakinkannya.
"Terima kasih, Sayang."
"Mas, aku lebih berterima kasih kepada, Mas. "
Sebenarnya kata-kata Kahfi sangat teringiang-ngiang di kepalaku. Ia pernah mengatakan bahwa jika perempuan tidak menutup aurat maka ia akan menyeret 4 laki-laki sekaligus ke neraka. Ayah, saudara laki-laki, suami, dan anak laki-laki. Sungguh seram kalau dibayangkan.
Toh aku ingin sekali ayah dan suami masuk surga.Terutama ayah yang sudah di alam sana.
"Sayang, semoga istiqomah ya." Kahfi kembali memelukku, berkali-kali pula ia kecup keningku. Sungguh aku sangat bahagia atas ketulusannya.
***
Berakit-rakit ke hulu,
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudianBegitulah pantun yang pantas menggambarkan perjuangan Syifa Humaira Khairani. Hari ini adalah hari bahagia baginya. Entah mengapa dunia terasa lega, beban hiduppun terasa lepas seketika.
"Mama," panggil Syifa.
Perempuan yang mulai mengeriput itu memeluk putri semata wayangnya.
"Selamat sayang." Syifa membalas pelukan Umaya.
Di sebelah Umaya, lelaki tercinta Syifa Humaira Khairani sudah memasang badan. Kali ini ia menggunakan kacamata hitam, jaz dongker, dan sepatu kulit ala kantor tentunya.
Teman-teman Syifa mendadak melirik lelaki itu. Semua mata tertuju padanya.
"Wow, jadi itu suaminya Syifa?" Tanya Monica.
"Ganteng banget," Sambung gadis lainnya.
"Tamvan, euuu"
"Mau juga dong punya suami kek gitu."
"Gilak cakep banget. Parah."
Alano hanya membalas ocehan mereka dengan senyuman. Kemudian mendekati istrinya.
"Sayang, selamat ya." Alano memeluk tubuh mungil istrinya itu. Kemudian meninggalkan kecupan di kening Syifa.
Semua mata memandang,
"Cieee Syifa." Pipi Syifa semakin merah jambu dibuatnya."Sayang, hadiahnya mau sekarang atau nanti?" Alano merayu istrinya.
"Hmm, kalau sekarang?"
"Ada."
"Kalau nanti?"
"Ada juga."
"Dua-duanya boleh?" Syifa merengek manja kepada suaminya itu.
"Boleh."
Ini dunia hanya milik Syifa dan Alano ya, jadi yang lain mah ngontrak. Ckck!
Di sebelah pojok sana sudah berdiri seorang gadis cantik, tingginya 155 cm, dan bertubuh mungil. Ia memandang haru sahabatnya itu.
"Fa," Ia mematung.
"Naira, udah lama datang?"
"Hikzz," Naira menangis. Ia terharu.
"Lah, kok nangis sih, Nai?"
"Lu ngapain sih cepat-cepat lulus, trus gue gimana dong?" Naira memeluk erat sahabatnya itu.
"Cupp cupp cupp, itu makanya semangat dong buat TAnya. Lu bisa kok Nai, kan dikit lagi. Insyallah dipermudah."
"Pokoknya gue ngak mau ketinggalan wisudanya, Fa. Apes banget gue, udah ditinggal nikah, ditinggal kompre juga sama elu."
"Ckckxk!" Garing sih, tapi semuanya ketawa kok.
***
PoV KahfiSeizin Allah aku menerima Alexandra, tanpa-Nya aku tidak berani untuk jatuh cinta. Sepenuhnya aku akan menerimanya.
Seperti permintaan istriku beberapa hari lalu, mungkin akan segera aku kabulkan. Lebih tepatnya dikabulkan Allah.
Proyek di Bekasi dan Bogor akan selesai. Dan Alhamdulillah ada proyek besar yang sudah menanti di tempat lain. Aku rahasiakan dulu ya, karena segala sesuatu yang belum terjadi tidak boleh dikatakan, takutnya takabur.
"Mas benaran?"
"Beneran."
"Kita akan pindah ke sana, Mas?" Alexandra sangat bahagia, sangat tampak pada wajahnya yang sangat berbinar itu.
"Iya, Sayang. Alhamdulillah Mas juga dapat kerjaan yang bagus di sana." Aku lihat mata istrinya yang sudah berkaca-kaca itu.
"Mas, terima kasih."
"Terima kasih juga Sayang. Semua berkat doamu. Tanpa doa dari Sayang aku juga bukan apa-apa." Aku menghapus air matanya yang sudah mengalir itu.
________________________________
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Mate♡ [TAMAT]
General FictionAsslammualaikum Dear, follow dulu ya sebelum baca❤ "Janganlah kamu menganggap diri telah suci, Allahlah yang lebih tahu siapa saja yang sesungguhnya orang yang baik atau suci di antara kamu." (H.R. Muslim) M. Kahfi Albani menunda menyatakan perasaan...