Senja di Pelupuk Mata 2

56 8 5
                                    


Jangan lupa vote dengan cara klik tanda bintang di bawah ya, terima kasih💗

_____________________________________

Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.
(Q.S Al-Insyirah:8)

PoV Syifa

Naira mendongokkan wajahnya tepat di wajah gadis itu. Ditatapnya dalam-dalam.
"Jadi sesantuy ini calon mempelai? Tidak ingin mempersiapkan baju pengantin, elu tidak ingin terlihat cantik saat bersanding dengan Pangeran Alano?"

"Minggir!" Syifa menepiskan tangannya, mendorong pelan tubuh sahabatnya itu. Tidak tinggal diam, Naira semakin melanjutkan aksinya.

"Gimana sih, elu yang mau nikahan. Gue yang sewot. Pilih-pilih busana kek, MUA kek, cetak undangan kek. Alaaah...," Naira semakin kesal. Ia semakin berdalih, nyaris membuat Syifa pura-pura tuli saat itu.

"Apaan sih, Nai."

"Ya Allah, Syifa. Apaan sih katamu? Kamu ngak ingin apa pernikahanmu seperti yang kebanyakan orang inginkan. Elegan, mewah, dan tampil sempurna di hari pernikahan itu?" Naira memasang badan, ia teramat geram, dan ingin rasanya baku hantam dengan sahabatnya itu. Lucu sekali, jawaban Syifa membuat Naira menggigil kesal.

"Udah deh, diam. Aku mau yang sederhana saja. Bukankah Allah tidak menyukai yang berlebihan?"

"Berlebihan gimana sih, Fa. Biasa kali Fa. Elu mah nggak ngerti-ngerti juga. Bikin kesel deh, cetak undangan kek, minimal undang teman sekelas lah! Masa nikahan ngak ngundang-ngundang sih, kan lucu yak."

"Udah?"

"Ya belumlah, jelas-jelas orang lagi ngomong. Ngak sopan banget sih,"

"Urus aja deh sana!"
Syifa menyeringitkan keningnya, lalu tersenyum girang. Naira menggerutu hebat, ia sibuk mondar-mandir, entah apa yang dipikirkannya. Lucu sekali.
"Oke, biar aku yang urus semuanya. Tapi janji ya ngak akan ada penolakan sedikitpun, deal!"

"Deal." Syifa mengangkat kedua bahunya, dia kibaskan tangannya, lalu ia ulurkan ke hadapan Naira.
"Sepakat!"

PoV Kahfi

Bila Kahfi tidak di tengah keramaian, mungkin ia sudah terhenyak, bertekuk lutut, bahkan berteriak marah. Ia marah pada dirinya, pun membenci setiap rasa yang memenuhi ruang hatinya. Air matanya tak terbendung lagi, semakin kuat ia menahan semakin sesak di dadanya.

Berkali-kali ia mengira dalam hati, mengapa begitu pedih hadiah dari Tuhan? Inikah balasan atas rasanya selama ini? Inikah buah penantian yang teramat ia jaga dan rahasiakan? Inikah balasan atas kebaikan yang ia perbuat? Padahal ia tidak pernah berharap lebih, di hatinya hanya menginginkan gadis itu.

Semakin ia tahan, semakin terasa sakitnya sebuah kenyataan. Mengapa gadis itu begitu tega? Sudah setahun empat bulan surat itu dilayangkan dan kini ia baru mendapatkan balasan. Gemetar seluruh tubuh Kahfi, "Mengapa baru sekarang ia katakan? Mengapa baru sekarang, Tuhan?" Lemah seluruh tubuhnya, dadanya semakin sesak, sedikit demi sedikit ia usahakan menarik kakinya, persediannya terasa ngilu, kepalanya pun mendadak pusing, bahkan bibirnya kelu untuk berbicara.

"Hei Kahfi, congratulation!" Ucap Angel.

"Wow, Kahfi. Selamat M.Sc." Lanjut teman-teman lainnya.

"Wah, Kahfi turut bahagia." Sepanjang lobi ia mendapat pujian dari teman-temannya. Namun, semua itu tidaklah cukup untuk menutupi kesedihan yang sedang menimpa jiwa raganya.

Kahfi berusaha tersenyum, padahal berat baginya. Berkali-kali ia membelalakkan mata, berkali-kali pula ia mengusap buliran air yang sudah membasahi pipinya, yang orang-orang tahu ia menangis karena bahagia, terharu. Mereka tidak akan pernah tahu apa yang sedang dibendung oleh Kahfi. Ia merasakan jutaan peluru menyerang hebat, teramat sakit, tak sanggup untuk dikatakan.

Sebagai manusia yang memiliki perasaan, satu per satu ia jawablah ucapan selamat dari teman-temannya. Padahal jika boleh memilih, ia ingin tidak bersuara, membisu seribu bahasa, sungguh kekecewaannya membatin hebat.

"Aku sudah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia"
(Ali bin Abi Thalib)

♡♡

Bersambung dulu ya.

Terima kasih teman-teman sudah sudi membaca dan memberikan dukungan.

Btw, teman-teman penasaran nggak apa isi surat Kahfi dan apa sih balasan dari gadis yang tengah diperjuangkannya itu? Mengapa Kahfi begitu kecewa?😣

Jawabannya, di chapter berikutnya ya. Terima kasih banyak atas dukungannya🙏

Tulisan ini murni karya saya sendiri. Harap menjadi penulis dan pembaca yang bijak.

The Perfect Mate♡ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang