Aku sudah berlabuh di tempat yang jauh. Meskipun suasana hati belum sepenuhnya teduh. Namun tak boleh sedikitpun ada rasa mengeluh. Aku harus cukup tegas. Datang ku kemari bukan hanya untuk menuruti rasa malas. Namun untuk melaksanakan tugas. Harusnya juga aku tak perlu merasa khawatir. Mulai singkirkan berbagai hal yang merusak pola pikir.
Semua ini barulah sekedar awal, masih jauh dari kata berakhir.
Ku mulai menata barang bawaanku dengan rapi. Tidak hanya itu namun juga dengan hati. Harus ditata juga. Jika sampai berantakan semua hal di luar juga akan terkena imbasnya. Beberapa kali aku mendapat pesan darimu. Aku abaikan sejenak, meskipun sebenarnya hal itu sudah sangat aku tunggu. Aku membaca dan mulai membalasnya ketika aku sudah membereskan semuanya. Hanya ketika dalam keadaan tenang dan seluruh kesibukan sedang reda. Sampai hari-hari berikutnya juga terjadi hal yang sama. Karna jarak menghalangi kita untuk saling berjumpa. Maka bertukar pesan adalah cara terbaik untuk kita saling bersua.
Seringkali kita saling bertukar kabar. Hampir setiap hari sepertinya. Selalu saja kau jelaskan bahwa kau menunggu dan sudah tidak sabar. Yang kau lakukan itu justru membuat hatiku semakin bergetar. Semua itu pada akhirnya menjadi hal yang kita biasakan. Dengan ini rasa kita masih terjaga dan entah kenapa justru seperti seakan lebih disatukan. Pertukaran pesan kita berjalan indah dan berangsur-angsur. Dan yang paling sering adalah ketika waktu sebelum tidur. Bahkan gara-gara kamu aku sering kena tegur karena susah diatur.
Tentang tanya dan balas, seharipun antara kau dan aku tak pernah lepas. Padahal sebagian besar adalah tentang hal-hal yang tidak jelas. Setidak Jelas hubungan kita. Aku tau jika kita saling cinta. Namun kau harus sedikit agak lama untukku memiliki waktu bercerita dan mengungkapkan semuanya. Semoga saja kau sabar. Akan ketidakpastian dalam rindu yang ku tebar.
Setahuku kau juga padaku memiliki perasaan. Dari sini ku pastikan dengan memperhatikan bagaimana caramu membalas pesan. Penuh kesan meski sebagian besar dibalut oleh gurauan. Beberapa kali kita juga membicarakan yang menjurus. Dan kau juga untuk beberapa hal membicarakannya dengan serius. Mengobrol seperti ini sebenarnya membuatku sedikit tidak nyaman. Karena ketika saling berbicara tidak ada dua mata yang saling bertatapan. Itu hanya hal kecil, tidak perlu terlalu di permasalahkan.
Asalkan itu denganmu.
Sejauh apapun jarak pasti akan terselesaikan dengan berkurangnya waktu. Serta memastikan keberadaan temu. Bagi siapa saja yang rela menunggu. Bagi yang menahan sabar. Akan dipertemukan dengan orang yang ditunggu itu sudah wajar. Bukankah itu yang akan membuat hati semakin berkobar. Semoga itu juga yang terjadi kepada kita. Kita yang dihadapkan pada kondisi untuk saling menahan rasa. Aku disini dan kau jauh disana. Sementara, namun dengan semua rasa yang ada akan dirasakan cukup lama.
"On the way love with you."
Sebuah gambar yang kau lukis. Lalu kau kirimkan melalui pesan disertai dengan beberapa kata yang kau tulis. Sangat mengagetkan sampai hati merasa terasa teriris. Namun yang kurasakan bukanlah rasa sakit. Namun rasa sayang yang cukup ku tahan memaksa untuk terbit. Bagaimana bisa? Sama sekali aku tak pernah terfikir ahwa kau akan melakukanya. Aku masih terjebak dalam rasa kaget. Setengah dari kesadaranku masih entah kemana terseret. Aku cukup terkejut. Biasanya kau yang menunggu namun sekarang kau yang kau jemput. Saking aku terpana sampai ternyata pesan itu sudah kudiamkan cukup lama dan lupa membalasnya.
Tak tahu harus bagaimana lagi. Aku hanya mengucapkan terimakasih. Terimakasih untukmu insan yang ku arahkan padamu cinta kasih. Aku masih tidak bisa berhenti tersenyum karena ragaku sekarang sedang dikendalikan oleh rasa kagum. Entah bagaimana aku berusaha membayangkan bagaimana ekspresimu disana. Aku sangat ingin secara langsung menatapnya. Baiklah. Aku akan menahan diri. Ini tidak akan memakan waktu yang lama. Sampai kusampaikan semua secara nyata. Ketika kita kembali sering berjalan berdua. Berbagi canda. Begitupun dengan segala ceritamu yang tidak nyata.
Aku merindukannya.
Memikirkan tentangmu di sela-sela tugasku sama sekali tidak membuat terhambat. Justru sebaliknya, aku merasa lebih semangat. Apalagi ketika tiba-tiba kuingat ketika kau tersenyum hangat. Juga beberapa hal unik yang selalu saja membuatku terpikat. Meskipun ragamu tidak disini kali ini. Dari seluruh pesan yang kau kirimkan sudah cukup mewakili. Entah kenapa dengan yang kau lakukan aku merasa cukup gemas. Semakin bertambah ketika semakin lama pesan-pesanku kau balas. Banyak rangkaian kata yang sengaja tidak kau tulis sampai tuntas. Membuatku semakin kesal karena terlalu berpikir keras.
Ingin sekali ragamu kupeluk, namun hanya rindu yang sanggup ku bentuk.
Terimakasih sudah menjadi penyejuk dalam sibuk. Sudah membuat bahagia tetap terbentuk ketika keadaan hati sedang suntuk. Sudah setia dan selalu ada meski keadaanku disini sedang memburuk. Sampai aku lupa sudah berapa kali hatiku kau ketuk. Sampai pada rasa rindu yang sesederhana ini saja aku tunduk.
Seperti kata yang kau tulis pada gambar yang kau lukis. Aku menyadari tentang bagaimana aku menuju ke arahmu dengan menempuh perjalanan. Bagaimana aku merasakan denganmu sebuah kenyamanan. Juga tentang bagaimana kita berdua beberapa waktu dipertemukan dalam kebetulan. Dan aku selalu saja berdoa agar kita benar-benar disatukan.
~ % ~
Jarak hanyalah angka
Sedangkan rasa sayangku padamu benar-benar nyata
Juga ada satu fakta yang pasti akan terjadi
Yaitu adalah tentang kita yang pasti akan dipertemukan kembali
~hnf~
_____._____._____._____._____
Kalian bisa capture quotes atau potongan ceritanya.
[Tag - ig : _hanifprasetya] / [tw : _hanifprasetya}
Vote dan komen untuk kritik, saran, atau sanjungan.
Aku memperhatikanmu meski tanpa tatapan .
Terimakasih ku ucapkan :)
KAMU SEDANG MEMBACA
INKONSISTENSI RASA (TERBIT)
RomanceBagaimana cara sederhana kita bertemu? Bagaimana cara semesta membuat kita bersatu? Bagaimana cara aku memandangmu setelah itu? Bagaimana cara kau buat aku menjatuhkan hati padamu? Bagaimana cara kita saling terjebak dalam rindu? Bagaimana cara...