~ Percakapan Yang Kau Tutup Dengan Rindu Yang Kau Titip ~

67 14 4
                                    

Disana kita tidak hanya bercerita ke berbagai arah tanpa ada tujuan. Di sana kita juga saling mengisi peran. Harus bagaimana nantinya antara kita agar dapat saling menyesuaikan. Tidak dapat dipungkiri, sebanyak apapun kita memiliki persamaan pasti akan selalu ditemukan di dalamnya perbedaan. Entah itu hal yang jelas maupun tidak nampak di pengelihatan.

Sedikit rumit jika dipikirkan. Namun di dalam hati ketika satu persatu persoalan terpecahkan, itu merupakan hal yang menenangkan.

Kebanyakan yang kita obrolkan hanya tentang senda gurau. Padahal sebenarnya banyak di dalamnya terselip kegelisahan yang membuat hati ini risau. Sama sekali semua hal tersebut tak pernah tertebak. Karena lihainya kita saling menyembunyikan perasaan yang bahkan sesungguhnya dari awal sudah terpukul telak. Serta ketika diberikan pertanyaan sanggup kita alihkan begitu saja tanpa tersadari, padahal di sana kita sedang saling mengelak.

Setelah menggali berbagai informasi dalam basa-basi. Aku mencoba mencari cara agar ragamu selanjutnya masih dapat lebih sering kutemui. Tanpa pernah dikira kau malah justru yang memulainya. Selalu seperti itu. Selalu ada inisiatif darimu yang membuat aku terpaku. Sering kali sampai tak sampai aku sanggup menanggapinya karena oleh perkataanmu aku dibuat membeku.

Tiba-tiba saja seperti tanpa sebuah rencana. Kau menyeretku dalam sebuah permainan yang sudah jelas kau yang akan jadi pemenangnya. Dan tentu saja bagian terfavorit adalah pasti aku yang akan kena hukumannya. Dalam prasangka ku, sepertinya ini hanyalah akal bulusmu saja. Dan benar, ternyata kau kembali mengajakku santai sambil bercanda. Kau berkata bahwa hadiah untukmu yang pemenangnya yaitu es krim yang kedua. Kembali aku terpana dengan mu yang begitu cerdas. Oleh karena itu aku hanya mengiyakan saja keinginanmu dengan tegas.

Kita berdua juga akan sama-sama diuntungkan. Kamu akan mendapatkan kembali es krim favoritmu itu. Serta aku akan kembali mendapatkan senyummu yang merupakan favoritku.

Dengan ini lengkap sudah rencana kita tersepakati. Untuk hal yang sederhana saja kita harus serumit ini. Terpastikan juga temu yang hanya kita berdua adalah hal yang ku nanti. Hal ini pasti akan terjadi karena kita sudah mengikatnya dalam janji. Cukup rumit memang. Padahal logikanya kalo ingin berjumpa tinggal bilang. Rencana seperti itu dalam benak kita sudah lama hilang, karena sudah terlanjur tersingkirkan oleh ego yang terlanjur menjulang. 

Kenangan akan segera kembali terbentuk. Karena ocehan kita akan lagi bertumpuk. Akhirnya pun sudah tersepakati bahwa kita akan sama-sama pergi lagi ketika masing-masing tidak terjebak dalam sibuk. Bercengkrama tanpa arah seperti biasanya untuk mengisi waktu suntuk. Kau meminta untuk kita menjalankanya di waktu siang. Namun tidak dapat ku turuti karena banyak di waktu itu hal yang menjadi sebuah penghalang. Lalu kuubah saja menjadi sore. Kau sama sekali tidak membantah karena itu hanyalah hal yang sepele.

Dalam kepastian, kembali kita berada dalam tunggu.

Akhir-akhir ini sore selalu ditemani oleh hujan. Oleh karena itu kamu menentukan tempat yang akan menjadi tujuan. Katamu ke tempat yang teduh agar tidak merepotkan. Aku menyadari bahwa ini akan kembali menjadi akal-akalan saja. Dan untuk hal tersebut aku akan berpura-pura tidak tahu dan hanya ikut saja. Kebiasaanmu membuat beberapa hal menjadi berbelit. Semua itu kau lakukan untuk menggiring ku ke tempat yang kau anggap favorit. Pasti nantinya akan ada kejadian-kejadian unik lagi yang tidak sedikit.

Seperti yang lalu.

Kali ini entah kenapa aku merasa sedikit ragu. Karena harus kembali datang bertamu ke rumahmu. Justru ada hal yang lebih parah. Cukup susah untukku mahluk yang agak buta arah. Belum juga aku berangkat kesana namun sudah saja dihantui oleh resah. Jangan anggap aku ini payah. Memang menuju rumahmu cukup sulit. Apalagi istana dari tuan putri tersebut cukup tersembunyi di tengan berbagai percabangan jalan yang sempit. Aku hanya pernah berkunjung kesana sekejap. terlebih lagi itu dalam suasana yang begitu gelap. Kondisi tubuhku juga sudah sangat lesu dan hampir terlelap. Tentu saja banyak sekali ingatan yang tidak dapat ku tangkap. 

Hampir sebagian besar aku lupa. Namun tidak dengan senyum manismu yang mempesona.

Di setiap waktu sepi aku coba mengingat-ingat kembali. Lewat arah mana saja ketika pulang dari rumahmu yang terlewati. Semakin coba diingat justru malah menjadi semakin buntu. Tak ada pilihan lain, meskipun sebisa mungkin hal ini tidak ingin kulakukan kecuali keadaan sudah di penghujung ragu. Akhirnya akupun menyerah dan menekan tombol bantu. Keegoisan dan keangkuhan ku yang tidak ingin meminta bantuan sudah tamat. Akupun memintamu untuk mengirimkan alamat. Dengan ini aku kembali oleh rasa malu kembali terjerat.

" Dasar pelupa," pesanmu yang membuatku sebal dan kesal. Sudah kuduga, pasti akan keluar kata-kata ejekan yang dibalut dengan kelembutan yang sudah sangat aku kenal. Hal yang telah membuatku jatuh harga diri sekaligus kembali padamu aku menjatuhkan hati. Semakin lama semakin menjadi. Semakin banyak huruf-huruf yang berulang kali tersentuh oleh jari. Yang bahkan sanggup menyebabkan rasa nyaman pun terjadi. Tidak tahu, mungkin sudah ribuan kata yang sudah tertukar. Serta ribuan kepingan rasa yang menyebabkan hati bergetar. Sudah sejauh itu pun kamu masih membuat ini diakhiri tetap dengan hal yang tidak datar.

"Sampai jumpa, jangan lupa akan janji kita." percakapan pun kau tutup dengan rasa rindu yang kau titip.  




~ % ~  




Rindu terjadi tanpa adanya tatapan

Ia dapat tetap kau rasakan meski dalam keadaan mata yang kau pejamkan

Rindu bukan sebuah keberadaan yang abadi 

Ia akan berakhir dalam terjadinya jumpa  yang sebelumnya tertahan oleh jarak namun disertai sabar yang mengabdi 




~hnf~




_____._____._____._____._____

Kalian bisa capture quotes atau potongan ceritanya.

[Tag - ig : _hanifprasetya] / [tw : _hanifprasetya}

Vote dan komen untuk kritik, saran, atau sanjungan

Aku memperhatikanmu meski tanpa tatapan

Terimakasih ku ucapkan :) 


INKONSISTENSI RASA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang