Ternyata tak hanya aku.
Ternyata kau juga kembali pada titik sendiri seperti yang kualami. Entah berita ini masihlah abu-abu ataupun sudah pasti. Paling tidak aku tahu tentang apa yang kali ini sedang kau hadapi. Meski pada ujungnya aku tidak merasa peduli. Mau itu kau bahagia. Mau itu kau sedang merasa merana. Atau bahkan ketika kau sedang dalam rasa jatuh cinta. Aku hanya sebatas akan mendengarkannya. Tanoa merasakanya.
Semakin berjalannya waktu semakin aku jelas mendengarkan kabar tentangmu. Tentang bagaimana kau dengan orang yang kau pilih oleh semesta tak diberikan restu. Sesuatu yang kau dapatkan dengan cara membunuh harapan orang lain tak akan bertahan lama dalam terjalin. Maaf aku memang selalu membenci kabar gembira. Apalagi tentangmu yang sedang bahagia disana. Kali ini aku menerima yang berbeda. Kau berada dalam kondisi terluka.
Katanya.
Selamat akhirnya kau merasakan juga. Semoga kau ingat bahwa pernah ada hati yang pernah kau buat benar-benar merasa lara. Semoga kau mengingatnya. Hal yang sama sekali tidak kau pedulikan kala itu. Sekarang bagaimana rasanya saat itu berada pada dirimu? Enak bukan. Aku terbawa perasaan. Semua terlempar begitu saja dalam perkataan. Mungkin kali ini ku keluarkan benci yang sudah lama tersimpan.
Kenapa aku masih merasakan benci ketika dalam hati sudah tak ada rasa peduli. Kenapa masih saja ternyata dalam benakku tentangmu masih tertekan ketika aku pernah berkata bahwa akan benar-benar merelakan. Jujur saja padamu sebenarnya aku masih memiliki perasaan. Itu bukanlah rasa sayang dan kasih. Ini bukan lagi rasa yang bersih. Mungkin ini akibat dari dalamnya aku merasakan kelam. Aku terbawa emosi olehnya dan tenggelam. Aku menyebut ini dengan rasa dendam.
Perasaan yang tak pernah kau sulut. Namun itu datang dengan sendirinya. Tanpa pernah diminta. Tanpa pernah diundang. Didiamkan pun rasa itu senantiasa akan datang. Menguasai hati karena terlalu banyak kenangan yang ketika diingat itu kan menyakiti. Aku tidak pernah bermaksud untuk menaruh dendam pada hati ini. Sama sekali tak pernah ku prediksi bahwa aku akan memiliki rasa ini. Ini terjadi begitu saja karena terlalu banyak menampung tumpukan luka. Serta mengingat berbagai kisah yang tertulis dalam lara.
Aku bertanya-tanya bukan berarti aku kaget karenanya. Sebenarnya hal ini sudah masuk dalam prediksiku. Bahwa hubunganmu dengan ya tidak akan lama dan segera mati karena membeku. Bukan berarti aku mengatakan hal ini karena kau merasa cemburu. Namun logikaku selalu berkata bahwa antara kau dan dia ada hal yang tidak beres. Bagaimana kalian dapat semudah itu terikat tanpa melalui proses. Itu sangat tidak wajar. Dari kejadian itu aku pun belajar.
Bahwa sesuatu yang dicapai dengan pintas akan mudah rusak dan terlepas.
Dari yang kuamati entah kenapa semua terasa tak terlihat rapi. Tiba-tiba kau dan dia sudah saling mengikat janji. Padahal tidak ada proses yang terjadi. Dan dengan bagannya kalian merasa kalian telah saling mencintai. Ingat, sebenarnya oleh perasaan kalianlah yang dibodohi.
Cinta buta yang kalian rakit. Aku menyaksikannya dari sini dengan hati yang teramat sakit. Memandangmu kala itu saja terasa sulit. Kau yang bermanja-manja dengannya aku yang merasakan sakitnya. Sekarang sudah tak apa. Meski aku juga sebenarnya masih merasakannya. Lihatnya kabar baiknya. Ternyata kau merasakannya juga. Ingin sekali aku tertawa. Sebenarnya sudah kulakukan. Namun hanya sebatas dalam hati. Meski menertawakanmu dengan diam namun kali ini benar-benar terdefinisi. Kenapa aku merasa suka saja ketika melihatmu sedang patah hati.
Setelah oleh teman-teman aku mendapat penjelasan. Akhirnya aku mendapatkan kejelasan. Ternyata memang benar, sudah dipastikan. Kau dengannya sudah tak ada lagi ikatan. Kalian akhirnya berpisah juga. Dan kabar bagusnya adalah kau yang ditinggalkan. Pasti kau yang akan mendapatkan jatah yang lebih besar dalam merasakan sakitnya. Nikmati saja. Nanti juga kau akan terbiasa.
Perkiraanku memang benar-benar akurat. Kau bersama dengannya akan selesai dalam kurun waktu yang cukup singkat. Mungkin aku cukup berbakat untuk menjadi peramal suatu saat. Terutama meramal orang-orang sepertimu, yang sudah terlanjur tersesat.
Aku tak tahu apakah yang terjadi padamu kali ini akan mempengaruhiku atau tidak. Mana mungkin kau akan riba-tiba padaku datang. Pasti akan ada rasa gengsi yang besar yang kau pegang. Apalagi jika seluruh yang kau lakukan terhadapku dulu masih kau kenang. Sulit memang. Saling menyapa saja tak pernah olehku terbayang. Bagiku kau sudah benar-benar menghilang. Dan sesuatu yang telah ku anggap benar-benar pergi tak mungkin akan begitu saja kembali. Jangan sampai itu terjadi. Aku tak ingin merasakan pengulangan patah hati. Apalagi dengan orang yang sama. Bagaimana aku bisa bertanggung jawab dengan apa yang pernah kusampaikan sebelumnya. Aku tak akan jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya.
Pikirku kemana-mana karena beberapa temanku bertanya tengtangya padaku juga. Bagaimana bisa. Bukankah kedekatanku denganmu dulu sangat tersimpan rapat dalam rahasia. Hal ini bisa saja terjadi. Yang datang padaku bertanya adalah sahabatmu yang paling dekat. Yang dahulu kita juga sering bersama-sama terlarut bersama dalam obrolan yang hangat. Dengan kita berdua memang dekat. Jadi hal yang wajar jika dia seperti itu.
Kenapa harus bertanya padaku? Apa hubungannya aku dengan mereka. Meski sama-sama belajar di lokasi yang sama kita bahkan nyaris tak pernah saling jumpa. Apa hubunganya denganku. Aku tak bisa menjawab apapun. Aku hanya akan diam membisu. Harusnya aku yang mengajukan banyak pernyataan padanya kala itu. Namun semua telah terlanjur berlalu. Seluruh rasa ingin tahu tersebut sudah aku kubur dalam-dalam bersama semua perasaan yang masih tersisa untuk ku pendam. Akhirnya dia pergi karena segala pertanyaan yang terlontar aku jawab dengan diam. Semoga saja ia paham, bahwa masih ada kecewa yang masih terasa meskipun sudah jauh terpendam.
Aku menjadi penasaran apakah kejadian itu berhubungan denganku. Tentu saja tidak. Itu sudah pasti. Tak mungkin aku terlibat dengan masalah ini. Aku sama sekali tak pernah mendekat meskipun hanya satu dua centi. Aku hanya berdiri pada porosku. Banyak orang yang datang dan berlalu. Mereka berubah arah namun tidak denganku. Aku tidak ingin terbawa lagi dengan orang lain. Apalagi sampai pada titik ikatan cinta sampai terjalin. Aku masih trauma. Aku tak akan melakukanya.
Berpisahnya mereka dengan keberadaanku sama sekali tak ada hubunganya. Semua sudah jelas. Tak perlu lagi ada lagi tanya yang melintas. Kalau mereka sampai hancur. Itu mereka berdua yang mengatur. Tak pernah ada aku disana untuk ikut campur.
Kita sekarang sudah seperti berada pada di dunia yang berbeda. Jika kau merasakan patah di sana denganku semua itu tak ada hubunganya. Namun untukku yang tak sengaja mendengarnya. Aku merasa bahagia.
Akhirnya kau bisa merasakannya juga. Selamat menikmati luka.
~ % ~
Segala sebab pasti memiliki akibat
Segala yang kita lakukan pasti akan mendapatkan balasan
Segala rasa sakit mungkin saja berasal dari dosa masa lalu yang diungkit
Segala siksa adalah buah dari kita memberi luka
~hnf~
_____._____._____._____._____
Kalian bisa capture quotes atau potongan ceritanya.
[Tag - ig : _hanifprasetya] / [tw : _hanifprasetya}
Vote dan komen untuk kritik, saran, atau sanjungan
Aku memperhatikanmu meski tanpa tatapan
Terimakasih ku ucapkan :)
![](https://img.wattpad.com/cover/225799797-288-k474458.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
INKONSISTENSI RASA (TERBIT)
RomanceBagaimana cara sederhana kita bertemu? Bagaimana cara semesta membuat kita bersatu? Bagaimana cara aku memandangmu setelah itu? Bagaimana cara kau buat aku menjatuhkan hati padamu? Bagaimana cara kita saling terjebak dalam rindu? Bagaimana cara...