Dari berbagai banyak hal yang barusan telah terjadi. Setelah beberapa jeda aku menjadi sedikit menyadari. Banyak yang terasa berbeda. Entah itu di dalam raga, pikiran, maupun di hati. Berbagai hal yang awalnya ku lakukan hanya mengalir tanpa tahu apa-apa. Kemudian jalani karena kau mulai suka. Sekarang sudah mulai terasa bahwa hal tersebut telah mengalami pergeseran makna. Mulai terasa semakin jelas bahwa rasa cinta itu sekarang telah ada. Tidak semata-mata dengan ini aku langsung saja merasa bahagia. Karena aku tahu bahwa semua pasti ada konsekuensinya. Bukan harus berhati-hati, namun lebih kepada agar selalu siap tentang apapun yang akan terjadi kedepannya.
Karena aku menyadari bahwa ternyata aku telah terjebak nyaman dengan nya.
Sedikit kusadari bahwa ketika aku sedang berada dalam kesendirian kau sering mengisinya dengan beberapa angan. Ini tidak pernah terjadi sebelum aku dan kamu dihadapkan pada sebuah pertemuan. Disatukan dalam sebuah kebetulan. Serta didekatkan dalam beragam kebersamaan. Beberapa Kali memang sempat dihiasi dengan kesal. Namun pada yang terlewat dan gagal terjadi aku juga merasa kesal. Hal ini juga tidak pernah terjadi sebelum kita berdua saling kenal. Dengan hal-hal yang menyentuh hati sebelumnya aku sangat kebal.
Namun setelah kedatanganmu telah melahirkan beberapa titik sendu. Yang sebelumnya hanya hanya terjeda dalam ketidakpastian tunggu, kali ini jarak antara kita telah terhiasi oleh rindu. Sama-sama belum tersampaikan maksudku dan maksudmu. Itu cukup membuat segala hal yang akan terjadi kedepan masih diselimuti ragu. Kita bisa memikirkan nya lain waktu. Untuk sekarang, meski tanpa hal itu pun kita masih sanggup sepakat dan menyatu. Tentang perasaan yang lebih dalam lagi biarkan saja terbentuk dan biarkan saja menguat seiring berjalanya waktu.
Jika di pikir-pikir, sudah cukup menghilang sikapku dulu itu yang nyaris seperti batu. Itu karena dalam berproses aku dengan tulus kau bantu.
Kisah kita masih bisa dibilang lurus dan masih sesuai lajur. Belum ada masalah atau pertentangan yang menyebabkan salah satu berbelok pergi keluar dari jalur. Kurasa ini karena selama ini aku selalu melandasi apapun dengan saling jujur. Ku jaga pula sekuat tenaga kepercayaan agar tidak begitu saja hancur. Dengan sedikit usaha menekan ego dan menjaganya tetap terkubur. Jangan sampai hal yang memelukku untuk waktu yang cukup lama tersebut kembali muncul. Bisa jadi rasa yang sudah dipertajam selama ini mendadak menjadi tumpul. Hal terparah dari itu adalah kita akan saling terpisah dan tidak sanggup lagi memiliki alasan untuk kembali berkumpul.
Padahal kita cukup sering bertemu. Namun entah kenapa aku sering terpikirkan hal-hal tentangmu.
Dikala aku sedang duduk di teras. Aku seringkali melamun memikirkan berbagai hal yang belum jelas. Biasanya pikiran dalam berkhayal selalu memiliki batas. Dalam duniaku yang sepi memikirkan terlalu banyak hal tersebut tak kulakukan karena terlalu malas. Namun kali ini disela-sela waktu tersebut bayangan tentangmu justru sering melintas. Hatiku cukup tergetar. Bukan berarti karena hal tersebut lamunanku menjadi buyar. Tidak, justru aku menjadi terjebak semakin jauh. Pikiran liar yang selama ini tak tahu arah akhirnya memiliki tempat berlabuh. Benar-benar ya kamu, penghilang bosan dalam lamunan yang cukup jenuh.
Perlukah aku meneguk secangkir kopi?
Hal ini yang membuat kenangan malam itu teringat kembali. Kali ini aku hanya melakukanya sendiri. Ragaku. Dalam jiwa tetap saja ada kamu yang menemani. Aku terlalu banyak berimajinasi. Tak apa, jika itu bertujuan untuk menyenangkan hati. Untuk juga menjaga agar segala kenangan bersamamu selalu terjaga dan tak mati.
Sudah biasa jika aku meluangkan waktu bersantai sendiri. Karena kosongnya hati sebagian besar orang tidak bisa untuk mengerti. Meski dengan aktivitas yang sangat padat yang hati catat sebenarnya hanya ada sepi. Beberapa kali ku harap bahwa waktu sejenak saja berhenti. Agar aku bisa memiliki kesempatan menghela nafas. Setidaknya untuk sedikit meringankan kekecewaan akan usaha keras yang tidak terbalas. Beberapa impian dan harapan pun kulepas. Demi mengurangi beban-beban yang tidak jelas.
Semua hal ini kau tak perlu tau. Diam mu saja sebenarnya sudah sangat membantu. Apalagi dengan senyum mu. Dengan membayangkannya saja sanggup mengalihkan perhatianku dari semua pilu. Apalagi jika aku bertemu denganya dalam nyata. Realita saja mungkin akan sanggup tersisihkan olehnya. Maaf teoriku cukup memaksa. Tapi ini benar adanya, bahwa mengingatmu membantuku dalam menghadapi ketidakadilan realita.
Beberapa kali aku ketika dalam tekanan kehidupan. Dan seketika tiba-tiba kau menyelipkan disana perhatian dengan mengirimkan pesan. Sesederhana itu pun aku sudah sangat terkesan. Dengan kata-kata kita yang saling berpapasan hal tersebut cukup menenangkan. Terlebih lagi jika kau bertanya tentang kabar. Sudah pasti jang tungku kala itu langsung dengan kencang berdebar. Menciptakan semangat yang ingin redup kembali berkobar. Hal itu juga membuatku sadar. Bahwa akan selalu ada kamu ketika raga dan pikiran ini terlampau lelah dan terkapar.
Seringkali aku melakukan kesalahan dan olehmu aku ditegur. Ini yang paling sering terbayang sampai membuatku untuk susah tidur. Karena caramu marah itu selalu saja membuatku merasa terhibur. Tak tahu lagi, terlanjur pikiran dan rasa telah bersatu dan melebur. Membuat aktivitas merindukanmu menjadi tugas lembur. Oleh kita yang mengakhiri hari dengan saling mengucapkan selamat malam. Berhasilkan membuatku cukup lupa akan kenangan-kenangan yang kelam. Karena mengingatmu adalah selalu tentang bahagia.
Aku cukup tertolong. Karena kau telah membantu mengisi hati yang telah lama kosong.
~ % ~
Kamu,
Sebagai pengingat
Sebagai pemikat
Sebagai pengikat
Sebagai penyelamat
~hnf~
_____._____._____._____._____
Kalian bisa capture quotes atau potongan ceritanya.
[Tag - ig : _hanifprasetya] / [tw : _hanifprasetya}
Vote dan komen untuk kritik, saran, atau sanjungan.
Aku memperhatikanmu meski tanpa tatapan .
Terimakasih ku ucapkan :)

KAMU SEDANG MEMBACA
INKONSISTENSI RASA (TERBIT)
RomansaBagaimana cara sederhana kita bertemu? Bagaimana cara semesta membuat kita bersatu? Bagaimana cara aku memandangmu setelah itu? Bagaimana cara kau buat aku menjatuhkan hati padamu? Bagaimana cara kita saling terjebak dalam rindu? Bagaimana cara...