Semua kisah dalam jeda sudah tertuntaskan. Akhirnya kita akan sama-sama kembali menjalani rutinitas yang sering kita anggap membosankan. Itu hanya pikiran ku yang dulu yang kali ini sudah sangat jelas terpatahkan. Kali ini hal tersebut menjadi sesuatu yang cukup dinantikan. Karena dalam temu selalu pasti ada kebahagiaan.
Apalagi jika itu tentangmu.
Tentang seseorang yang selalu ku nantikan untuk saling bertemu. Tentang berbagai macam cerita yang tersusun dalam berjuta warna. Serta tentang menyudutkan sepi agar terjaga tetap menepi. Aku bersyukur. Sebelumnya banyak sekali pemikiran dan ragu yang rapat terkubur. Namun hal tersebut sudah berjatuhan dan gugur. Oleh mu dan mereka yang sudah selalu saling sapa dan tegur. Semua sudah tercatat dengan rapi tanpa ada gangguan di hati. Di luar semua masih saja ada yang pasti. Kembali lagi masalah utamanya adalah aku yang tidak mau berterus terang. Entah sampai kapan harus ku tahan dengan berpura-pura selalu tenang. Padahal nyatanya sudah sangat luas rasa nyaman dan rindu terbentang.
Satu lagi yang tidak pernah sempat terbilang. Bahwa sebenarnya hal yang paling mengekang adalah pesonamu yang terus saja ku kenang.
Setelah sekian lama, untuk kali pertama aku masuk kedalam ruangan yang sering kumasuki sebelumnya. Dan pemandangan awalnya pun sama sekali tidak pernah berubah, tetap saja membuat terpesona. Kau selalu saja disana. Di bangku pertama. Seseorang yang sekarang sudah cukup jauh ku kenal. Yang selalu datang untuk belajar lebih awal. Entah kenapa padahal sekarang sudah terbiasa, namun tetap saja dengan senyum yang tergabung dengan sapa yang kau lontarkan padamu aku tak pernah menjadi kebal. Cukup sebal.
Dengan angkuh dan menyebalkan mu yang tidak biasa kau tidak terlebih dahulu menyapa. Entah apa maksudmu, padahal biasanya kau yang selalu pertama memulainya. Sudah lebih berani kau rupanya. Akupun mengalah. Kali ini aku yang menyapamu terlebih dahulu agar nantinya tidak jadi masalah. Kau malah membalasnya dengan menyebalkan dan membuatku jengah. Untuk sementara sepertinya memang aku yang harus lebih banyak mengalah.
Sudah pasti di bangku kedua aku duduk. Entah kenapa pagi pertama setelah sekian lama ini aku merasa sangat mengantuk. Sampai pada titik aku akan jatuh terlelap, mejaku tiba-tiba kau ketuk. Sontak aku langsung kaget dan terbangun. Di depanku sudah ada wajah menyebalkan namun tetap saja terlihat anggun. Kamu Berbicara cukup banyak kata namun sama sekali tak ku dengar karena aku masih melamun. Akhirnya kau seret tanganku dan aku pun terbangun.
Keadaanku kala itu cukup lesu. Jadi daripada melakukan banyak hal membosankan waktu lebih banyak ku habiskan dengan diam membisu. Sampai aku kurang memperdulikan mu yang dari tadi ternyata ada di depanku. Kau menatapku terheran. Sesekali kamu bertanya apakah aku merasa kelelahan. Tentu saja hal tersebut yang kurasakan. Semalam aku tidak bisa tidur. Aku Pun harus bangun sangat pagi untuk melakukan rutinintasku yang mirip persiapan tempur. Alhasil ketika sampai di kelas semangatku sudah cukup gugur. Namun itu tak bertahan lama karena dengan adanya kamu aku kembali sadar seperti dipaksa bangun karena air yang mengguyur.
Dalam keadaanku yang masih sangat lemas. Kau berusaha keras. Agar perkataan dan pernyataan yang sudah menumpuk itu dengan serius kubalas. Ku persilahkan kau untuk bergabung bersama dengan yang lain saja. Namun belum selesai berkata sudah kau tolak dengan cepatnya. Kau memilih menemaniku yang sedang dalam kondisi yang sangat malas dan tak berdaya. Semangat sekali kau mengajakku bercerita. Sedangkan aku tak paham apa yang kau bicarakan. Semua yang kau lakukan cukup terabaikan.
Lambat laun, karena aku kasihan denganmu maka sedikit demi sedikit semuanya mulai ku perhatikan. Baru sadar jika yang barusan ku lakukan adalah tindakan yang sangat menyebalkan. Belum juga aku meminta maaf kau sudah berkata bahwa semua sudah dimaafkan. Harusnya dengan sikap yang seperti itu aku cukup luluh. Tapi tidak sama sekali, karena kau mengatakannya dengan nada dan sikap yang angkuh. Setelah menunggu cukup lama sepertinya aura perdebatan sudah mulai bergemuruh. Aku yang sudah cukup lama bermalas-malasan sekarang sudah bersiap untuk melakukan pemanasan. Tidak sadar kita telah berubah menjadi seperti ini sejak kapan.
Kita yang dahulu hanya sebatas sapa yang saling tersahut. Sekarang seperti merasa sepi jika tidak saling ribut.
Semakin lama semakin kita saling melontarkan kata. Entah kita tidak memikirkan apa-apa. Yang ada hanya saling mengejek dan saling memutar cerita. Beberapa saat kita saling tersadar bahwa hal ini harus kita hentikan. Karena ternyata dari tadi banyak teman kita yang memperhatikan. Keterlaluan. Kita sama sekali tidak sadar. Seakan mereka berada jauh di luar radar. Pada akhirnya siapa yang jadi gusar? Kita juga kan. Terlalu asik sampai banyak hal tidak kita perhatikan. Semua sudah terlanjur terjadi dan sudah tak terelakan. Kita menganggukkan kepala saja ke mereka sembari memberikan senyuman. Padahal daham hati rasanya tak karuan. Beberapa teman bertanya "Sekarang kalian ada apa?" pikiran sudah seperti disekap, jadi kita sama sekali tidak berusaha menjawab. Dan seluruh orang menjadi terheran tanpa sebab.
Begitupun juga dengan kita.
Sepanjang hari itu rasa canggung selalu terbayang-bayang. Bahkan tidak ingin pergi meskipun sampai dengan waktu pulang. Baru kali ini kita merasakan berdua dan diperhatikan banyak orang. Dan kita lupa akan hal itu. Karena sudah terbiasa segalanya hanya tentang aku dan kamu. Yang sering terjebak di antara nyata dan semu. Namun kali ini kita lupa bahwa banyak di sekitar orang lain yang menemani. Parahnya, ikut terbawa kebiasaan kita yang ketika hanya berdua dengan tak tahu diri. Tak apa, semua sudah terlanjur terjadi. Mau disembunyikan pun akan percuma, karena pasti semua pada akhirnya akan saling menyadari.
Untuk sementara kita biarkan segalanya mengalir. Serta tidak lupa juga menjaganya agar tetap setia tanpa pernah berakhir.
~ % ~
Katanya benci bisa menjadi cinta
Katanya juga cinta juga menjadi benci
Namun yang justru sering terjadi adalah kita yang tidak bisa membedakan apa itu cinta dan apa itu benci yang sesungguhnya
Kemudian kita terjebak di tengahnya tanpa pernah menemukan solusi
~hnf~
_____._____._____._____._____
Kalian bisa capture quotes atau potongan ceritanya.
[Tag - ig : _hanifprasetya] / [tw : _hanifprasetya}
Vote dan komen untuk kritik, saran, atau sanjungan.
Aku memperhatikanmu meski tanpa tatapan .
Terimakasih ku ucapkan :)
KAMU SEDANG MEMBACA
INKONSISTENSI RASA (TERBIT)
RomanceBagaimana cara sederhana kita bertemu? Bagaimana cara semesta membuat kita bersatu? Bagaimana cara aku memandangmu setelah itu? Bagaimana cara kau buat aku menjatuhkan hati padamu? Bagaimana cara kita saling terjebak dalam rindu? Bagaimana cara...