Aku sedikit mengeluh. Padahal rasa khawatir dan curiga ku belum sama sekali belum sembuh. Namun entah kenapa kau terasa seakan-akan ingin menjauh. Meski kau masih bersikap seperti biasanya. Dahulu menerima itu dengan penuh pasti, namun kali ini kenapa justru terselimuti dengan tanya. Waktu terus bergerak. Semakin banyak aku menemukan argumen yang kau gunakan untuk mengelak. Kau kira aku dengan itu tak kan sadar dan tergerak. Kau salah besar. Sesungguhnya itu sudah sangat mudah untuk kutebak.
Ingin segera ku pastikan. Namun aku memilih tetap menjaganya dalam rasa penasaran. Harusnya kau merasa heran. Karena aku yang bahkan dengan sedikit kau jauhi tidak pernah merasa keberatan. Atau justru sebaliknya yang terjadi. Kau mengira aku yang sebenarnya tak memiliki rasa peduli. Padahal harusnya kau yang intropeksi.
Sekarang masing-masing kita akan saling terjebak Tanya. Siapa disini yang sebenarnya terhianati?
Tanpa pernah terduga sebelumnya. Karena kita yang sama-sama menaruh rasa curiga membuat percakapan Kita terasa sedikit canggung. Entah kita berdua sama-sama mengalaminya atau perasaan ini Hanya sendirian ku tanggung. Mungkin kau tidak menyadari. Karena efek dari berkurangnya rasa peduli yang kau miliki. Meski pada titik ini kita masihlah saling berbagi. Aku merasa pikiranku menjadi terarah pada hal untung dan rugi.
Semoga kau sadar. Bahwa aku disini masihlah sabar.
Dengan segala keadaan yang menerpa aku masihlah sadar. Kucoba hapuskan seluruh rasa gusar. Agar resah tidak terlalu jauh tersebar. Jangan sampai aku terganggu dengan ini. Aku masih memiliki tanggung jawab yang belum sepenuhnya selesai. Jangan sampai aku terganggu hanya karena ada keraguan denganmu yang semakin lama semakin rumit dan tidak terurai. Untuk sementara hal ini kututupi dengan tirai. Kembali kujalani hari-hariku dengan santai.
Padahal hatiku sebentar lagi akan berlabuh. Kau justru membuat ricuh. Dengan genderang keraguan yang kau tabuh. Kenapa terjadinya begitu mendadak. Logikaku tak dapat menggapai sampai ingin meledak. Kau sama sekali tak memberikan aba-aba. Segala yang kau lakukan serba tiba-tiba. Mana bisa aku paham hanya dengan meraba keadaan. Yang aku butuhkan adalah kepastian meski itu di dalam penantian.
Seiring waktu berjalan kembali kau terasa semakin-dan semakin berbeda. Kau mulai mengurangi cerita-cerita yang biasanya kau sampaikan. Mulai banyak hal yang biasa kita lakukan dengan ikhlas sekarang kau tunjukan itu padaku seakan tanpa perasaan. Semua ocehan yang selalu kau tanggapi sekarang mulai teracuhkan. Kau seperti tak ingin ambil susah. Sekaligus kau memperbesar gundah. Meski aku sanggup mengatasi rasa resah. Namun segalanya diantara kita mulai saat ini menjadi semakin tak terarah. Jengah. Kali ini kau benar-benar sepenuhnya telah berubah.
Kau yang sebelumnya selalu meluangkan waktu denganku untuk menciptakan hal-hal yang nantinya akan terkenang. Kali ini perhatianmu padaku seakan telah terbuang. Celotehanmu mulai terasa tidak banyak lagi padahal dulunya hal tersebut tidak terbilang. Dan juga tanya-tanya yang seringkali kau tujukan padaku kini mulai hilang.
Bersamaan dengan perasaan yang kau miliki.
Seluruh kepercayaan yang aku sanggakan padamu kau jahi. Tak pernah terpikir meski itu hanya sekali. Kau yang sudah terlanjur menjadi seseorang yang kupilih untuk menjadi tempat menjatuhkan hati. Perlahan berjalan mundur menjauhi lokasi dimana rasa kita berdua saling bersemi. Yaitu di dalam hati.
Aku masih terkuasai oleh ketidak ikhlasan. Seluruh keraguan yang indah sebelumnya sekarang menjadi ketakutan. Tak akan rasa kehilanganmu yang mungkin akan benar-benar menjadi sebuah kejadian yang tak terelakan. Itu yang kurasakan. Kau yang sudah bersusah payah kunantikan. Sekarang kau akan berjalan kemana? Yang jelas ke suatu hal yang ku tak tahu sama sekali tentangnya. Fatilah hal tersebut di luar realitaku. Mengetahuinya hatiku cukup menjadi kaku. Disertai oleh rasa cinta yang perlahan mulai membeku. Aku berpikiran bahwa apakah mungkin kau sengaja menjebakku. Kemudian di akhir kisah aku yang akan menjadi orang yang kau salahkan. Dengan berjuta argumen dan kecerdasanmu bermain peran.
Semakin lah aku terjebak pada prasangka buruk. Membuatku dalam kondisi yang semakin lama semakin terpuruk. Seperti aku sedang berusaha di kutuk. Jangan sampai antara aku dan kamu hanya menjadi cinta yang hanya sebelah tangan bertepuk. Ayolah hati, jangan biarkan dirimu lemah seperti itu. Kembalilah menjadi seperti yang dulu. Yang selalu kuat menghadapi segala masalah yang datang bergemuruh. Selalu apapun rasa itu pasti jika kita bisa merawatnya dengan baik pasti akan kembali tumbuh. Mari berusaha memperbaiki semua tanpa mengeluh.
Di titik ini aku masih menaruh kepercayaan terhadapmu.
Harapku bahwa semua itu tidak akan terjadi. Harapku semua kejanggalan ini hanyalah mimpi. Harapku kau masih akan selalu bersamaku karena kau adalah orang yang tidak akan membiarkanku untuk berjalan sendiri.
~ % ~
Seringkali kita pada dua pilihan kita dihadapkan
Memilih untuk berpihak pada kepercayaan
Atau mengikuti prasangka akan adanya penghianatan
Kebenaran akan terjawab
Ketika kita sudah melihat kenyataan
Apakah kita disatukan atau justru terpisahkan
~hnf~
_____._____._____._____._____
Kalian bisa capture quotes atau potongan ceritanya.
[Tag - ig : _hanifprasetya] / [tw : _hanifprasetya}
Vote dan komen untuk kritik, saran, atau sanjungan
Aku memperhatikanmu meski tanpa tatapan
Terimakasih ku ucapkan :)
KAMU SEDANG MEMBACA
INKONSISTENSI RASA (TERBIT)
RomanceBagaimana cara sederhana kita bertemu? Bagaimana cara semesta membuat kita bersatu? Bagaimana cara aku memandangmu setelah itu? Bagaimana cara kau buat aku menjatuhkan hati padamu? Bagaimana cara kita saling terjebak dalam rindu? Bagaimana cara...