Oleh karenamu yang ternyata denganku memiliki ketertarikan yang sama dalam membaca. Segera kuambil inisiatif mengajakmu ke salah satu tempat favorit yang sering kusapa. Tempat yang mengandung di dalamnya berbagai aspek kehidupan mulai dari warna dan rasa. Tempat yang biasa dikunjungi di kala hati sedang sepi serta raga yang sedang ingin sendiri. Tempat yang begitu luas. Disana aku dapat melihat dunia tanpa batas. Dan alasan utamaku sering datang kesana adalah karena aku mencintai bau kertas.
Tempat yang sangat sempurna bukan untuk berakhir pekan. Apalagi dengan hati kita yang sudah mulai sejalan. Sudah terasa menyenangkan. Padahal baru terbayang akan banyaknya rak yang berjejeran. Berisi segala imajinasi dan pengetahuan. Tentu saja dengan sebuah kondisi yang berbeda dengan biasanya. Karena saat itu aku tidak lagi sendiri seperti seluruh waktu yang kuhabiskan sebelumya. Kali ini akan ku pastikan terasa luar biasa. Sudah pasti ditimbulkan oleh sebuah alasan yang nyata.
Akan adanya kamu yang menemani disana.
Di pekan pertama pada bulan kedua kita akan beranjak. Ku katakan hal tersebut karena sebelumnya sudah ku berikan kau ajakan yang tak mungkin sanggup kau tolak. Sampai tiba pada janji itu waktu terasa cukup lama bergerak. Namun petualangan kita berdua yang sudah terencana tidak mungkin dapat terelak.
Pada hari yang sudah ku idam-idamkan. Terikat kembali kita dalam jalan yang beriringan. Tak sanggup kubayangkan. Untuk apa juga? Ini kan sebuah kenyataan. Sudah cukup lama ini tersimpan hanya sebatas pada lamunan. Sudah tidak lagi. Sudah berevolusi menjadi realita yang tak terhindarkan.
Sekarang,
Aku dapat kembali melihat mata berbinar itu. Bahkan kali ini terlihat lebih menawan. Nyaris tak sanggup aku untuk mengalihkan pandangan. Tanpa basa-basi kau langsung berjalan melihat-lihat kesana dan kemari. Memandang segala hal yang telah tersusun rapi di rak dan lemari. Bersama kita mengitari. Di beberapa kesempatan kita bersamaan melirik. Karena oleh satu dua judul yang membuat pandangan kita tertarik. Sampai aku pun kau tarik. Kau tunjukan aku sebuah judul. Ku lihat itu adalah karya yang cukup jadul. Kau berkata kau menyukainya. Karena aku tidak terlalu memahami aku hanya berkata "Aku juga." sebatas untuk menyenangkanmu. Selama di dekatku kau merasa senang, di dekatmu hatiku menjadi lebih tenang.
Rasaku padamu sudah terkorelasi. Tak seperti sebelumnya yang masih renggang berjarak, sekarang sudah seperti kalimat tanpa spasi. Sedikit menyisakan canggung memang. Tapi semua itu seketika hilang ketika senyumanmu datang. Dan ketika kau mulai berbicara dan bercerita. Semua gundah dan ragu yang lalu seketika menjadi cinta. Aku tak memungkiri, aku benar-benar tersihir. Apakah tatapan matamu sebelumnya memang seperti ini? Terasa berbeda dengan yang sering kulihat tempo hari. Berkaca-kaca tapi bukan karena sedih. Namun lebih pada rasa kagum dan bahagia yang murni.
Hal itu semakin membuat aku jatuh hati.
Aku tidak terperhatikan olehmu. Karena pandangan yang kau miliki sepenuhnya sedang kau gunakan untuk memilih buku. Bahkan dengan panggilanku perhatianmu sama sekali tak dapat teralih. Aku tak bisa banyak membantu. Aku hanya menunggu sembari memperhatikan punggungmu. Kau tiba-tiba menoleh. Lamunanku terpecah dan membuatku salah tingkah. Aku hanya menyeringai dan terkekeh. "Kamu tidak memilih," tanyamu yang kau ucapkan dengan lirih.
"Dari sekian banyak buku, aku hanya akan memilihmu."
Kau memintaku untuk mengulang kalimat. Mungkin karena sebelumnya tidak kau perhatikan dengan cermat. Ku jawab dengan senyum dan diam. Kau merasa kesal dan geram. Meski aku di di rayu dan di paksa aku akan tetap bungkam. Bagaimana aku tidak diam membisu? Mengingat kembali apa yang baru saja terucap membuatku diselimuti oleh rasa malu. Kau berusaha berulang kali untuk menarik kalimat tersebut agar terulang dengan bersusah payah. Namun pada akhirnya kau lelah dan menyerah.
Sebenarnya mungkin kau sudah paham dengan hal tersebut meski lirih kau dengarkan. Seperti sifat dari wanita pada umumnya, kau hanya sangat ingin memastikan. Dan dengan diam rasa penasaranmu telah aku sempurnakan.
Mulai banyak buku yang berada di genggamanmu. Entah untuk apa kau membawa sebanyak itu. Coba tebak apa yang kau beli. Semuanya bergenrekan fiksi. Sangat tidak sesuai dengan perasaan yang yang sudah sampai, namun belum sepenuhnya kau tanggapi. Karena perasaanku padamu hal yang nyata. Bukan tentang petualangan di dunia lain. Bukan tentang bertamasya ke luar angkasa. Juga bukan pula tentang perjalanan waktu kemasa lalu. Hanya tentang kita berdua yang berjalan bersama di toko buku. Kisah sederhana yang suatu saat pasti akan berlalu.
Beberapa kisah memang akan punah. Namun kenangan bersamamu akan selalu singgah.
Dari semua banyak yang kau pilih dan kau beli. Sudah pasti berujung aku yang dikerjai. Dengan wajah sok memelas dan senyum manja kau pastikan bahwa semua aku yang akan menentengnya. Agak banyak dan cukup berat. Namun bersamamu berjalan di sisiku aku merasa lebih dari kuat. Apalagi diantara kita tak ada sekat. Transfer energi darimu berjalan begitu cepat. Jelas perasaanku saat ini tidak bisa dijelaskan melalui ibarat.
Kuitimu berjalan ke arah pintu keluar. Aku merasa lega karena sebentar lagi akan segera kelar. Namun perkiraanku seketika pudar. Karena arah fokusmu membuatku buyar. Dengan pelan kau menoleh ke arahku dengan senyum tipis. Sembari jarimu menunjuk ke arah peralatan melukis. Aku sangat paham maksudmu. Kau memintaku untuk lebih lama menunggu. Artinya kita juga menghabiskan lebih banyak waktu. Tanpa protes aku ikuti saja. Berkeliling sekali lagi karena kau sama sekali tak memberi jeda. Kau kesana kemari berlarian. Aku cukup mengikutimu dengan santai berjalan. Beberapa kali kau menyeretku, karena aku terlalu pelan.
Kau memintaku membantumu memilih peralatan. Asal kau tahu saja bahwa aku juga siap untuk menjadi pilihanmu di masa depan. Bahkan tidak hanya itu, aku siap menjadi satu yang bisa kau pastikan. Kembali terseret harap dalam lamunan. Pada akhirnya bantuanku sama sekali tidak kau gunakan. Karena sudah tahu apa yang akan kau beli sudah ada dalam daftar belanjaan. Tau begini kenapa tadi kau bertingkah merepotkan? Belum sampai protes kuajukan ternyata misi sudah kau selesaikan.
Selesai sudah rangkaian memilih buku. Untuk berikutnya kita akan kembali memilah raga dalam rindu. Dan semoga disatukan kembali dalam temu.
~ % ~
Dengan orang yang tepat,
Pertengkaran akan mendekatkan
Gundah akan menjadi indah
Dan tunggu akan menjadi rindu
~hnf~
_____._____._____._____._____
Kalian bisa capture quotes atau potongan ceritanya.
[Tag - ig : _hanifprasetya] / [tw : _hanifprasetya}
Vote dan komen untuk kritik, saran, atau sanjungan.
Aku memperhatikanmu meski tanpa tatapan .
Terimakasih ku ucapkan :)
KAMU SEDANG MEMBACA
INKONSISTENSI RASA (TERBIT)
RomanceBagaimana cara sederhana kita bertemu? Bagaimana cara semesta membuat kita bersatu? Bagaimana cara aku memandangmu setelah itu? Bagaimana cara kau buat aku menjatuhkan hati padamu? Bagaimana cara kita saling terjebak dalam rindu? Bagaimana cara...