~Suatu Saat Aku Mendengar Kabar Tentangmu ~

14 3 0
                                    

Di sana terasa bahagia bukan? Namun di dalam tempat yang kusebut dengan rumah bukanlah seperti selayaknya di sana yang cukup ramah.

Di sini tidak ada beragam cerita yang membuat suasana ramai. Yang ada hanyalah kondisi hati yang tercerai berai. Aku benar-benar kembali ke duniaku yang dulu. Dunia sebelum aku mengenalmu. Bahkan sebelum mengenal semuanya. Kembali terpenjara pada kekang. Tempat dimana segala rasa yang berasal dari luar hanya sebatas dapat dikenang.

Ragaku memang selalu terlihat riang. Itu sebenarnya hanyalah kepura-puraan saja agar membuat mereka merasa senang.

Seperti biasa kujalani kegiatan normal yang sudah biasa dilakukan sehari-hari. Ini sama sekali bukanlah tentang sesuatu yang orang lain bisa kagumi. Mungkin yang hanya melihatku dari sisi luar kadang berkata bahwa merasa iri. Padahal yang menjalani disini terasa hampir mati. Mereka tak akan pernah menyadari hal ini. Yang mereka lihat dariku hanyalah prestasi. Tak berguna. Apa artinya jika hal itu semua sebenarnya bukanlah hal yang aku damba. Itu hanyalah bagaimana aku dibentuk menjadi sedemikian rupa. Bukan diberi kebebasan untuk mencari bahagia.

Bukan ini yang sebenarnya aku cari.

Bukan sebuah gelar yang membuat orang lain merasa ini. Aku lebih menyukai tentang bagaimana mendapatkan ketenangan hati. Sampai sekarang untukku itu tak terjadi. Nyatanya aku masih saja terikat dan menuruti saja. Menahan perasaan sekuat-kuatnya di dalam penjara.

Aku ingat bahwa aku pernah mengalami masa yang mana aku dapat melupakan rasa yang menyiksaku ini. Yaitu semua dimulai saat kau pertama kali datang padaku menghampiri. Oleh semua cerita, canda, dan tawamu pikiranku terbanjiri. Itu sangat menenangkan. Karena itu juga penderitaanku yang erat serasa sedikit dilonggarkan. Apalagi ketika aku sedang dirundung kegalauan kau datang mengetukku dengan mengirimkan pesan. Kata-kata sederhana yang membuat rasa sakit terasa reda.

Sekarang sudah tak ada lagi yang namanya kau datang ketika pilu. Bahkan kita sudah tak berada pada posisi saling rindu. Sudah benar-benar terpisah antar duniaku dan duniamu. Yang dulu pernah jadi satu sekarang menjadi tak saling tahu.

Lucu.

Dulu ketika kita masih terjalin dalam satu kisah aku terjebak dalam penantian. Kali ini sudah tak ada lagi. Dan aku hanya terjebak dalam penantian. Aku menyadari dengan ini bahwa menunggu dalam rindu lebih baik daripada sendiri dalam sepi. Entah mengapa baru kurasakan bahwa ada hal kecil yang menghilang. Bagiku itu bisa dengan mudah terbilang. Itu adalah namamu. Nama yang dulu pernah menyeretku dalam rindu. Kali ini sudah tak ada karena pergi menjauh.

Kau memang tak ada. Namun aku selalu saja punya cara untuk bahagia. Banyak yang bisa ku lakukan. Misalnya dengan membaca kembali buku-buku yang telah kusimpan. Yang sudah agak berdebu karena terlalu lama dibiarkan. Debu-debu yang ada segera aku hapuskan dan mulailah kubaca lagi halaman demi halaman. Memang banyak disana pesan yang tersampaikan. Namun ketika kubaca yang kurasakan adalah kebosanan.

Dari sini aku menyadari bahwa membaca buku yang sama, meskipun dilakukan berulang-ulang tidak akan pernah merubah jalan dan ending ceritanya.

Itu juga yang mungkin saja kan terjadi jika antara kau dan kamu kembali bersama. Tak akan ada gunanya. Rasa kita mungkin bisa kembali saling mengerti namun ego kita tak akan semudah itu merestui. Apalagi aku yang sudah jelas-jelas pernah merasakan bagaimana rasanya terkhianati. Olehmu yang saat itu tak tahu diri. Sudah cukup berhayalnya. Kenapa justru aku terbawa oleh ingatan tentangmu yang mana kau adalah pemeran jahatnya. Tak akan lagi aku terjebak dalam sandiwaramu. Meski kau dengan berbelas hati nantinya meminta ku kembali pasti akan langsung ku tolak dengan senang hati. Aku tak akan sudi.

Aku lebih menikmati untuk menikmati seperti ini. Menikmati keadaan disini meski terjebak dalam sepi. Lambat laun juga kau akan terbiasa. Tak akan kuandalkan sesuatu yang aku harus berharap pada nya. Bukankah sebelum semuanya tentangmu aku seperti ini juga. Di paksa untuk selalu menahan letih tanpa pernah ada belas kasih. Jika hati bisa bersuara maka ia akan sekencang-kencangnya merintih.

Tidak apa-apa.

Aku akan segera kembali terbiasa. Ini hanya tentang waktu. Tentang bagaimana aku menunggunya dengan sabar. Bagaimana menjaga hati untuk selalu tegar. Buang semua perasaan gusar. Kurasa tak masalah yang tak akan terselesaikan. Begitupun denganku, suatu saat dari dalam penjara ini aku akan dikeluarkan. Seperti bagaimana aku dikeluarkan dari peredaran mu dengan begitu kejam. Yang membuat sampai waktu ini kau masih menyimpan dendam. Bukan aku yang memintanya. Namun kau yang dengan sengaja memberikanya. Yaitu patah hati yang nyata.

Sepiku disini juga hanya sementar. Hanya sebatas waktu di luar ketika aku saling berjumpa dalam canda dan tawa dengan teman-temanku yang jumawa. Besok ketika pagi tiba aku juga akan kembali kesana. Berjumpa kembali dengan semua dan kembali terlupa akan masalah yang ada. Dan tentu saja kembali terlupa akan dirimu. Kembali tak mengingat lagi apa itu pilu.

Suatu saat aku mendengar kabar tentangmu.

Bukan dengan sengaja tentunya. Hanya tiba-tiba saja menyangkut di telinga. Aku sebenarnya tidak menginginkan namun tanpa sengaja kau justru mendengarnya karena beberapa orang membicarakannya. Semakin lama semakin aku penasaran. Namun rasa tersebut tak mau kuutarakan karena ada beberapa hal yang aku takutkan. Kudengarkan saja alur pembicaraan dari teman-teman.

Memang tidak banyak yang bisa aku tangkap. Dengan hanya patahan kalimat saja tentu saja kau tak bisa mendapatkan informasi yang lengkap. Namun masih kuperhatikan mereka dengan seksama. Sampai pada akhirnya aku mendapatkan intinya.

Itu tentangmu yang ternyata dalam keadaan duka. Katanya. Faktanya aku belum tahu. Namun aku tak perlu memastikan. Ku Biarkan saja. Sudah tak ada lagi rasa peduliku terhadapnya. Mau dia seperti apapun akan ku biarkan saja. Biarkan saja pada jalanya. Entah itu dia mau bahagia ataupun terluka.

Aku tak peduli.

Dulu hati sempat terseret oleh rasa iri. Kenapa aku harus menghadapnya kembali? ketika aku sudah di sini merasa nyaman dalam sendiri. 




~ % ~ 




Terkadang dia yang dulu kau kejar-kejar

Yang dulu sering membuat kau gusar

Serta yang menyebabkan rasa sayang terus menyebar

Seketika kalian bisa saja berhenti saling berkabar


Bukan karena sudah tak saling memperdulikan

Namun karena telah ada salah satu hati yang dipatahkan




~hnf~ 



_____._____._____._____._____

Kalian bisa capture quotes atau potongan ceritanya.

[Tag - ig : _hanifprasetya] / [tw : _hanifprasetya}

Vote dan komen untuk kritik, saran, atau sanjungan.

Aku memperhatikanmu meski tanpa tatapan .

Terimakasih ku ucapkan :) 

INKONSISTENSI RASA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang