Memang kita sudah memiliki tujuan. Aku juga harus segera memulangkanmu. Sekali lagi, sebenarnya aku masih ingin bersama. Namun waktu kita telah tiba. Untuk kembali menuju Jeda. Dan kembali mengukir rindu yang sebelumnya sudah mulai mereda.
Entah kenapa. Justru semua tak berjalan sesuai rencana. Karena aku dan kamu terhenti seketika.
Seakan semesta tidak mengizinkan.
Karena sebelum pisah dalam sementara kita yang tak terelakkan. Kita tidak begitu saja dijauhkan. Tidak semudah itu. Tidak semudah segala ekspektasi dan bayangan. Yang semula aku hanya tinggal mengantarmu pulang saja dan membuat tanggung jawab hari ini terbereskan. Namun kita tidak bisa melakukan seenaknya saja ketika langkah kita tiba-tiba terhenti. Terhenti oleh ciptaan-Nya yang mungkin dari sebelumnya sudah menunggu kita dalam penantian.
Iya adalah sebuah keberadaan yang kusebut dengan derasnya hujan.
Sesuatu yang seharusnya tidak kita paksa untuk dilawan. Cukup resah waktu itu. Karena terhalang, aku menjadi cukup susah untuk melihat jalan. Rasa khawatir mulai datang. Serta otak mulai keras berpikir untuk mencari cara bagaimana kemungkinan terbaik untuk segera pulang. Tentu saja, cara selain menunggu tetesan-tetesan air dari langit sampai berhenti datang. Sebagaimana sisa waktu di hari itu yang terus-menerus berkurang.
Kita sudah cukup lelah. Apalagi dengan kekawatiran yang semakin bertambah. Semakin lah kita dikuasai oleh rasa resah. Namun, kita saling percaya jika kita menghadapinya bersama hal ini tidak terlalu menjadi masalah. Solusi terbaik agar kita tak mudah gentar adalah dengan kita bersabar. Mencari tempat teduh di tengah lebatnya hujan dengan hanya dibantu lampu jalanan yang berpendar.
Tidak terlalu membuat kesulitan. Karena sesaat kita sudah melihat jembatan. Yang di bawahnya cukup untuk menjadi tempat berlindung yang aman.
Memang ini cukup mengesalkan. Namun hal ini juga merupakan sebuah pengalaman seru yang kita berdua bisa saling tertawakan. Sama sekali tidak menyebalkan. Justru mengesankan.
Keadaan kita cukup lusuh. Tapi tak ada sama sekali yang mengeluh. Bahkan dalam keadaan langit yang bergemuruh. Justru menciptakan di antara kita sebuah rasa yang semakin lama semakin tumbuh. Dengan tanpa kita sadari. Segalanya begitu saja mengalir terjadi. Pelan namun pasti. Tak menemukan namun tak dapat dihindari.
Entah kenapa, padahal kita terjebak di tengah sebuah badai. namun bisa-bisanya masih sanggup untuk saling bersendagurau dengan santai. Akan dingin pun kita sampai lupa. Padahal sudah jelas dengan ganasnya hal itu menerpa. Mungkin karena obrolan kita terlalu hangat, sampai-sampai hawa dingin pun tak berani untuk mencampurinya.
Di tengah semua cerita, tawa, dan rasa yang telah terlahir. Meski tanpa diminta, hal yang terjadi disini juga pasti akan berakhir.
Karena kita berteduh hanya untuk sementara. Bukan untuk selamanya.
Namun tentang rasa, sudah pasti memiliki kisah berbeda. Karena ia disatukan, bertahan, dan saling menguatkan. Apalagi jika sudah berada dalam ikatan. Pergi adalah salah satu hal yang sangat tidak diizinkan.
Hujan pasti punya waktunya sendiri untuk memulai maupun berhenti. Begitu pula dengan kita. Hanya saja kita sama-sama tak tau apa dan bagaimananya. Apa yang harus dilakukan. Terasa telah ada namun masih berantakan. Sudah bergerak namun belum bisa menemukan jalan. Telah banyak saling duga, namun tak pernah ada niatan untuk memastikan.
Kita masih hanya berputar-putar pada lingkaran keraguan.
Di bawah sana, dimana kehangatan kita berdua yang di balut cerita dan canda. Sebenarnya tersimpan beberapa curiga yang tak kunjung reda. Curiga akan bagaimana anggapan masing-masing dari kita.
Sebenarnya kita saling berharap. Namun akan jawaban yang tersimpan, kita tak pernah merasa siap. Dalam beberapa kesempatan obrolan kita terjeda dengan saling tatap. Hebatnya kita bisa terliat biasa saja, tanpa ada tanda bahwa kita berdua saling menyimpan rasa. Aku cukup heran. Akan bagaimana hebatnya kita bermain peran. Menekan rendah perasaan dalam hanyutnya keadaan.
Oleh mata yang saling bertatapan. Untuk hati yang saling memastikan.
Dan hujan pun mulai bergerak berangsur menuju henti dengan laju yang pelan.
Kau memintaku agar perjalanan segera dilanjut. Dan akupun langsung mengiyakan saja kata-katamu yang baru saja kau rajut. Sekarang kita akan menyelesaikan perjalanan. Kau sampai rumah. Dan kita akan segera berpisah. Dengan saling membawa kenangan malam ini. Cukup mengesankan meskipun ini masih waktu yang dini.
Namun dengan ini aku sadar. Bahwa antara aku dan kau sekarang sudah saling menyakini. Saling mulai yakin akan perasaan satu sama lain. yakin akan kejadian-kejadian yang tak sengaja ini adalah sebenarnya sesuatu yang telah direncanakan oleh-Nya. Semenjak itu namamu mulai menjadi sebuah keberadaan dalam doa.
Kita yang merasa terjebak dalam sendu sebenarnya telah terkelabui oleh waktu.
Aku sama sekali tidak melihat angka-angka pemberi petunjuk masa. Hal penting yang aku benar-benar sampai lupa. Di luar dugaan, namun ini terjadi. Ujung malam yang seharusnya menjadi waktu kita untuk mengakhiri justru dengan ketidak tanggung jawaban sudah terlewati. Alhasil kita berdua sampai di rumahmu di bagian waktu yang paling sepi, dini hari.
Mungkinkah ini akan menjadi sesal yang sulit diobati? Atau menjadi ketidakterdugaan yang memang sudah dari sebelumnya menanti. Dengan dipenuhi rasa ragu yang tidak menentu. Kamu bahkan nyaris enggan untuk mengetuk pintu.
Ku meminta kau untuk memberanikan diri. Namun setelah pintu terbuka, seseorang yang kau panggil mama tepat berada di sana berdiri.
~ % ~
Tak ada kata terlambat
Namun akan selalu ada sebuah datang yang tidak tepat waktu
Tak ada terikat
Namun akan selalu ada hubungan yang meskipun itu masih samar, erat terjebak dalam sebuah rindu
~hnf~
_____._____._____._____._____
Kalian bisa capture quotes atau potongan ceritanya.
[Tag - ig : _hanifprasetya] / [tw : _hanifprasetya}
Vote dan komen untuk kritik, saran, atau sanjungan.
Aku memperhatikanmu meski tanpa tatapan .
Terimakasih ku ucapkan :)

KAMU SEDANG MEMBACA
INKONSISTENSI RASA (TERBIT)
RomanceBagaimana cara sederhana kita bertemu? Bagaimana cara semesta membuat kita bersatu? Bagaimana cara aku memandangmu setelah itu? Bagaimana cara kau buat aku menjatuhkan hati padamu? Bagaimana cara kita saling terjebak dalam rindu? Bagaimana cara...