Chapter 18

34 4 13
                                    

Hembusan angin malam di tepi pantai mengibarkan rambut pendek Tsubaki. Dia berjalan menyisiri tepi pantai dengan pikirannya entah kemana.

"huh ?" Tsubaki mengedipkan beberapa kali ketika melihat seseorang yang dia kenal berdiri di atas batu menghadap ke laut dengan memegang trompet. Tidak lama orang itu memainkan trompetnya, suara yang di keluarkan alat musik tiup itu bersatu padu dengan suara ombak yang menghantam tepi pantai. Tsubaki memperhatikan orang itu dimana jari-jarinya menekan tombol jari bagian trompet itu. Tsubaki baru tahu kalau Watari selain bisa main drum juga bisa main trompet

"huh Tsubaki kau disini ?" sapa Watari ketika sadar ada orang yang memperhatikannya.

"kau kangen denganku ?" goda Watari dengan pedenya.

"tidak bodoh!" Tsubaki langsung menyanggahnya.

"bercanda..bercanda...seperti biasa ya kau selalu begitu ya, Tsubaki!" kata Watari turun dari bongkahan batu mendekati Tsubaki.

"kenapa kau ada disini ?"

"hanya mengingat kenangan dengan pemilik trompet ini" jawab Watari santai

"nee-san sangat suka bermain trompet di sini, bersama suara angin dan deburan ombak" kata Watari menatap lautan yang luas itu. Tsubaki sedikit tahu kalau Watari mempunyai seorang kakak permpuan yang sudah lama meninggal.

"kau sendiri kenapa ada disini ? ada masalah lagi dengan pangeran ?" tebak Watari

"ehh..ah....anu." Tsubaki tiba-tiba salah tingkah

"pftt...hahahah...." Watari tidak bisa menahan tawanya melihat Tsubaki salah tingkah.

"diam kau!" Tsubaki melayangkan tinju ke arah Watari, tapi sayang di tahan oleh Watari.

"ada apa ?"

Tsubaki menatap Watari yang masih menahan tinjunya itu, "aku kepikiran kejadian itu" jawab Tsubaki menemaskan tangannya, tentu membuat Watari melepaskan tangan Tsubaki.

"bukankah masalah itu sudah selesai ? dia tidak mempersalahkan lagi dan bersikap seperti biasa dirimu"

"tetap saja, setelah kejadian itu aku merasa canggung, apalagi tatapan itu. Walaupun pengarna itu dingin, tapi ini pertama kalinya aku melihat pangeran menatapku setajam itu"

"ya karena kau tiba-tiba menyerang orang yang berharga baginya, walaupun dia terlihat tidak perduli dengan orang-orang jika ini menyangkut seseorang disayangnya dia akan menjukkan sisi lain dirinya. Seperti itulah aku lihat selama bersamanya"

"kenapa pangeran begitu menyayangi anak kecil itu ? padahal aku bisa lebih dari dia" Tsubaki bergumam sendiri dimana semakin ujung perkataannya semakin pelan. Namun Watari masih bisa mendengarnya.

"kau sendiri kenapa terobsebsi dengannya ?" mendengar pertanyaan Watari membuat Tsubaki bungkam.

"bukan urusanmu!" Tsubaki berjalan meninggalkan Watari.

"Tsubaki...Tsubaki..." Watari menggeleng-gelengkan kepalanya.

................

Burung-burung yang bertengger menikmati alunan piano taman Kousei yang sangat menyentuh itu.

"pangeran memang hebat"

"benar, permainan piano pangeran sungguh luar biasa" Kata para pekerja yang mendengar alunan piano Kousei.

Sosok Kousei sangat di segani warga vampire, walaupun dia bukan vampire berdarah murni karena lahir dari seorang ibu mantan manusia yang di rubah menjadi vampire karena penyakit yang tidak di sembuhkan. Namun kekuatan yang dimilikinya seperti vampire berdarah murni, walaupun begitu Kousei lebih suka menyendiri bermain piano.

The Prince of Vampire Kousei ArimaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt