Ryuu membawa Kaori ke taman sekolah, "ettoo... kita mau kemana ?" tanya Kaori yang dari tadi dia membiarkan Ryuu menarik tangannya.
"sepertinya sudah cukup jauh" jawab Ryuu melepaskan genggamannya.
"apa maksudmu ?" tanya Kaori tidak mengerti.
"kau tidak suka kan melihat kejadian tadi ? kau....menyukainya. kau menyukai Kousei Arima, benar ?" tebak Ryuu.
"apa yang kau bicarakan ? itu tidak ada hubungannya ! " Kaori mencoba mengelak.
"ada! karena aku mencintaimu Miyazono-san. Apa yang kau suka darinya hingga kau tertarik denganya ?"kata Ryuu mulai agresif.
"aku tidak tahu!" teriak Kaori, air mata keluar dari pemilik mata abu-abu itu.
"berhentilah ikut campur urusanku!" pinta Kaori setengah berteriak, ingin meninggalkan Ryuu, namun tangannya ditarik Ryuu hingga Kaori jatuh di pelukkan Ryuu.
"maaf aku terbawa suasana. Aku hanya tidak ingin kau terluka, Miyazono-san" itulah kata yang di keluarkan Ryuu saat dia memeluk Kaori.
Kaori hanya terdiam, Ryuu melepaskan pelukkannya. Dia menghapuskan air mata yang keluar dari perempuan pemilik mata abu-abu itu dengan kedua tangannya. Disisi lain Kousei melihat dan mendengar apa yang di bicarakan Ryuu bersama Kaori, dia mengepalkan kedua tangannya.
...............
Kousei berada disebuah taman, dia sudah memberitahu Tsubaki kalau dia akan pulang sendiri, jadi dia menyuruh Tsubaki duluan dengan mobil jemputannya. Lagi-lagi Kousei menatap ikat rambut lusuh itu dengan wajah sedih.
Kemudian dia beranjak menuju sebuah grand piano berwarna putih yang berada di gazebo taman itu. Kousei mengelus grand piano berwarna putih itu, dia membuka penutup piano dan mulai duduk di kursi. Perlahan jari-jari jenjangnya mulai menekan tust grand piano putih itu, dia jadi teringat sebuah kenangan bersama seseorang yang sering berada di taman mansionnya yang mirip dengan taman ini.
"hore...Kou-niichan sudah datang"
"ayo Kou-niichan, aku tidak sabar dengar permainan piano Kou-niichan" menarik tangan Kousei. Dengan tersenyum lebar anak perempuan berumur 5 tahun dengan gaya rambut twintaill duduk di samping Kousei menikmati permainan piano Kousei.
Mengingat kenangan itu, Kousei tersenyum masam, alunan lagu Liebesleid-Love's Sorrow(Arr Racmaninoff) ditemani cahaya rembulan yang indah, benar-benar mewakili perasaan Kousei sekarang. Disisi lain entah sejak kapan Kaori melihat permainan piano Kousei, dia memegang dada kirinya dengan tangan kanannya. Dia merasakan kesedihan yang amat dalam dari alunan piano Kousei sekarang.
"Gomenne, Kaomi"kata yang keluar dari mulut Kousei, perlahan air mata keluar dari mata biru safirnya, sekaligus mengakhiri permainan pianonya.
Ditengah kesedihannya, Kousei merasa ada seseorang yang sedang melihatnya. Ketika dia mengalihkan pandangan ke sebalah kanan, dia melihat Kaori yang berdiri dengan jarak 15 meter darinya. Kaori yang mengetahui Kousei sadar akan dirinya segera berpaling dan ingin melarikan diri lagi.
DU LIEST GERADE
The Prince of Vampire Kousei Arima
FanfictionAku mau up fanfic lagi, tapi ini tidak ada kaitannya dengan cerita asli atau kelanjutannya bisa di bilang minjam karakternya aja sih 🤣 Sinopsis : Kousei Arima seorang pangeran vampir di kerajaannya. Bangsanya dan bangsa manusia hidup berdampingan...